Gapura Indonesia NEWS SENI HIBURAN Mengusik Kepeloporan Artis Bugil Indonesia
SENI HIBURAN

Mengusik Kepeloporan Artis Bugil Indonesia

Dua bintang film nasional legendaris, (alm) Bambang Hermanto dan (alm) Nurnaningsih, dalam adegan film “Harimau Tjampa” (1953) karya (alm) D Djayakusumah. Film ini menerbitkan sebutan Nurnaningsih sebagai artis pelopor adegan bugil… (Istimewa)

Dua bintang film nasional legendaris, (alm) Bambang Hermanto dan (alm) Nurnaningsih, dalam adegan film “Harimau Tjampa” (1953) karya (alm) D Djayakusumah. Film ini menerbitkan sebutan Nurnaningsih sebagai artis pelopor adegan bugil…  (Istimewa)
Dua bintang film nasional legendaris, (alm) Bambang Hermanto dan (alm) Nurnaningsih, dalam adegan film “Harimau Tjampa” (1953) karya (alm) D Djayakusumah. Film ini menerbitkan sebutan Nurnaningsih sebagai artis pelopor adegan bugil…
(Istimewa)

Oleh : Yoyo Dasriyo

Setelah terungkap kepeloporan artis dalam adegan ciuman di film nasonal, banyak orang terusik menanyakan artis film pelopor adegan bugil dalam film Indonesia. Dalam beberapa situs, memang termuat dafar 5 nama artis film nasional sebagai pelopor adegan bugil. Bermula dari Nurnaningsih, Rahayu Effendy, Debby Chintya Dewi, Suzanna dan Yatie Octavia. Dunia keartisan film membukukan nama Nurnaningsih sebagai artis yang pernah menyulut gunjingan dengan keberaniannya beradegan “panas”.

Semasa tingkat “keberanian” bintang film negeri ini, masih teramat langka dan “ditabukan”, artis Nurnaningsih kental dengan pemberitaan sensasional, Terlebih, setelah aksi panasnya dalam film “Harimau Tjampa” (1953) karya (alm) D Djayakusumah (bukan H Usmar Ismail), yang semi bugil hingga menjaringkan namanya sebagai artis film pelopor adegan bugil. Film buatan Perfini ini terhtung karya D Djayakusumah yang fenomenal di antara sederet film lainnya seperti “Lahirnya Gatotkaca”, “Pak Prawiro”, “Embun”, “Krisis”, “Dosa Tak Berampun”, “Tjambuk Api”, “Api di Bukit Menoreh”, “Sisa-Sisa Laskar Pajang” serta “Malin Kundang”.

Reputasi Nurnaningsih berlalu, saat meroket nama Rahayu Effendy. Sukses kehadiran artis film ini, bahkan disambut banyak media cetak era 1960-an dengan julukan “bom sex” Indonesia. Tak jelas, apa alasannya! Di dalam situs disebutkan, adegan bugil Rahayu Effendy tergelar dalam film “Tante Girang” (1974). Tetapi film “Bundaku Sayang” dan “Pacar Pilihan” disebut sebagai film Rahayu Effendy yang masuk unggulan FFI (Festival Film Inonesia) 1975.

Tak jelas juga, karena pemberlakuan film unggulan di FFI dengan jaringan nominasi, baru digelar di FFI 1979 Palembang. Kalaupun film yang diperani Rahayu Effendy berjaya di FFI 1975 Medan, bertajuk “Senyum di Pagi Bulan Desember” karya (alm) Wim Umboh yang memenangi gelar Film Terbaik. Film itu pun bersih dari adegan panas. Tetapi, riwayat perfilman mencatat adegan panas Rahayu Effendy yang menghebohkan, justru mencuat dalam film “Mat Dower” (1969) karya (alm) Nyak Abbas Akup..

Tentang keberanian Debby Chintya Dewi, memang pernah mendebarkan penonton film nasional. Adegan panasnya di film “Tiada Jalan Lain” (1972) bersama Alan Teng Kuang Yung, menjerat film karya (alm) Hasmanan itu ke dalam larangan edar! Dalam tingginya suhu film-film panas itu pernah lahir judul pula film “Hanya Satu Jalan” (alm Bambang Irawan), yang juga menjual pergumulan berahi.

Tetapi film panas Debby sebelumnya “Catatan Harian Seorang Gadis” karya (alm) Nyak Abbas Akup (1971), lolos dari jaringan sensor. Penonton film ini menahan napas, saat sebuah adegan menampilkan sosok mulus lekukan tubuh Debby, telanjang membelakangi kamera. Film wajah lain dari karya sutradara jempolan film komedi situasi itu, dimungkinkan bisa lolos sensor karena adegan erotis itu dikemas apik dan artistik. Kepasihan berbahasa gambar filmis itu pula, yang “menyelamatkan” adegan (alm) Farida Syuman tanpa busana di bibir pantai dalam film “Apa Jang Kau Tjari Palupi” karya (alm) Drs H Asrul Sani (1970).

Boleh jadi, keberanian Farida Syuman yang membekas dalam film heroik “Perawan di Sektor Selatan” karya (alm) Alam Rengga Surawidjaya itu, terpiggirkan dari percaturan bugil. Tak lain, karena Film Terbaik FFA 1971 itu tidak memenangi pasar film. Bahkan, tersapu sukses fantastis dari film “Bernapas Dalam Lumpur” karya (alm) Turino Junaedii, yang menggosok pamor (alm) Suzanna.

Adegan telanjang yang dilakukan (alm) Chtra Dewi pun dalam film “Nji Ronggeng”, tak banyak menyulut kehebohan, karena dalam film garapan (alm) Alam Rengga Surawidjaya itu, terkabar adegan panas Chitra Dewi dimainkan pemain pengganti untuk adegan mandi di pancuran bambu. Lain lagi dengan awal kehadiran Yatie Octavia, yang berani telanjang dada di film “Intan Perawan Kubu” (1972) karya (alm) AN Alcaff. Film ini yang jadi momentum historis keberanian Yatie Octavia beradegan ‘panas”!

Heboh dari keberanian Yatie dimantapkan dengan kehadiran film “Rahasia Perkawinan”, yang memenangi pasar film dalam negeri 1979. Tingginya jumlah penonton film karya H Maman Firmansyah itu, dibuktikan dengan kemenangan Piala Antemas simbol film terlaris FFI 1980 Semarang. Nama Ayu Azhari pun sempat menghangat dengan keberanan adegan telanjang bersama Frank Zagarino di film “Without Mercy” (1996). Kehebohan itu lalu memudar, manakala terkabar adegan tu hanya trik kamera semata…. ***

Exit mobile version