SENI HIBURAN

Jelang Pelantikan Ketua Parfi Garut: Keartisan “Asgar” Tak Hanya Membintang

Aktor film legendaris (alm) Dicky Zulkarnaen, cucu Bupati Kab Garut pertama (alm) R Soeria Kartalegawa, saat beraksi di film “Si Bongkok” (1971) bersama (alm) Soekarno M Noor dan (alm) Paula Roumokoy. (Dokumentasi Yodaz)
Aktor film legendaris (alm) Dicky Zulkarnaen, cucu Bupati Kab Garut pertama (alm) R Soeria Kartalegawa, saat beraksi di film “Si Bongkok” (1971) bersama (alm) Soekarno M Noor dan (alm) Paula Roumokoy.
(Dokumentasi Yodaz)

Jelang Pelantikan Ketua Parfi Garut: Bagian (3)

Oleh: Yoyo Dasriyo

PAMOR keartisan berdarah Garut kian menguat, dengan reputasi gemilang aktor (alm) Dicky Zulkarnaen. Cucu Bupati Kab Garut (alm) R Soeria Kartalegawa yang awal kariernya sebagai figuran dalam film “Sehelai Merah Putih” (1960) itu, melegenda dengan sukses besar film “Si Pitung” karya (alm) Nawi Ismail (1971). Kakek sang aktor tercatat sebagai bupati pertama di Garut, ketika Kab Garut melebur nama Kab Limbangan.

“Semasa Dicky masih ada, setiap tahun saya sekeluarga selalu ziarah ke makam leluhurnya di sebelah Masjid Agung Garut” cerita aktris Mieke Widjaya, isteri mendiang Dicky Zulkarnaen. Bintang Asgar berkilatan di pentas keartisan film, musik dan lawak. Garut seolah tiada surut mengalirkan bintang! Dari lingkungan Pendopo Kab Garut, melahirkan pula (alm) Aom Kusman. Putera Bupati Garut (alm) R Noch Kartanegara ini, dikenal sebagai artis lawak dan film.

Di awal kebangkitan pertama industri film nasional (1971), Garut menghentak dunia perfilman saat Poppy Dharsono dibintangkan dalam film “Matinya Seorang Bidadari”. Sutradara (alm) Wahyu Sihombing, menampilkan mojang Garut itu sebagai pemeran utama mendampingi Rudy Hartono maestro bulutangkis dunia. Di pentas lawak, muncul nama (alm) Suryana Fatah pelakon “Babah Ho Liang’ dari Cangkuang, Leles. (alm) Jojon (Wanaraja), Ginanjar (Bungbulang), Denny Cagur dan beberapa nama lainnya.

Akhir 1983, Rani Soraya melesat, sejak dibintangkan di film “Kontraktor” karya (alm) Wahab Abdi. Pendatang bertubuh sintal dari Kadungora Garut itu, pernah melejit laris sebagai bintang panas. “Saya kangen tampil lagi di film. Insya Allah, saya mau cari peluang lagi main film!” kata Rani Soraya, setiba di indonesia minggu lalu melalui telepon. Sejak lama, artis film yang tetap cantik dan bertubuh padat ini, menetap di Finlandia, menuturi suaminya.

“Ambu oge putuin ti Garut atuh! Kampung halaman saya di Ngamplang..” ungkap Yetty Syarifah, yang identik dan melegenda dengan tokoh “Ambu”, saat jumpa di keramaian Festival Film Bandung (FFB) 2011. Daftar keartisan asal Garut makin memanjang dengan kehadiran (alm) Elfa Secoria, Merry Andani, Lady Avisha, berikut Hana Marlina. Bahkan, sebenarnya Hana Marlina pendendang lagu “Som-Se”, mencuat lebih dulu sebelum Rieke Diah Pitaloka.

Tahun 1986 Hana mengemas album pop “Anggrek Putih”, lalu berperan penting di film komedi “Bendi Keramat” (1988), hingga bersama Rieke dibintangkan di sinetron “Impian Pengantin” (1993). Namun karier Hana terhenti, sejak jadi ibu rumah tangga, seperti juga Renny Sundari pelantun lagu Cingcangkeling”. Walau begitu, pamor keartisan Garut terus berpijar. Hadir kemudian Widi (UB Three), Yana Yulio, Mulan Jameela, Deswita Maharani, Brian Sadela serta Jammie Aditya, pelakon “Kabayan” di film ”Kabayan Jadi Milyuner”.

Tak hanya sukses membintang, reputasi keartisan Asgar pun merebut peringkat bergengsi dengan prestasi terpujinya. Di Festival Film Indonesia (FFI) 1973 Jakarta, (alm) Dicky Zulkarnaen meraih Piala Citra kategori Aktor Pendukung Utama Terbaik dari film “Pemberang” karya (alm) Has Manan. FFI 1973 pula, yang membingkai sukses (alm) H Arman Effendy di awal kebangkitan kariernya. Aktor film ini memenangi Piala Citra sebagai Aktor Harapan Pendatang Baru Terbaik atas penampilannya di film “Mereka Kembali” karya (alm) Nawi Ismail (1972).

Saat itu gelar Akris Harapan diraih (alm) Tanty Yosepha dari film “Seribu Janji Kumenanti” karya Iksan Lahardi. Hanya sekali itu, FFI menganugerahkan Piala Citra untuk pemeran harapan. Prestasi terpuji aktor film asal Garut, dimantapkan dengan sukses (alm) Kusno Soedjarwadi, yang bergelar Aktor Terbaik dari film “Rio Anakku” karya (alm) Has Manan di FFI 1974 Surabaya. Sebelumnya, Kusno berpredikat The Best Actor dari film “Perkawinan” karya (alm) Wim Umboh, dalam “Pemilihan The Best Actor & Actrees” 1971 versi PWI Jaya Seksi Film.

(Bersambung)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *