SOSIAL POLITIK

Mirip Penderita Epilepsi, Rido Hanya Bisa Tergolek Lemah

Rido (7) bocah penderita Mirip epilepsi hanya bisa terbaring lemas dirumah orang tuanya yang terbuat dari bilik bambu.Foto Kus Kus Markuseu
Rido (7) bocah penderita Mirip epilepsi hanya bisa terbaring lemas dirumah orang tuanya yang terbuat dari bilik bambu.Foto Kus Kus Markuseu

Gapura Garut ,- Rido Jalaludin ( 7) anak kedua dari pasangan Sarimintarsi ( 30) dan Maman ( 35) warga Kampung Cimuncang Rt 02, Rw 08 Desa Karang Tengah Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut, Jawa Barat,  hampir selama lima tahun hanya bisa  terbaring lemas.

Sakit yang diderita Rido mirip dengan ayan atau epilepsi, dimana Rido seringkali kejang-kejang hingga jatuh pingsan.  Penderitaanya itu  membuat Rido harus mengubur mimpi-mimpinya untuk bersekolah atau sekedar bermain bersama teman sebaya dikampungnya.

Hampir setiap hari, Rido hanya tergolek lemas di rumahnya yang  terbuat dari bilik bambu dengan ukuran 3 x 4 meter persegi, namun hampir seluruh tiang penyangganya sudah pada kropos karena belum pernah diganti semenjak dibangun oleh kedua orang tuanya.

Menurut Wartini (60) neneknya Rido, saat  ditemui dirumahnya mengatakan, Rido mulai diketahui mengidap penyakit mirip  epilepsi tersebut saat berusia   dua tahun , setelah sebelumnya menderita demam dengan panas  sangat   tinggi.

“Setekah sembuh dari sakit panas tinggi, Rido jadi sering kejang-kejang disertai demam tinggi, biasanya sekujur badannya menggigil, lesu, sulit tidur kemudian berkeringat wajahnya pucat serta matanya berair”. Kata Wartini sambil berkca-kaca sambil melirik kearah Rido yang masih terbaring, Jumat (19/9/2014).

Wartini, menuturkan, sejauh ini karena ketidak mampuan orang tuanya, Rido belum pernah satu kalipun di bawa ke Rumah sakit untuk di periksa, sehingga penyakit yang diderita Rido juga belum jelas penyebabnya, sebab saat lahir hingga usia dua tahun Rido tergolong balita yang normal.

“Karena  tidak ada biayanya jangankan  untuk berobat, untuk kebutuhan makan sehari hari pun sangat kekurangan”. Ucapnya.

Ayahnya Rido hanya pekerja serabutan dengan penghasilan yang tidak menentu, membuat hidup Rido semakin menderita dan tersiksa dengan penyakit yang dideritanya.

Selama ini untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari orang tua Rido hanya mengandalkan belas kasihan orang yang dan para tetangganya disekitar kampung tempat tinggalnya.***Kus Kus Markuseu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *