SENI HIBURAN

Nostalgia HM Guntur Palessa,Tukang Sate Itu Abdi Dalem Garut…..

Potret kenangan (alm) Rachmat Kartolo, HM Guntur Palessa dan (alm) Dicky Zulkarnaen, waktu bertandang ke Leles Garut (1978). (Foto: Istimewa)
Potret kenangan (alm) Rachmat Kartolo, HM Guntur Palessa dan (alm) Dicky Zulkarnaen, waktu bertandang ke Leles Garut (1978).
(Foto: Istimewa)

Gapura Seleberita,-  Suatu malam di tahun 1978, dua aktor film nasional (alm) Dicky Zulkarnaen dan (alm) Rachmat Kartolo, bertandang ke rumah kediaman HM Guntur Palessa di Leles, Garut, Jawa Barat.

Reputasi Dicky Zulkarnaen tengah berkilat, sejak sukses pasar film laga “Si Pitung” (1971) karya (alm) Nawi Ismail. Agak berbeda dengan Rachmat Kartolo, yang lebih dikenal orang sebagai biduan “patah hati” atas kepopuleran lagu “Patah Hati”-nya. Putera pasangan artis populer, (alm) Roekiah dan (alm) Kartolo itu, lalu melebarkan sayap kariernya sebagai aktor dan sutradara film nasional.

“Waktu itu Kang Dicky ngajak akang untuk mendampinginya tampil dalam film ‘Si Pitung Beraksi Kembali’! Tapi kebetulan akang juga lagi syuting, bahkan berperan utama di film ‘Dia Yang Kembali” yang disutradarai SA Karim” cerita HM Guntur Palessa di Leles, sepulang dari lokasi “Tugu Juang” Selaawi, Garut.

Guntur tidak bisa memenuhi ajakan Dicky, untuk mendukung film garapan Lie Soen Bok itu. Malam harinya, aktor film kenamaan yang memberi nama Guntur Palessa itu, mengajak jalan-jalan ke Kota Garut.

“Tur.., carikan sate yang enak di Garut!” pinta Dicky Zulkarnaen. Lalu Guntur bertiga Dicky Zulkarnaen dan Rachmat Kartolo, meluncur ke perkotaan Garut. Lokasi yang ditujunya, sebuah kedai sate unggulan Garut, yang berada di Pasar Buah, sebelah Hotel “Tasikmalaya” dan Studio Foto “Preanger”, Jl Jend A Yani Garut.” Dulu di situ banyak kios-kios, di dalam ruangan yang memanjang. Orang Garut menyebutnya Pasar Buah” kenang Guntur Palessa.

“Saya lupa lagi, siapa nama tukang sate itu! Tapi kata orang Garut, dulu sate paling kesohor itu Sate Pandi…” ceritanya. Selama menunggu proses bakar daging sate domba, Dicky Zulkarnaen ngobrol dengan tukang sate itu. Dicky mengaku, masa kecilnya pernah lama tinggal di Pendopo Garut, menuturi kakek yang menjabat sebagai Bupati Kabupaten Garut.

Sesaat tukang sate tertegun memandangi sosok Dicky Zulkarnaen. Lalu menanyakan nama kakek sang aktor film itu. Begitu Dicky menyebut nama (alm) RAA Soeria Kartalegawa, seketika tukang sate tersentak, lalu duduk bersimpuh di depan kaki Dicky Zulkarnaen. “Aduh hapunten, Juragan! Bapa teh kapungkur kantos janten abdi dalem anjeunna di Pendopo Garut” kata tukang sate, sambil menjatuhkan wajahnya. Rachmat Kartolo dan Guntur Palessa terbengong. Dicky pun terkejut. Lalu segera merangkul dan memeluk tukang sate itu, hingga mengajaknya berdiri.

Lokasi ‘Pasar Buah” di pusat perkotaan Garut, kini berganti rupa jadi pertokoan modern, dekat “Garut Plaza”. Kedai sate kenangan pun, sudah lama berpindah lokasi ke jalan Ciledug.”Akang baru ingat lagi sekarang peristiwa itu, setelah melihat kembali foto yang bertiga waktu mereka datang ke rumah” kenang HM Guntur Palessa, yang kini berkapasitas penasehat DPC PARFI Garut. Salah satu filmnya yang pernah dimainkan bersama Dicky Zulkanaen, berjudul “Si Ronda Macan Betawi” karya Fritz G Schadt.***Yodaz

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *