SOSIAL POLITIK

Areal Pusda’i Kota Banjar Jadi Polemik Seniman Dan Santri

pusdai

Gapura Kota Banjar , – Keberadaan areal Pusda’i Kota Banjar terkait fungsi dan kegiatan yang dapat digelar dilokasi tersebut mulai disoal sejumlah pihak. Areal Pusdai tersebut kini menjadi polemik antara kelompok seniman dan  kelompok santri, pasalnya dari kedua kelompok  tersebut keduanya mengemban visi dan misi yang memiliki bentuk kegiatan berbeda jauh, sehingga yaitu bidang kesenian yang dikelola Seniman dan santri (pihak Pusda’i ) tidak akan cocok jika harus disatukan di tempat itu.

Menurut Karso salah seorang  anggota ormas islam FPI Kota Banjar mengatakan  diareal pusdai menjadi kurang pas jika disatukan dengan bidang kesenian dan budaya. Pasalnya, disatu sisi jika sedang berlangsung acara keagamaan, namun  disisi lain juga mengadakan hiburan yang isinya berlainan.

“Saya disini justru akan mempertanyakan tentang perencanaannya, jangan sampai nantinya kota Banjar malah ditertawakan oleh orang lain, ada Pusdai menyatu dengan bidang seni dan budaya yang berlaku umum,”Kata Karso, Selasa (9/6/2015).

Karso menambahkan, dirinya tidak mempermasalahkan bidang keseniannya, namun hal ini menurutnya kurang pas saja. Mungkin disini salah satunya harus ada yang dikorbankan atau mengalah, jika terus menyatu, tentunya khawatir hal ini akan terus menjadi polemik.

“Tinggal pilih saja salahsatu, mau bidang kesenian atau pusdainya, jika bidang kesenian yang akan dikembangkan, tinggal dibongkar saja gedung pusdainya, tapi apakah berani membokar sebuah mesjid?,”Ungkapnya.

Apih Aco selaku seniman kota Banjar mengatakan, sebaiknya dikembalikan pada fungsi awal tempat tersebut sebagaimana dalam perencanaannya, apakah untuk kegatan pusat da.wah Islam  atau juga dapat menggelar kegiatan seni dan  budaya.

“Kalau memang seperti itu, silahkan mau bagaimana cara mengaturnya, sebetulnya tidak akan menjadi masalah jika ada koordinasi yang baik antara pihak Pusdai dan Seniman, tinggal mengatur waktunya saja, antara kegiatan pusdai jangan sampai bersamaan dengan waktu kegiatan kesenian,”Tegas Aco.

Aco menambahkan, bahwa areal tersebut memang pembangunannya bersamaan, namun menurutnya dalam perencanaannya areal tersebut merupakan areal terbuka untuk gelar karya pemuda dibidang seni dan budaya.

“Jika tiba-tiba dibangun gedung pusdai, mungkin ada pertimbangan lain dari pihak pemkot Banjar, mungkin karena lahannya tidak ada sehingga pembangunan areal kesenian dan pusdai tempatnya disatukan,”imbuhnya.

Sementara itu, sesepuh FPI Kota Banjar Asep Samurai menuturkan bahwa dalam hal ini memang harus dimusyawarahkan dengan tokoh masyarakat, ulama, seniman, dan pemerintah. Karena mau bagaimanapun mesjid merupakan tanda kebesaran agama islam.

“Kita harus duduk bersama dalam hal ini, dan mengambil langkah yang positif untuk mengantisipasi hal-hal yang menjurus kepada kemaksiatan,”ujarnya.

Asep menambahkan, bahwa minimal jarak seratus meter itu aktivitasnya harus berlandaskan dengan keagamaan, dan jika dalam seratus meter tersebut masih dilakukan kepada hal yang mengundang kemaksiatan, maka itu tidak dibenarkan apapun alasannya.

Ketika disinggung dengan aksi sweeping yang dilakukan oleh ormas Islam FPI pada sabtu malam di areal pusdai, ia menjawab secara kebetulan kegiatan kesenian yang sedang digelar di panggung kesenian pusdai, itu durasi waktunya sudah selesai.

“Saat kami turun melakukan sweeping, secara bersamaan kegiatan kesenian tersebut sudah selesai, dan kami tidak sedikit pun membubarkan acara kesenian itu”, Jelasnya.

Sejauh ini lanjut Asep, dirinya tidak mempermasalahkan terhadap seni dan budaya, karena dengan seni merupakan kebutuhan dalam kehidupan manusia.***Hermanto

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *