Gapura Kota Banjar ,- Perguruan Pencak Silat Kombinasi Anggrek Putih, menggelar hiburan seni ibing pencak selat dkombinasikan dengan seni Debus dan Kuda lumping. Selain untuk mengasah kemampuan para anggota perguruan, kegiatan ini juga digelar dalam rangka mengisi liburan anak-anak sekolah terutama bagi para anggota perguruan dan sekaligus memberikan hiburan gratis kepada masyarakat, untuk tetap menikmati hiburan tradisional didaerah mereka.
“Seni Debus dan Kuda lumping sendiri merupakan sebuah pertunjukan kesenian tradisional yang menggunakan kekuatan magic. Para pemain dituntut memainkannya dengan waditra berupa kuda-kudaan yang terbuat dari anyaman bambu dan diberi motif atau hiasan dan direka mirip dengan kuda.” Kata Abah Sutijo Guru Besar Perguruan Silat Anggrek Putih disela-sela acara senin (23/6/2014)
Perguruan Pencak Silat kombinasi Anggrek Putih, adalah perguruan pencak si;at yang berada di Dusun Warung Buah, Desa Neglasari, Kecamatan Banjar, Kota Banjar. Sebagai sebuah perguruan silat Angrek Putih juga memiliki banyak murid yang tersebar disekitar Kota Banjar.
“Seperti yang terlihat pada pentas Kesenian Debus dan Kuda Lumping saat ini, cukup menarik dan menghibur banyak penonton karena pemainnya sendiri merupakan asli anak-anak Kota Banjar “. Ungkap Abah Sutijo.
Menurutnya, para pemain yang memang menguasai ilmu bela diri pencak silat mampu melakukan berbagai atraksi yang sangat ekstrim atau berbahaya bagi orang yang tidak terlatih. “permainan seperti menusukkan besi ke tangan, berguling-guling diatas beling kaca, hingga loncat-loncat diatas tumpukan belin, ini memerlukan keahlian yang harus terlatih dan dipelajari dengan tekun”. Imbuhnya.
Selain aksi Debus, kemampuan para anggota perguruan silat Angrek Putih juga dapat menampilkan tarian Kuda Lumping, dimana puncak dari tarian ini adalah para penarinya sampai mabuk, lupa diri atau yang disebut dalam bahasa sunda “mendem”. Karena lupa dan berada dibawah alam sadar, Para penari tersebut akan memakan apa saja, termasuk yang berbahaya dan yang tak lazim dimakan manusia.
“Mereka bisa memakan beling, dedaunan dan dedak atau gabah padi, namun juga penampilan kocaknya tetap ada seperti meminta disepertikan orang gila, sehingga tingkah laku mereka mirip orang tidak waras atau gila dan inilah keunikan dari permainan Kuda Lumping yang sangat menghibur penonton dan membuat tertawa terbahak-bahak” Papar Abah Sutijo.
Namun sejauh ini Abah Sutijo cykup menyayangkan, keberadaan perguruan silat dan kemampuan anak-anak asuhnya, belum mendapatkan apresiasi yang benar-benar mengarah pada pembinaan seni tradisional dari pemerintah Kota banjar.
Padahal lanjut Abah Sutijo, salah satu muridnya di bidang seni ibing Pencak Silat, cukup berprestasi bisa mewakili Kota Banjar mengikuti Pasanggiri Ibing Pencak Silat tingkat Provinsi Jawa Barat.***Hermanto