SENI HIBURAN

Menapak Jejak Rhoma Irama: Tangis Elvy Menuai “Pesta Panen”

Selepas dikenal sebagai pemain film, Camellia Malik pun pernah sukses merebut identitas suara ‘cadel’-nya di pentas dangdut. Tampil  sebagai pelopor aksi dangdut dengan gaya Jaipongan.(Dokumentasi Yodaz)
Selepas dikenal sebagai pemain film, Camellia Malik pun pernah sukses merebut identitas suara ‘cadel’-nya di pentas dangdut. Tampil sebagai pelopor aksi dangdut dengan gaya Jaipongan.(Dokumentasi Yodaz)

Menapak Jejak Rhoma Irama: Bagian (29)

Oleh: Yoyo Dasriyo

MASIH membasah dalam ingatan. Elvy Sukaesih memprotes tulisan kecil tentang Itje Tresnawaty, karena pendatang dunia dangdut berparas menawan itu, saya sebut figur calon pengganti Elvy. “Enak aja ditulis calon pengganti Elvy Sukaesih..? Emang saya sudah tiada…?” sambut Elvy di Garut sambil mencibir sengit (1975). Namun reaksi itu hanya luapan emosi spontan saja. Tidak merusak komunikasi. Bahkan terjalin masa kebersamaan dalam show “Soneta” di Garut, Tasikmalaya hingga perjalanan ke Banjar.

Setahun setelah saya bertandang ke rumahnya di Jakarta, dan terperangkap penantian hampir dua jam di teras rumahnya, saya jumpai lagi Elvy di Stadion Jayaraga (1979). Rentang waktu setahun itu, agaknya mengeringkan ingatan Elvy. Artis ini menyanggah peristiwa kekesalan saya di teras rumahnya.”Ah kapan sih? Kalau mau datang, telepon dulu dooong..” katanya. Bola matanya mendelik manja. Masih juga tidak ada kata maaf. Lain lagi dengan perjumpaan malam di Hotel “Tirtagangga” Cipanas, Garut, (1997).

Mungkin suasana hati “Umi” terbebas dari beban. Malam itu tergelar perbincangan lepas. Hangat dan akrab. Baru saya dengar Elvy Sukaesih bertutur lepas. Mengungkap rasa syukur atas karunia dari kemurahan Allah. “Suatu malam saya pernah nangis mensyukuri karunia Allah, yang telah memberi kemerduan suara saya. Allohu Akbar! Tengah malam saya dengar alunan suara saya sendiri waktu berlagu. Ya Allah terimakasih, Engkau begitu pemurah! Engkau beri saya kemerduan suara seperti itu…” tutur suara Elvy lirih. Nyaris tak terdengar.

Bola matanya berkilat. Linangan tangis bahagianya berkaca-kaca. Saya tertegun. Elvy merendahkan suaranya dan bersenandung lagu “Pesta Panen” yang diciptakannya. Saat menyikapi tentang kalangan artis pendatang bersuara mirip suara Elvy, seketika “Umi” tersenyum datar. “Boleh saja mereka meniru atau mampu memiripkan suaranya seperti saya, tapi itu hanya bisa kalau menirukan lagu yang sudah saya nyanyikan. Coba kalau mereka nyanyi lagu baru, belum tentu bisa mirip suara Elvy Sukaesih..”

Ratu Dangdut ini tertawa nyaring. Agaknya itu perjumpaan paling mengesankan dengan Elvy Sukaesih. Keyakinan Elvy memang benar. Hingga kini, suara dan cengkok dangdut Elvy Sukaesih tersendiri. Belum pernah hadir penyanyi dangdut pendatang, yang mampu membayangi suara khas Elvy, tanpa nyanyian Elvy Sukaesih.

Betapapun ciri khas alami, berharga identitas anugerah Illahi untuk seseorang. Tak bisa ditandingi dengan tiruan gaya suara yang dimirip-miripkan. Itu juga yang pernah saya yakinkan ke Camelia Malik, sebelum artis film ini menerjuni kancah rekaman dangdut bersama OM “Tarantula” pimpinan Reynold Panggabean. Suatu malam di tahun 1981, berdua (alm) Denny Sabri, saya jumpai Reynold di rumahnya. Di tengah obrolan hangat, mantan drummer The Mercy’s” itu mempersilakan saya ngobrol dengan Mia.

“Mia lagi kurang enak badan, ‘Kang! Masuk aja. ‘Nggak apa-apa..” Reynold minta saya memasuki ruangan lain yang nyaman. Tempat Camelia Malik istirahat. Walau langkah risi, saya masuk juga ke ruangan itu. Tampak Mia tersandar lesu di atas pembaringan. Suasana ruangan nyaman, dalam keremangan lampu. Saya sempat menanyai Mia tentang kemungkinan tampil sebagai penyanyi. Seketika Mia berderai tawa nyaring. “Ah.., suara saya ‘nggak bagus! Lagi pula, saya nggak bisa ngucapin ‘er’. Nanti bikin malu dong, ada penyanyi ‘cadel’…” katanya.

Saya lalu mencontohkan keberanian Meriam Bellina, yang pernah jadi penyanyi pop. Mer dan Mia memang sama berlidah cadel. “Itu justru bakal jadi ciri khas, Mia..! Jadi identitas tersendiri..” Camelia Malik masih tertawa. Selepas perjumpaan itu, ternyata Camelia Malik pernah melejit di pentas penyanyi dangdut. Lagu “Wakuncar”, “Culak-Colek” maupun “Gengsi Dong” merebut pasar. Pesona aksi pentasnya pun memukau, dengan gaya Jaipongan. Camellia Malik sukses menuai identitasnya ***

(Bersambung)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *