SENI HIBURAN

Lestarikan Warisan Budaya, Warga Batulawang Kembali “Ngabungbang”

Suasana Ngabungbang di Desa Batulawang, kecamatan Pataruman Kota Banjar, foto Hermanto
Suasana Ngabungbang di Desa Batulawang, kecamatan Pataruman Kota Banjar, foto Hermanto

Gapura Kota Banjar ,- Tradisi “Ngabungbang”, adalah sebuah kegiatan masyarakat di tatar Sunda yang hingga kini masih terus dipertahankan dan dilesatarikan oleh warga Desa Batulawang, Kecamatan Pataruman,  Kota Banjar, Jawa Barat.

Warga setempat bertekad untuk terus mempertahakan tradisi warisan budaya yang merupakan paduan seni budaya Sunda dengan nafas Islam.

“Ngabungbang adalah suatu kegiatan tradisi urang sunda untuk beraktifitas dimalam hari di bawah cahaya terang  bulan pada tanggal 14 kalender Hijriyah. Secara harfiah ngabungbang berarti diam diluar rumah serta tidak tidur semalam suntuk”, Kata Kidemang, sesepuh adat dan salah satu Tokoh Budaya setempat saat ditemui disela-sela kegiatan tersebut, Sabtu (31/10/2015) malam.

Menurutnya, kegiatan ini merupakan kegiatan yang rutin menjadi agenda tahunan dari masyarakat Batulawang sebagai salah satu bentuk konsistensi dalam mempertahankan dan melestarikan  warisan budaya leluhurnya.

“Ini bagi kami telah menjadi agenda tahunan untuk terus mengingat dan menghidupkan seni tradisi ini agar tetap dikenal anak cucu kami”, Tuturnya.

Bertempat di lapangan sepak bola Sangkuriang Desa Batulawang, kegiatan tepat dimulai pukul 20.00 WIB dengan  diawali tradisi penyambutan kepada para Inohong, diantaranya menjemput tamu undangan dari unsur Muspida Kota Banjar.

Acara yang menyedot perhatian warga Desa  dan warga masyarakat sekitarnya ini, juga menjadi ajang silaturahi dari para pelaku seni, pemangku adat dan Budayawan Kota Banjar untuk bersama-sama hadir menjadi bagian dari kegiatan tersebut.

Sejumlah pagelaran seni seperti Pencak Silat, Gondang, Kacapi Suling, serta seni tradisional Sunda lainnya dipentaskan untuk meramaikan berlangsungnya tradisi ngabungbang.

Sementara itu daya tarik  dari tradisi ngabungbang ini, dipuncak akhir acara  selalu menghadirkan pertunjukan kesenian Ronggeng Ibing (Amen), dimana para inohong serta masyarakat berbaur menari bersama empat  orang ronggeng cantik. Mereka mengikuti alunan musik gamelan khas Sunda, dengan irama serta ibingan yang serempak.

Lilis Suryani (44) warga Batulawang mengatakan dirinya selalu mengikuti acara tersebut setiap tahunnya. Ia tidak ingin ketinggalan untuk “ngengklak” (menari), terutama pada segmen Ronggeng Amen.

“Segemen Ronggeng Amen ini yang selalu ditunggu-tunggu warga, karena dapat dengan mudah berbaur dengan berbagai kalangan termasuk para pejabat tanpa ada sekat dan batasan ini menariknya”, Kata Lilis sambil terus menari-nari.

Setiap acara ngabungbang, lanjut Lilis, dirinya tidak pernah ketinggalan untuk selalu hadir dan megikutinya dibarisan paling depan.

” Ini kan  untuk hiburan, selebihnya sebagai orang Sunda kami bangga memiliki tradisi warisan leluhur yang harus terus dipelihara dan dilesatrikan agar tidak punah”, Tandasnya.***Hermanto

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *