RAGAM

Menengok Aktifitas Para Napi di Rutan Garut

Ini Rutan yang berada di pusat jantung Kota Garut, foto istimewa
Ini Rutan yang berada di pusat jantung Kota Garut, foto istimewa

Gapura Garut ,- Keberadaan Rumah Tahanan Negara (Rutan) yang menjadi tempatnya para narapidana menjalani hukuman,  selama ini lebih dikenal masyarakat sebagai tempat yang kaku dan menyeramkan. Dinding rutan yang tebal dan menjulang tinggi, memang telah membatasi pengetahuan seperti apa aktivitas di dalamnya.

Rutan Klas IIB Garut misalnya. Terletak di pusat keramaian Kabupaten Garut, bangunan rutan yang berlokasi di perempatan alun-alun ini seolah memisahkan kehidupan orang-orang di dalamnya dengan keseharian masyarakat.

Selain memiliki tembok berkawat duri, rutan ini dilengkapi dengan beberapa menara pos pemantau di setiap sudutnya. Setiap hari masyarakat hanya melintasi rutan itu dalam menjalankan setiap rutinitasnya, apakah berangkat bekerja atau sekedar berbelanja.

Mereka tidak tahu persis seperti apa aktivitas di dalam rutan. Rupanya kesan seram yang dibayangkan selama ini tidak terjadi di Rutan Garut.

Hal itu berkat program peningkatan kompetensi tenaga kerja dan produktivitas yang diterapkan pihak rutan terhadap setiap warga binaan di dalamnya. Melalui program tersebut, warga binaan beraktivitas seperti seorang pegawai di salah satu tempat usaha.

Layaknya di sebuah bengkel pengelasan, warga binaan terbiasa membuat berbagai barang yang memiliki nilai jual dari bahan besi. Misalnya dari membuat pagar besi, hingga lampion dan tempat penangkaran burung.

Bahkan di sudut ruangan rutan lainnya, sejumlah warga binaan terampil membuat kerajinan tangan serta mampu mengolah taman. Dari aktivitasnya itu, mereka mendapat penghasilan.

Bagaimana tidak, barang hasil keahlian tangan mereka kerap dipasarkan oleh pihak rutan ke masyarakat luas. Tidak jarang, pihak rutan pun selalu mendapat pesanan akan barang-barang yang diproduksi warga binaannya.

Meski hanya mendapat penghasilan setengahnya, karena sebesar 50 persen sisanya harus disetor ke kas negara, para warga binaan ini tampak senang. Menurut mereka, kegiatan itu mengasah keahlian dan mengisi waktu mereka selama menjalani masa pembinaan.

“Dengan kegiatan seperti ini, kami tidak stres. Apalagi keahlian yang diperoleh dari sini sangat bermanfaat ketika kami bebas dan kembali ke masyarakat,” tutur seorang warga binaan bernama Agus (38), Rabu (20/1/2016).

Agus merupakan seorang warga binaan Rutan Klas IIB Garut yang terampil di bidang pengelasan. Agus mengaku keahlian pengelasan tersebut tidak langsung ia miliki.

“Saya sebelumnya dilatih dulu. Jadi tidak langsung bisa. Ada pelatihan tata caranya dahulu, itu pun dilakukan sambil dipraktekan. Setelah mengetahui bagaiman caranya, baru mengerjakan sendiri sesuai dengan pesanan,” ujarnya.

Berbeda dengan warga binaan pria, keahlian warga binaan wanita lebih diarahkan ke pembuatan berbagai kerajinan. Misalnya adalah kotak tisu berbahan dasar kain, gantungan kunci, frame foto, hingga bros.

Sementara itu, Kepala Rutan Klas IIB Garut, Sopian, menjelaskan aktivitas yang dilakukan para warga binaan tersebut merupakan salah satu kegiatan pembinaan kemandirian. Kegiatan itu merupakan bekal mereka setelah kembali ke masyarakat.

“Kami didik para warga binaan ini untuk terus mengasah kemampuannya. Kami berharap mereka akan menjadi manusia yang produktif dan mandiri setelah kembali ke masyarakat nanti,” jelas Sopian.

Mengenai hasil penjualan produk, Sopian memaparkan, setengah pendapatan dari hasil kegiatan yang disetorkan ke negara, ditujukan untuk Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Sebab dalam setiap menjalankan kegiatannya, warga binaan telah dibekali negara berbagai peralatan dan bahan baku.

“Biasanya warga binaan di sini menggunakan uang penghasilannya untuk disimpan sebagai modal, atau ada yang diberikan ke keluarga mereka sebagai sumber penghidupan,” imbuhnya.***Bro

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *