SENI HIBURAN

Kesenduan “Memori Bulan Januari”, A Riyanto Sang “Hits Maker” Pop Indonesia

Potret kenangan perjumpaan (alm) A Riyanto dan Yoyo Dasriyo, tahun 1974 di Gedung “Sumbersari” Garut”. Saat itu, sang komponis pop legendaris ini, berjaya dengan grup band “Favourite’s Grup”. (Foto: alm. Dedeng Zaenal)
Potret kenangan perjumpaan (alm) A Riyanto dan Yoyo Dasriyo, tahun 1974 di Gedung “Sumbersari” Garut”. Saat itu, sang komponis pop legendaris ini, berjaya dengan grup band “Favourite’s Grup”.
(Foto: alm. Dedeng Zaenal)

Kesenduan “Memori Bulan Januari” : Bagian  (1)

Oleh: Yoyo Dasriyo

BANYAK kemasyhuran tembang pop lawas, kini menenggelamkan nama pencipta lagunya. Dalam kancah lagu pop Indonesia,, (alm) A Riyanto seolah jadi sebuah nama yang asing didengar. Padahal banyak karya cipta lagunya, masih berdaya jual hingga kekinian, seperti “Teringat Selalu”, Bunga Mawar”, “Mimpi Sedih” atau “Layu Sebelum Berkembang”, yang dulu meniup ketenaran Tetty Kadi.Di antara sejumlah lagunya, Aloysius Riyanto terhitung sebagai komponis pop yang sukses melahirkan tiga lagu bertema kenangan di bulan tertentu.

Memang sedikit kreasi penciptaan lagu pop Indonesia, yang mengurai keunikan romantika kehidupan dalam suatu waktu. Kreasi penciptaan syair lagu seperti itu terkesan unik, karena minimnya lagu tentang nama bulan di pasar album rekaman pop. Bisa dipahami tak semua putaran bulan memuat harga momentum kenangan istimewa. Agaknya, itu menjerat tingkat kreatifitas para komponis pop. Uniknya, secara tematis syair di bulan kenangan, banyak mengurai lara hati. Ingat kembali syair yang dikemas A Riyanto dalam lagu melankolis “Memori Bulan Januari”, yang melejitkan penyanyi Jayanthi Mandasari.

“Di awal bulan Januari, awal sebuah tragedi. Engkau mengenal teman karibku di malam ulangtahunku. Dia yang lebih jelita, dia juga lebih manja. Kulihat dari pandangan mata, kau jatuh hati padanya…” Karakteristik melodinya yang lirih, dan bangunan lirik merawankan sukma, mengental dengan kapasitas vokal Jayanthy Mandasari. Penyanyi berparas sendu itu tampil ekspresif. Itu pula peninggalan kejayaan Jayanthy Mandasari, yang menguat di hati penggemarnya. Hingga kini, “Memori Bulan Januari” pun masih berdaya jual di bursa tembang pop lawas.

Benar, sebelum “Memori Bulan Januari”, kekuatan karya cipta lagu A Riyanto tentang bulan kenangan nestapa, terbingkai pula dalam kesenduan lagu “Angin November”. Kepopuleran lagunya memudahkan orang mengingat bangunan syair lagunya yang puitis. “Angin yang berhembus di akhir November/ Bawa kisah dan lagu dari angin lalu.. /Lembut kau datang menegurku/ Kukira tak kan berlalu/ Angin yang berhembus/ Bawa kisah tentang dia/ Yang datang dan berlalu, bagai angin lalu” . Lagu ini sukses tembang sedih Emilia Cotessa ibunda Denada.

Direntang waktu panjang, “Angin November’ pun kembali meniup sukses rekaman ulang versi (alm) Broery Marantika dan Bimbo. Uniknya, tidak semua sukses lagu bulan kenangan A Riyanto, mencuatkan sosok penyanyi pendatang. Terbukti lagu lara bertajuk “Desember Kelabu” yang melambungkan nama Maharani Kahar, tidak setamerta mempopulerkan penyanyinya. Ironis. meski lagu “Desember Kelabu” mampu membedah kepopuleran Tetty Kadi, Titiek Sandhora, Ernie Djohan, Christine Panjaitan, Ratih Purwasih, (alm) Andi Meriem Mattalata, Endang S Taurina, atau Eva Solina, namun tidak banyak orang kenal sosok Maharani Kahar.

Keapikan suara Maharani Kahar yang mengental dengan karakteristik nestapa “Desember Kelabu” lebih dikenal, dibanding sosoknya penyanyinya. Lagu itu pula yang jadi satu-satunya hit Maharani Kahar, di tengah kehangatan bursa lagu pop Indonesia era 1980-an. Di luar karya A Riiyanto, pernah lahir lagu bulan kenangan lainnya, seperti “Januari Yang Biru” peninggalan kemasyhuran (alm) Andi Meriem Mattalata, hingga “11 Januari” nyanyian Arman Maulana (Gigi). Bahkan (alm) Tati Saleh, pernah berlagu “Juni Yang Kunanti” karya (alm) Djuhari, iringan Band “Zaenal Combo” pimpinan (alm) Zaenal Arifien (1967).

Tokoh pembaharu musik pop Indonesia itu, yang berandil besar di balik kelahiran A Ryanto di dunia musik pop negeri ini. “Saya yang menugaskan A Riyanto untuk membuat lagu, dalam rekaman pertama Tetty Kadi” begitu pernah diungkapkan Zaenal Arifien dalam perjumpaan saya di Jakarta (1985). Delapan buah lagu pop baru yang tulis A Riyanto, tahun 1966, melejitkan Tetty Kadi seumpama “meteor” di pentas musik pop. Lagu-lagunya , “Teringat Selalu”, “Pulau Seribu”, “Ayah Dan Ibu”, “Habis Gelap Terbitlah Terang”, “Bunga Mawar”, “Si Kura-Kura”. “Alam Desa” dan “”Si Kancil”, merebut selera pasar.

Reputasi A Riyanto melaju pesat. Karya cipa lagunya tak lagi hanya ditembangkan Tetty Kadi. Sebaris penyanyi pendatang baru pun sukses bermunculan dengan karya lagunya, termasuk Rafika Duri, Jamal Mirdad, Endang S Taurina, Maharani Kahar, maupun Ratih Purwasih. Peringkat A Riyanto lalu terjaring ke dalam papan “hits maker” dan pencetak bintang. “Kalau mau tahu orang yang tidak lupa kacang akan kulitnya, A Riyanto itu orangnya..” puji Zaenal Arifien sambil tersenyum lega. A Riyanto lalu dikenal sebagai pimpinan Band Empat Nada, hingga tampil dalam “Fevourite’s Group” meladeni era persaingan grup band ***

(Bersambung)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *