SENI HIBURAN

“Sekilas Wajah” Koes Hendratmo, Momentum “Berpacu” Yang Hilang

Oleh Yoyo Dasriyo

Keterangan foto Koes Hendramo, gaya sang pendahulu host “Berpacu Dalam Melodi” di masa kejayaan TVRI Pusat.  (Istmewa)
Keterangan foto
Koes Hendramo, gaya sang pendahulu host “Berpacu Dalam Melodi” di masa kejayaan TVRI Pusat.
(Istmewa)

SURPRISE. Episode “Sekilas Wajah” dalam kuiz “Berpacu Dalam Melodi”, (NET TV, Kamis, (4/12), panduan David Bayu, menampilkan wajah pria berkaca mata putih. Babak tebakan potongan gambar yang terbagi empat tahapan itu, bermula hanya memajangkan wajah sebatas sepasang matanya. Keempat peserta kuiz yang berebut hadiah Rp 5 juta, tak bisa menebak nama sang tokoh. Termasuk, Bonita, puteri Koes Hendratmo.

Memang mata di balik kaca mata putih potongan gambar iu, serasa pernah akrab di mata penonton televisi. Pada tahap kedua dengan penurunan hadiah jadi Rp 3 juta, gambar hanya menampilkan deraian tawanya. Semua peserta masih tertegun. Baru di tahap ketiga yang berhadiah Rp 2 juta, potongan gambar wajah itu bisa dikenali. Sungguh di luar dugaan, cuplikan gambar dalam “Sekilas Wajah” itu ternyata sosok bersejarah bagi paket “Berpacu Dalam Melodi”.

Siapa lagi kalau bukan Koes Hendratmo. Sang pendahulu host “Berpacu Dalam Melodi”, di masa kejayaan TVRI Pusat. Endah melonjak dan berhasil menebak potongan gambar ketiga itu. Unik, Bonita puteri Koes Hendratmo, tak mengenali wajah ayahnya dalam potongan gambar sebelumnya. Babak “Sekilas Wajah” kali ini, terasa mengejutkan. Namun David Bayu melewatkan momentum menarik itu, yang sebenarnya bernilai sejarah penting kuiz “Berpacu Dalam Melodi”.

David Bayu tidak memberi informasi, tentang apa dan siapa Koes Hendratmo untuk penonton televisi kekinian. Alangkah terpujinya, andai disebutkan bahwa Koes Hendratmo merupakan sosok pedahulu host “BDM”, sebelum bergulir ke David Bayu. Koes memandu acara kuiz itu bersama kelompok pemusik “Ireng Maulana All Stars”, selalu membuka acaranya dengan kalimat manis:“Satu bulan lamanya kita berpisah, satu bulan pula usia kita bertambah! ‘Berpacu Dalam Melodi…!”

Memang, waktu itu Koes menggelar paket “BDM”, hanya satukali dalam sebulan di TVRI Pusat. Namun, meski kini “BDM” jadi program acara “NET TV”, nama Koes Hendratmo mengental dengan kelangsungan acara kuiz musik itu. Sosok dan reputasi Koes Hendratmo, pernah menguatkan barisan artis penyanyi pop era 1960-an. Penampilan pentas Koes yang identik dengan Band “Dharma Putra Kostrad”, sukses pula mempopulerkan kembaii dua tembang lawas Said Effendy, berjudul “Timang-Timang” dan “Lambaian Bunga”.

Lagu lain yang pernah dipopulerkannya, tercatat “Malam Seindah Ini”, “Hanya Sekejap”, “Making Believe”. “Ill Mondo”, dan beberapa lagu barat lainnya. Tetapi sepanjang Koes mengawal “Berpacu Dalam Melodi”, belum pernah mendendang tembang hit-nya sendiri, seperti “Timang-Timang” atau “Lambaian Bunga”. Justru “Timang-Timang” kemudian lebih sering dinyanyikan Pomo & The Pros, dengan atraksi tiupan saxophone-nya.

Dendang rindu “Lambaian Bunga” pun, jadi nyanyian Elly Kasim dengan Band “Zaenal Combo” pimpinan (alm) Zaenal Arifien.. Paket lawas “Berpacu Dalam Melodi” versi baru, kembali dikemas sejak 4 Agustus 2014. Dihadirkan setiap hari, dari Senin hingga Jumat. Sangat disayangkan, jadwal tayang acara BDM” tidak bersahabat dengan waktu shalat Maghrib! Program Berpacu Dalam Melodi” hadir, di saat orang menunaikan shalat dan wiridz selepas Maghrib.

Bukan hanya itu, ternyata “BDM” wajah baru belum tampil utuh dalam mengasah wawasan para pesertanya. Tidak ada lagi babak “Pelangi Antar Nusa” yang menajamkan uji wawasan para peserta kuiz. atas asset lagu daerah di pelosok negeri ini. Mereka tidak lagi dituntut menebak lagu daerah, yang menasional, seperti “Tudung Periuk”, “Ayam Den Lapeh”, “Manuk Dadali”, maupun “Paris Barantai”. Babak “Pelangi Antar Nusa”, justru berganti “Sambung Kata”.

Kekeringan apresiasi tentang kekayaan kancah musik Indonesia tercermin pula dalam “Kenangan Masa”,yang masih minim lagu pop Indonesia 1960-an. Peserta kuiz belum pernah diajak mengingat lagu kejayaan (alm) Alfian, seperti “Senja di Kaimana”, “Semalam di Cianjur”, “Sebiduk di Sungai Musi”, atau “Hadiah Ulang Tahun” (S Warno), “Berikan Daku Harapan” (Tutty Subardjo), serta banyak lagu (alm) Lilies Suryani, (alm) Onny Suryono, Anna Mathovani maupun Titiek Sandhora.

Belakang pernah muncul lagu “MImpi Sedih” dan “Sepanjang Jalan Kenangan”, yang pernah menguatkan kemasyhuran Tetty Kadi. Babak “Sekilas Wajah” pun, lebih deras menampilkan potongan gambar tokoh artis asing. Idealnya, “Berpacu Dalam Melofi” turut berperan menanamkan dan meningkatkan apresiasi publik atas kekayaan pelaku sejarah, lagu dan musik Indonesia sepanjang masa ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *