SOSIAL POLITIK

IPM Garut Masih Peringkat Ke 26 di Jawa Barat

lambang Kabupaten Garut
lambang Kabupaten Garut

Gapura Garut ,- Kepala Seksi Pengolahan Data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Garut Firman Hadian mengatakan, nilai IPM 2014 Kabupaten Garut berada di urutan ke 26 dari 27 Kabupaten/ Kota di Jawa Barat.

Besaran persentansenya mencapai 62, 23 persen didasarkan atas pendekatan metode baru yang digunakan oleh United Nation Development Programme (UNDP). Metode ini setidaknya mengubah beberapa indikator IPM.

“Berlakunya metode yang baru ini, secara langsung membuat nilai IPM suatu wilayah tidak bisa dibandingkan dengan nilai IPM yang dihasilkan dengan metode sebelumnya. Dengan metode baru, pada 2014 lalu IPM Kabupaten Garut memiliki persentase 62,23 persen, sementara saat masih menggunakan metode lama di tahun yang sama, IPM-nya adalah 69,52 persen,” kata Firman, Kamis (18/2/2016).

Beberapa indikator lama yang diubah adalah Angka Melek Huruf (AMH) diganti dengan Harapan lama Sekolah, dan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita diganti dengan Produk Nasional Bruto (PNB) per kapita. Metode penghitungan pun diubah dari metode agregasi yang berupa rata-rata aritmatik menjadi rata-rata geometrik.

“Misalnya angka pendidikan yang pada awalnya rata-rata 15 tahun, kini menjadi rata-rata 25 tahun. Dari komoditi yang sebelumnya hanya dihitung 27 jenis komoditi, saat ini mencapai 96 jenis,” ujarnya.

Firman menjelaskan, penggunaan metode baru dalam penentuan nilai IPM setidaknya telah digunakan sejak 2010 lalu. Menurutnya, meski berada di posisi ke-26, capaian IPM Kabupaten Garut selalu meningkat dari tahun ke tahun.

“Bila dijabarkan, pada 2010 lalu IPM Kabupaten Garut memiliki persentase 60,23 persen, setahun kemudian di 2011 naik menjadi 60,55 persen, di 2012 menjadi 61,04 persen, tahun 2013 menjadi 61,67 persen, dan pada 2014 menjadi 62,23 persen. Untuk nilai IPM Kabupaten Garut tahun 2015 sendiri masih menunggu rilis BPS Provinsi Jawa Barat. Setelah rilis per provinsi, baru dihitung per kabupaten/kota,” urainya.

Sektor pendidikan, tambah dia, selama ini selalu menjadi penyumbang terbesar nilai IPM Kabupaten Garut. Sementara sektor daya beli masyarakat dianggap menjadi penyebab kecilnya nilai IPM Garut di setiap tahun.

“Daya beli atau pengeluaran per kapita masyarakat Garut selalu fluktuatif. Sektor ini selalu membuat IPM Garut kecil,” imbuhnya.

Di tempat terpisah, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Garut Widiaya CS mengatakan, pertumbuhan IPM Garut di tahun 2014 naik sebesar 0,92 persen. Widi menyebut pertumbuhan IPM Garut tersebut kedua terbesar setelah Kabupaten Indramayu.

“Pertumbuhan IPM di Garut itu kedua paling besar setelah Indramayu walau peringkatnya ada di bawah. Kondisi geografis dan budaya yang mempengaruhinya,” kata Widi.

Menurut Widi, masih terdapat disparitas atau perbedaan antara kabupaten/kota dalam penghitungan IPM ini. Terlebih sebagian besar warga di Garut tinggal di kawasan pedesaan.

“Dari perhitungan IPM tahun 2014 lalu, rata-rata lama sekolah warga Kabupaten Garut adalah 6,83 tahun. Sementara harapan lama sekolah yakni 11,62 tahun. Sedangkan pengeluaran per kapita per tahun sebesar Rp6.372.000,” sebutnya.***Bro

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *