SENI HIBURAN

Peringatan Kelahiran Nike Ardilla : Terpana Pesona Jembatan Cirahong

Kenangan lawas (alm) Nike Ardilla, Yoyo Dasriyo dan Evie Sopha (Yevie Nabela), di mulut Jembatan Cirahong, Ciamis, 1987. Jembatan klasik ini, selalu mengusik Nike untuk berfoto.  (Dokumentasi Yodaz)
Kenangan lawas (alm) Nike Ardilla, Yoyo Dasriyo dan Evie Sopha (Yevie Nabela), di mulut Jembatan Cirahong, Ciamis, 1987. Jembatan klasik ini, selalu mengusik Nike untuk berfoto. (Dokumentasi Yodaz)

Peringatan Kelahiran Nike Ardilla : Bagian ke 8

Oleh: Yoyo Dasriyo

Nike pun cepat meniru mengangkat tumitnya. “Eeeh licik itu mah! ‘Nggak mau.., ah ‘nggak mau…! Ayo Eneng juga bisa lebih jangkung” katanya. Kami sama-sama dipotret, sambil berlomba meninggikan badan. Orang lain tak pernah tahu, jika potret berdua itu rekaman kenangan bercanda. Tentu, karena fotonya terkesan bersuasana “damai”… Adakalanya Nike yang memburu, saat saya siap dipotret. Gadis jenjang ini berlari dari dalam rumahnya, dan berseru meminta sama-sama berfoto. Siang itu di halaman rumahnya, tiba-tiba Nike langsung ikut bergaya di depan Jimny putih.

Namun kedua tangannya cepat bertumpu di pundak saya. Itupun bukan tanpa tenaga. Justru Nike menekan pundak saya sekuatnya… Terpaksa saya beraksi di depan kamera itu, sambil menahan beban… Itu sebabnya, selama kebersamaan panjang di balik kemasyhuran Nike Ardilla, saya tidak pernah punya potret berdua yang serius. Potret serius sebagai kenangan mahal, hanya waktu berfoto bertiga Evie Sopha, di bibir Jembatan Cirahong, Ciamis (1988). Selebihnya, sejumlah potret kenangan bersama Nike, selalu bersuasana canda.

Ternyata bentangan artistik jembatan kuno Cirahong yang mempesona, membuat Nike ketagihan dipotret di lokasi itu. Setiap siap melintas jembatan itu, mobil harus dihentikan. Tak pernah bosan-bosannya, Nike beraksi di jembatan tua itu. “Eneng seneng jembatan ini. Pagar besinya bersilang-silang, mirip sarang laba-laba ‘ya…” katanya, sambil memandangi sosok jembatan itu. Masih saya ingat, pernah menolak permintaan Nike untuk berfoto di situ. “Aduuuh…, bosan,’Neng! Terlalu sering motret Eneng mah. Malaaas…! Hambur-hambur film..” kata saya. Nike merajuk manja.

Nike terus merengek minta dipotret. Memang, alat kamera belum memasuki era digital. Perlu banyak bahan baku. Memotret harus berhitung dengan harga satuan rol negatif film. Terlebih, karena memotret Nike, tak cukup sekali atau duakali. Gadis itu selalu berulang menjual aksinya di depan kamera. Dari sejumlah potret di Jembatan Cirahong, Nike sangat menyukai posenya di kolong jembatan itu, yang beratap lintasan rel kereta api. “Si Eneng pesan, minta foto itu dibesarkan ukuran paling besar! Kalau mungkin, bikin saja sebesar jendela!” kata ibunya menirukan pesan Nike.

Saya hanya mengiyakan, tetapi pesanan itu tak segera diproses. Mana pernah saya tahu. Garis finish kehidupan Nike Ardilla yang tengah cemerlang, begitu cepat menepi di tengah pemujaan penggemar beratnya. Foto kenangan aksi Nike di Jembatan Cirahong, Ciamis, yang pernah dipesan almarhumah belum sempat terpenuhi. Padahal rentang waktu teramat panjang, sebelum tiba hari kepergian abadinya. Namun meski kebersamaan dengan Nike memanjang, foto pesanan itu terlupakan. Nike dan ibunya pun seolah tak ingat lagi pesanan itu.

Terlebih, karena mulai putaran tahun 1988, Nike kian disibukkan dalam pergelaran pentas musik rock, walau baru berkapasitas penyanyi pendamping di balik pamor Nicky Astria dan Mell Shandy. Sebagai artis pendatang belia yang belum punya nama, Nike seperti juga Cut Irna, Evie Sopha, Lady Avisha dan Rossa dalam binaan (alm) Denny Sabri, selalu tampil membayangi gaya seniornya. Lagu “Hongky Tonk Woman” dari Rolling Stones, dan “Stop Cuap-Cuap” lagu hit awal Yossy Lucky, dijadikan lagu andalan Nike di pentas.

Lagu “Hongky Tonk Woman” pula andalan Rossa gadis mungil dari Sumedang, di saat meniti kariernya di panggung musik keras. Berjinglrak-jingkrak energik. Sepeninggal Nike, justru pamor Rossa berkilat dalam lagu melankolis. Meski belum memiliki lagu sendiri, namun prospek karier Nike terdukung paras rupawan. Waktu masih berusia 13 tahun pun, Nike yang mempopulerkan nama Nike Astrina, senantiasa menghipnotis publik musik rock. Nike memang komunikatif. Gadis berpenampilan bongsor ini, pandai merebut simpati penontonnya.

Tanpa sungkan, Nike menghangatkan suasana dengan dendang lagu pop dangdut, “Siti Aisyah” nyanyian Jamal Mirdad. Di ujung syair yang berbunyi: “Oooh.., Siti Aisyah cantik sekali!”, Nike menggantinya dengan: “Oooh Nike Astrina…,” Penonton serempak menyambung syair lagunya:“Cantik sekali…!” Saat itu Nike sebenarnya punya “modal” lagu rekamannya sendiri, yang dikemas dalam album kompilasi “Bandung Rock Power”.

(Bersambung)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *