Gapura Ciamis ,- Kelompok Usaha Kecil Menengah (UKM) Pengrajin Sapu Lidi Kawasen di dusun Sumanding, desa Kawasen, Kecamatan Banjarsari, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, semakin hari semakin terus dikenal luas berbagai kalangan , terutama bagi para pengguna hasil kerajinan tangan kelompok UKM kerajinan tersebut.
Keberadaan warga setempat yang sudah hampir belasan tahun menggeluti kerajinan berbahan baku sapu lidi ini, membuat mereka semakin mahir dan mampu membuat berbagai hasil kerajinan yang fariatif, Seperti piring dan keranjang dari sapu lidi yang sangat diminati.
Berkat kreatifitas warga setempat, limbah sapu lidi yang sebelumnya hanya digunakan untuk bahan membuat sapu, kini bisa disulap menjadi berbagai macam kerajinan piring dan keranjang buah-buahan serta baki lamaran bernilai seni serta harga jual tinggi.
Menelusuri pejalanan panjang keberadaan UKM pengrajin piring dari sapu lidi yang kini menjadi sumber mata pencaharian warga Kawasen tidaklah sulit, karena dari mulai masuk kampung hingga keujung Desa Kawasen warga sudah sangat mengenalinya.
Menurut Kinkin, salah seorang pengrajin Sapu lidi tersebut, awal mula bangkitnya UKM kerajinan dikampungnya tersebut beberapa tahun silam saat keeradaan ekonomi berada pada keterpurukan.
“Awalnya memang sangat sulit , kami mencoba merintis usaha bersama produk rumahan dengan modal kecil kecilan, namun sering waktu dan mulainya banyak permintaan, alhamdulillah terus berkembang dengan mempekerjakan ibu-ibu rumah tangga dan anak-anak muda yang masih menganggur saat itu”, Kata Kinkin, saat ditemui Rabu (27/4/2016).
Menurutnya selama ini kemampuan dalam membuat aneka kerajinan dari sapu lidi telah berhasil diturunkan kepada belasan pengrajin lainnya yang berada disekitar desa Kawasen.
“Saat ini sudah banyak yang bisa membuatnya sehingga di Desa kami kini terkenal dengan Kampung Pengrajin Sapu Lidi dan banyak dijadikan tempat observasi bagi para peneliti di bidang Usaha Kecil Menengah dan perdagangan dari beberapa universitas”, Ungkapnya.
Sementara itu terkait proses pembuatannya, Kikin mengatakan sangat mudah dan gampang untuk diikuti karena caranya masih sangat sederhanan dan seluruhnya menggunakan tangan atau (hand made).
“Sapu lidi terlebih dahulu di sortir dengan memilah yang memiliki kelenturan bagus, kemudian puluhan batang sapu lidi di anyam berbentuk piring atau tergantung bentuk ukuran yang diinginkan pemesan. Supaya bisa bertahan lama, piring yang sudah dibentuk kemudian di beri olesan pernis hingga merata dan sekaligus berfungsi untuk memperindah tampilannya”, Tuturnya.
Saat ini Kelompok pengraji UKM Kawasen setiap harinya mendapatkan permintaan piring sebanyak 2000 biji dan dikirim setiap dua hari sekali . Sementara itu kemampuan para pengrajin dalam satu bulan mampu memasok sekitar 30 ribu piring lidi berbagai uuran.
“Kami mematok harga sesuai dengan tingkat kesulitan dan kebutuhan bahan baku saja, biasanya harga yang kami patok mulai dua ribu sampai puluhan ribu rupiah untuk perbuahnya”, Ucapnya.
Dalam setiap tahun lonjakan permintaan biasanya terjadi menjelang bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri, biasanya permintaan naik hingga tiga kali lipat dari bulan-bulan biasanya.
Meski kegiatan usaha kerajinan sapu lidi tersesubut terus berkembang pesat, namun sejumlah pengrajin mengaku masih sangat minim perhatian dari pihak terkait terutama dalam membuka potensi pasar serta bimbingan teksnis agar usaha tersebut terus berkembang dan mampu bertahan, baik dari asfek permodalan maupun dari pengtahuan para pengrajinnya.
Sejauh ini para pengrajin Kawasen melakukan kegiatan usahanya murni berkat keuletan dan kerja keras masing-masing pengrajin. Padahal proses pemasaran telah dilakukan kesejumlah tempat tempat wisata dan kota-kota besar, seperti Bandung, Jakarta, Jogjakarta hingga ke sejumlah kota diluar pulau jawa, bahkan sejumlah pesanan mulai datang dari Korea dan china. Keberadaan para pengrajin Kawasen telah membawa harus nama Kabupaten Ciamis sebagai sentra kerajinan Sapu Lidi. ***Dedi Kuswandi
2 Comments