SENI HIBURAN

Momentum Hari Jadi Garut, Membangkitkan DPC Parfi

Aktor film kenamaan (alm) Kusno Soedjarwadi asal Wanaraja Garut, bersama Gino Makasutji dan (alm) H Akin Sutarmin, dalam film “Dikejar Dosa” garapan (alm) Lukman Hakim Nain (1974). Film ini jadi film nasional pertama yang memusatkan syutingnya di kawasan Garut. (Dokumentasi Yodaz)
Aktor film kenamaan (alm) Kusno Soedjarwadi asal Wanaraja Garut, bersama Gino Makasutji dan (alm) H Akin Sutarmin, dalam film “Dikejar Dosa” garapan (alm) Lukman Hakim Nain (1974). Film ini jadi film nasional pertama yang memusatkan syutingnya di kawasan Garut. (Dokumentasi Yodaz)

Gapura Seleberita,-  Tradisi tahunan peringatan Hari Jadi Garut kali ini, Senin (16/2), sangat bermakna penting bagi keberadaan DPC Parfi (Persatuan Artis Film Indonesia) Garut yang sekian lama tertidur dari percaturan.

“Sebagai DPC Parfi pelopor di Jawa Barat, Garut harus tetap tampil paling depan. Apapun rintangannya, saya masih punya keyakinan, Parfi Garut akan mampu eksis lagi, karena Garut punya modal historis, semangat dan kekompakan yang solid” ungkap aktor Eka Gandara Wk, mantan Ketua DPD Parfi Jawa Barat.

Sejarah awal pendirian Parfi Garut yang ditandai dari pembentukan HISDRAFI (Himpunan Seniman Drama & Film Indonesia) tahun 1986, merupakan bukti dari keuletan para insan perflman di Garut. Walaupun, kelangsungan Hisdrafi saat itu harus terpasung selama 23 tahun, namun tidak memadamkan semangat para seniman film Garut untuk terus berprestasi. Jajaran pengurus dan anggotanya aktif mendukung kelahiran film komedi “Bendi Keramat” (1988), sinetron “Tragedi Bagendit” (1989), hingga sederet judul sinetron TVRI Pusat, yang kian mengalir deras ke Garut.

“Di Jawa Barat sampai sekarang, belum ada lagi Parfi daerah seperti Garut yang solid dalam berorganisasi tanpa masalah, meskipun belum punya sekretariat dan fasilitas kesekretariatannya” kata Sekretaris DPD Parfi Jabar Jef Elvakoeswara. Bahkan dalam keterbatasannya, pra pendirian DPC Parfi Garut pernah membuat pelatihan tiga film televisi berjudul, “Dewi Sang Prajurit”, “Senyum Syania” dan “Bulan Yang Mulia”, menghadirkan bintang tamu, (alm) Jack Maland, Alvian, Hera Gretha dan Yessy Gasela.

“Memang ketiga poduksi itu terkatung-katung, karena semua anggotanya sibuk berkarier film, tidak ada bantuan pendanaan, dan belum punya legalitas seperti Parfi. Tetapi insan film Garut sudah berkarya” tutur Kemal Mustopa, penasehat Parfi Garut. Semangat berkarya dan berproduksi seperti itu, kembali menyala di awal pendirian DPC Parfi Garut (30 November 2009), dengan kepemimpinan Rani Permata Dicky Chandra. Terdukung lagi dengan peranserta Dicky Chandra waktu menjabat Wakil Bupati Garut, yang menyuburkan kegiatan perfilman di daerah ini.

Garut kembali mengemuka sebagai daerah tujuan lokasi syuting perfilman dan film televisi. Banyak pembuat film dan sinetron melirik potensi dan lokasi syuting di Garut. dikuatkan lagi dengan kehadiran tim film Safana” (2010) karya Hornady Setiawan, yang memusatkan keseluruhan syutingnya di pantai Rancabuaya, 160 km ke arah selatan kota Garut. Itu kejutan besar dalam historis film di Garut, setelah 22 tahun selepas film “Bendi Keramat”, Garut sunyi dari kegiatan syuting film nasional.

Film “Safana” jadi film kedua setelah “Dikejar Dosa” (1974), yang keseluruhan syutingnya berpusat di daerah Garut. Sejumlah sinetron dan FTV pun mengalir ke Garut, hingga berpuncak dengan kejutan “peristiwa langka” tahun 2011. Dalam waktu bersamaan, 5 buah FTV dibuat di Garut, sejak “Kerudung Cinta Raja Dogar”, “Obat Cinta”, “Love is Bland”, “Cinta Mentok di Body” dan FTV “Stasiun Cinta”, yang diperani Ayu Pratiwi dan Reza Pahlevi.

Gagasan DPC Parfi Garut pula, yang memusatkan peringatan Hari Film Nasional (30 Maret) di Tugu Juang Selaawi. Daerah utara Garut itu, pernah dijadikan kawasan gerilya aktris film legendaris (alm) Sofia WD (1947). Pamor Parfi Garut secepat itu terpandang. “Itu prrestasi monumental Parfi Garut. Jangankan Parfi Pusat, orang film di Jawa Barat pun baru tahu di Garut ada sejarah besar aktris film di Selaawi” kata Eka Gandara Wk.

Parfi Garut memang “layu sebelum berkembang”, manakala Rani Permata, mengundurkan diri sebelum akhir masa jabatan Ketua Parfi Korda Garut (2011), berkait lengsernya R Dicky Chandanegara dari jabatan Wakil Bupati Garut. Lalu penasehat Parfi Garut, aktor film H Arman Effendy tutup usia, berlanjut dengan pengunduran H Chepy Effendy, dari jabatan bendahara. Belum seratus hari sepeninggal H Arman Effendy, penerus pimpinan Parfi Garut H Akin Sutarmin berpulang ke alam baqa.

Semua rintangan itu seolah membadai, jelang Parfi Garut menempati sekretariat dan kelengkapan fasilitasnya. Namun Ketua DPD Parfi Jabar Hj Ainun Azhar yakin, kepemimpinan Hj Diah Rudy Gunawan, Parfi Garut menjanjikan sukses kebangkitannya.

“Di balik sosok Ibu Hj Diah, saya tahu kekuatan para penggerak organisasi film di Garut, yang tidak perlu diragukan lagi” katanya ***Yodaz

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *