USAHA PRODUK

Ini Kata Raden Marlan Feedloter Sukses Sejak Tahun 1995

Raden Marlan Feedloter Sukses, foto Yuyus

Gapura Seleberita ,- Distribusi sapi yang tidak merata ke seluruh daerah diakibatkan oleh terbatasnya produksi sapi local,  sehingga memicu mahalnya harga sapi akibat ketimpangan antara suplai dan permintaan.

Raden Marlan salah seorang pengusaha yang sangat memahami persoalan tesebut menyebutkan dalam mengatasi terbatasnya pasokan sapi, pada tahun 1990 pemerintah membuka keran impor sapi bakalan secara besar-besaran dari Australia untuk digemukkan di Indonesia.

Menurut Raden Marlan yang merupakan Direktur Utama PT Widodo Makmur Perkasa, upaya tersebut  telah menumbuhkan lini usaha baru, yakni feedlot atau usaha penggemukan sapi.

“Saya terjun dalam usaha feedloter sejak 1995 dimana teknik standar dalam penggemukan adalah membuat sapi-sapi tersebut nyaman dengan memberikan ruangan yang cukup, asupan pakan dan vitamin memadai serta kebersihan kandang terjaga,”Ungkapnya saat berbincang bersapa jurnalis Gapura Media Jumat (31/3/2017).

Marlan menyebutkan  untuk pakan dalam penggemukan sapi dibuat formula khusus untuk membuat komposisi daging karkas—daging bertulang yang telah dikurangi kepala, kulit, jeroan, kaki bawah, dan ekor—setelah disembelih menjadi lebih banyak daging dari pada tulangnya.

“Keunggulan ini yang dicari oleh para pembeli dan yang dipergunakan perusahaan ini untuk bersaing dengan perusahaan sejenis. Maka peranan feedloter ini secara langsung maupun tidak langsung memberi peranan membantu pemerintah dalam menutupi minimnya persediaan sapi.”Tuturnya.

Dari jumlah sapi yang banyaknya 300 ekor, dan terus berkembang, kini usaha yang dirintisnya di kawasan Jakarta Timur telah  mampu menampung hingga 6000 ekor sapi. Pendistribusian sapi berfokus di area Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi.

“Feedlot sangat bergantung pada peraturan yang dikeluarkan pemerintah, ikuti regulasi. Misalnya, dulu ada pengurangan kuota, sekarang sudah enggak ada kuota, hanya ada persyaratan baru, lima berbanding satu. Kami impor lima ekor sapi, diminta impor indukan satu ekor, untuk proses pembibitan (breeding)”.Paparnya.

Regulasi yang baru, dinilai Marlan menimbulkan ketidakstabilan cash flow, karena pembibitan membutuhkan proses yang lebih lama dari penggemukan. Tapi perusahaannya berupaya selalu mengikuti aturan pemerintah.

“Saya ingin ada edukasi dari Pemerintah Bagaimana menghitung pajak yang benar, tidak hanya sosialisasi perlakuan,” katanya.

Lanjutnya, kepatuhan perusahaan pada pemerintah tidak hanya pada regulasi peternakan, tetapi juga regulasi perpajakan. Mulai dari sunset policy, tahun pembinaan pajak. Pada program tax amnesty kali ini, perusahaan ini bahkan mendaftar di periode pertama. Alasan perusahaan ikut dalam setiap program karena masih adanya kesalahan perhitungan pajak.

“Laba menurut saya dengan laba dari (kantor) pajak sering berbeda, jadi kadang terselip. Kalau memang kita punya salah-salah ya wajar, tobat saja, tapi ke depannya harus lebih baik. Makannya kami ingin memperbaiki yang tadinya buruk menjadi lebih baik.” terangnya.

Marlan memperkirakan, di luar sana masih ada banyak perusahaan yang kerap melakukan kesalahan perhitungan seperti pihaknya, karena masih minimnya edukasi perpajakan. “Saya ingin ada edukasi dari pemerintah bagaimana menghitung pajak yang benar, tidak hanya sosialisasi perlakuan.”  jelasnya.

Menyoroti pedagang sapi atau UKM yang belum terjaring pajak, karena belum memiliki sistem pembukuan yang memadai. Untuk merangkul mereka, Marlan berpendapat negara bisa menganggarkan pengadaan cash register (mesin kasir) untuk pedagang potensial. Dengan cara tersebut, petugas pajak cukup melakukan opname setiap bulan untuk memperkirakan omzet dan pajak yang harus dibayar para pedagang.

“Itu anggaran investasi. Sama tatkala pemerintah bikin dermaga, kan, dapatnya kapal sandar. Kalau enggak ada dermaganya, dari mana dapat duit? Nyandar di mana-mana, lolos deh duitnya. Jadi, kalau cari ikan, ya bikin umpan, lempar umpannya, nanti tinggal dapat yang gede atau kecil.***Yuyus

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *