SENI HIBURAN

20 Tahun Nike Ardilla Tiada: “Hilangnya Seorang Gadis”

Sang mega bintang (alm) Nike Ardilla, bersama Yoyo Dasriyo dan Evy Sopha di Jembatan Cirahong, Ciamis (1987). Kejutan kepergiannya mengusik lagu tanpa syair jadi “Sebuah Lagu Buat Nike”. (Foto: alm Denny Sabri)
Sang mega bintang (alm) Nike Ardilla, bersama Yoyo Dasriyo dan Evy Sopha di Jembatan Cirahong, Ciamis (1987). Kejutan kepergiannya mengusik lagu tanpa syair jadi “Sebuah Lagu Buat Nike”.
(Foto: alm Denny Sabri)

20 Tahun Nike Ardilla Tiada: Bagian (2) Selesai
“Hilangnya Seorang Gadis”

Oleh Yoyo Dasriyo

Padahal, komposisi syair lagu itu, bisa diluruhkan ke dalam lara atas kepergian almarhumah. Ingat lagi kesederhanaan rangkaian bait syairnya, yang bertutur pendek: “Aku kenal dia dalam suatu masa. Dianya tersenyum melambaikan tangannya. Kusayangi dia dalam segalanya. Tapi kini ia pergi entah ke mana…” Sebuah kepergian yang masih dipertanyakan! Bagian ini mestinya diluruhkan, hingga membariskan kalimat menjadi: “Tapi kini dia pergi untuk s’lamanya…”

Andai saja itu dilakukan, memungkinkan daur-ulang “Hilangnya Seorang Gadis” lahir tanpa kecurigaan bisnis semata. Sayangnya, materi lagu sejarah di awal kejayaan Deddy Dores itu, terkesan dihadirkan sekadar numpang suasana. Tak ada keterkaitan khusus dengan Nike. Kesan mengada-ada kian mengganjal, manakala sosok Nike Ardilla “dijual” untuk menguatkan daya pasar “Hilangnya Seorang Gadis”, dalam suasana dunia musik kehilangan sang mega bintang.

Tetapi di balik penayangan sosok almarhumah, dalam promosi tembang lawas itu, sebenarnya bisa dimaknai sebagai simpanan kilasan sejarah tentang awal kehadiran Nike Ardilla di pentas musik. Tak banyak lagi diingat orang, tahun 1989 saat Deddy Dores mempromosikan album “Sinarilah”, seorang gadis belia berparas cantik tanpa nama, ditampilkan sebagai model video-klipnya! Belia itu yang dikenal kemudian bernama Nike Ardilla, bersama album pertamanya “Seberkas Sinar”.

Barangkali, paket ulang-promosi “Hilangnya Seorang Gadis”, berniat memuat bahasa gambar tentang kilas-balik kebesaran Deddy Dores dan Nike Ardilla. Kalaupun itu benar, dipastikan hanya kalangan tertentu yang bisa membaca maknanya. “Itu teh lagu jimat dalam perjalanan karier saya…” kata Deddy Dores sambil tertawa, dalam suatu perjumpaan di Bandung. Memang, bukan sekali itu Dores mendaur-ulang lagu “Hilangnya Seorang Gadis”.

Untuk kenangan atas kepergian abadi Nike Ardilla, sepantasnya Deddy Dores membuat lagu spesial, yang memungkinkan mengemuka setiap tergelar suasana mengenang kedukaan sang bintang. Terlebih, karena kedalaman rasa kehilangan dari perpisahan panjang dengan Nike Ardilla, menjanjikan kekuatan tersendiri untuk sebuah lagu kedukaan. Namun, “Sebuah Lagu Buat Nike” yang kemudian dihadirkan, nyatanya biasa-biasa saja. Tak bernilai ekspressif!

Berbeda dengan ekpresi keharuan Titiek Puspa, yang melahirkan sukses lagu kedukaan “Bing dari kepergian (alm). Bing Slamet (1974). Lagu yang melejitkan reputasi Grace Simon itu, melegenda hingga kini. Sebaliknya, lagu “Sebuah Lagu Buat Nike” begitu mudah mongering. Itu dimungkinkan, karena bangunan lagunya dicipta bukan untuk mengiring kepergiannya almarhumah. Notasi lagu itu terbangun, sebelum Nike Ardilla berpulang.

Sebuah komposisi notasi, yang semula masih tanpa syair. Deddy Dores pernah mengaku, lagu itu memang disiapkan untuk rekaman album Nike, yang tidak sempat dikerjakan. Jadilah, “Sebuah Lagu Buat Nike…” Apa adanya ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *