SENI HIBURAN

Alan dan Af’ni : Pendatang Yang Membintang di FFI Palembang

Keterangan foto 01: Penyanyi pop, Nur’Afni Oktavia, yang berggelar Aktris Harapan Terbaik” dari film “Pulau Cinta” karya Ali Shahab di FFI 1979 Palembang. (Istimewa)
Keterangan foto 01:
Penyanyi pop, Nur’Afni Oktavia, yang berggelar Aktris Harapan Terbaik” dari film “Pulau Cinta” karya Ali Shahab di FFI 1979 Palembang.
(Istimewa)

Oleh: Yoyo Dasriyo

MALAM puncak penganugerahan Piala Citra di Festival Film Indonesia (FFI) 2014, dijadwalkan digelar Sabtu (6/12), di Palembang. Di balik pergelaran pesta budaya itu, pentas FFI 1979 Palembang bersaksi atas sukses kehadiran Alan Suryaningrat dan Nur’afni Oktavia, sebagai pendatang  di kancah film nasional.

Alan Suryaningat yang berganti nama Alan  Nuary, saat itu merebut gelar “Aktor Harapan Terbaik” dari film “Pengemis Dan Tukang Becak” karya (alm) Wim Umboh.

Peringkat “Aktris Harapan Terbaik”, dimenangi Nur’Afni Oktavia, yang dikenal sebagai penyanyi pop melankolis, dengan lejitan awalnya berlagu “Surat Cinta”.  Pesona aktingnya yang menawan dalam film “Pulau Cinta” karya Ali Shahab, memang pantas diacungi jempol! Penyanyi pop bersuara sendu dari tanah Batak ini, terbukti potensial sebagai pelakon film. Sepanjang lakon film “Pulau Cinta”  yang kental mengalirkan drama tragedi itu, Afni tampil gemilang memerani tokoh “Kiki” anak “Maria” (alm) Suzanna.

Sebagai pendatang baru, Afni bermain total! Perannya mampu memenuhi kadar tantangan, yang mengimbangi kekuatan akting antagonis Parto Tegal. Lelaki serakah dan kasar dalam tokoh “Karto”. Film “Pulau Cinta” jadi keberuntungan Afni, sebagai peluang emas yang langka bagi seorang pelakon anyar! Akting sang penyanyi pop ini, tampil luwes dan ekspresif. Harga yang pas, saat juri FFI 1979 memilih Nur’afni sebagai “Aktris Harapan Terbaik”.

Kekuatan Afni dengan akting memelasnya dalam cekaman ketegangan, amat kontras dengan Parto Tegal yang bengis dan kasar. Tak salah, peranan seperti di film “Pulau Cinta”, ternyata tidak pernah ditemukan Afni dalam film lain yang diperaninya, seperti ““Butet” (1974), “Cowok Masa Kini”, ”Bernapas Dalam Cinta” (1978), maupun “Remaja Idaman” (1979). Bisa dipahami, jika reputasi Afni dalam perfilman nasional pun memudar. Kejutan sukses Afni bergelar “Akris Harapan”, tidak bersambut peluang peran tantangan dalam film-filmnya kemudian.

Pamor Nur’afni Oktavia kembali memenangi bursa musik pop Indonesia, dengan sukses lagu “Bila Kau Seorang Diri” (Rinto Harahap), “Senandung Do’a” (Wahyu OS), dan Getuk” (Is Haryanto).  Akan halnya Alan Nuary,yang tampil simpatik di film “Pengemis Dan Tukang Becak”, mendampingi Christine Hakim, (alm) Dicky Zulkarnaen, serta (alm) Bambang Hermanto, kelangsungan kariernya senasib Nur’afni Oktavia. Tidak menemukan peluang untuk mengulang sukses fillmnya.

Sejumlah film lain yang diperani Alan pun mengalir, seperti “Mencari Cinta”, “Ratu Ilmu Hitam”, “Aladin Dan Lampu Wasiat”, “Keagungan Tuhan”, ”Halimun”, “Bunga Perkawinan” “Mereka Memang Ada” “Bumi Bulat Bundar”, “Tangkuban Perahu”, “Pandawa Lima”, “Patah Hati Seorang Ibu”, “Satu Cinta 1000 Dusta”, “Malam Jumat Kliwon” hingga“Issabela. Namun sejauh itu, film-filmnya tidak berpeluang untuk kembali dibicarakan di pentas FFI.

Walau begitu, bukan hanya Alan dan Afni. Mahalnya perluang dalam berperan tantangan, merintang Rachman Arge peraih gelar “Aktor Harapan Terbaik” dari film “Jumpa Di Persimpangan” di FFI 1978 Ujungpandang (Makassar). Lalu Farah Meuthia dan (alm) Amak Baljun (1980), serta Adi Kurdi (1981. Kalaupun Roy Marten kian berjaya dalam perfilman, tetapi itu dicapainya sebelum bergelar Aktor Harapan” FFI 1977 dari film “Sesuatu Yang Indah” (alm Wim Umboh)..

Sosok aktris (alm) Tanty Yosepha jadi pembeda! Aktris Harapan Pendatang Baru Terbaik FFI 1973 Jakarta itu, mampu meroket bergelar “The Best Actrees” versi PWI Jaya Seksi Film 1974, dari film “Suster Maria” (SA Karim). Tahun 1975, Tanty sukses ganda bergelar Aktris Terbaik FFI 1975 Medan,  dan Aktris Terbaik di Festival Film Asia (FFA) ke-21 Jakarta, dari film “Setulus Hatimu” karya Arizal. Bahkan di FFI 1982 Jakarta, Tanty terjaring dalam nominasi Aktris Terbaik dari film “Dokter Karmila” (Nico Pelamonia), namun “dikalahkan” Jenny Rachman dari film “Gadis Marathon” (Chaerul Umam)..

FFI 1979 Palembang, bukan hanya nostalgia sukses awal Jenny Rachman, yang menuai gelar Aktris Terbaik II dari film “Binalnya Anak Muda” (Ismail Soebardjo). Alan Nuary dan Nur’Afni Oktavia pun, tercatat sebagai dua pendatang yang pernah membintang di panggung FFI Palembang. Siapa lagi yang bakal tampil membingkai sejarah di FFI 2014 Palembang…? ***

 

13 - ALAN NUARY

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *