SENI HIBURAN

“Losmen” dan “Fatahilllah”, Kenangan Kepemimpinan Dede Yusuf di Jawa Barat

H Dede Yusuf semasa berkapasitas Wagub Jabar, saat tampil memberi kuiz menarik tentang perfilman nasional di Bioskop “Regent” Bandung. (Foto Ridwan Martha)
H Dede Yusuf semasa berkapasitas Wagub Jabar, saat tampil memberi kuiz menarik tentang perfilman nasional di Bioskop “Regent” Bandung.
(Foto Ridwan Martha)

Oleh : Yoyo Dasriyo

GAGAL dalam pencalonan Gubernur Jawa Barat, bukan berarti mantan Wagub Jabar ini hilang dari percaturan kancah politik. Ternyata, H Dede Yusuf kembali terjaring ke dalam jajaran anggota DPR-RI 2014 dari Partai Demokrat, Dapil II Jabar, yang berbasis selebritis.

Meski jabatan Wagub Jabar sudah berganti H Deddy Mizwar, kedekatan H Dede Yusuf dengan kalangan seniman film, para wartawan dan mahasiswa di Bandung, meninggalkan kenangan tersendiri. Terlebih, ketika Dede Yusuf tampil dalam sebuah diskusi film nasional, terkait peringatan Hari Film Nasional 30 Maret 2011 di Bioskop “Regent”.

Di luar dugaan peserta diskusi yang bertema “Membangkitkan Kecintaan Budaya Daerah Melalui Sineas”, Dede menyulut suasana segar,dan komunikatif. Saat itu, Dede bermain kuiz, berhadiah buku perfilman, dengan hanya “menjual” dua kejutan pertanyaan. Dua pertanyaan dari “Pak Wagub” itu seketika membuat suasana hening. Ternyata, tak gampang menemukan jawaban atas kuiznya!

Pertanyaannya enteng, tetapi memaksa semua orang lama berpikir. ”Coba sebutkan judul film kesejarahan, yang pernah diproduksi pemerintah DKI? Film itu pernah populer. Biaya produksinya tinggi, tetapi filmnya tidak booming” kata Dede Yusuf. Jawaban demi jawaban peserta diskusi dinyatakan tidak ada yang benar. Saya dan rekan H Eddy D Iskandar yang duduk bersebelahan pun, diam-diam berupaya menebak-nebak..tetapi tak menemukan jawaban pasti.

Dede Yusuf tersenyum. Mau tahu judunya? “Film itu berjudul, Fatahillah’…” katanya kemudian. Semua peserta diskusi tertegun. Benar, judul itu terlupakan dari percaturan film. Orang tak pernah ingat lagi, jika tahun 1997 Pemprov DKI, pernah memproduksi film“Fatahillah”,tentang perjuangan tokoh ulama mengusir Portugis. Film itu jadi spektakuler, sebagai film kolosal yang membintangkan Igo Ilham, Amak Baljun, Aspar Paturusi, Robert Santosa dan Yuni Sulisyowati Biaya pdoduksi filmnya pun disebut-sebut mencapai Rp 3 milyar.

Tidak kepalang tanggung, film “Fatahillah” yang diangkat dari cerita kerya (alm) H Misbach Yusa Biran, melibatkan 2 sutradara besar, (alm) Chaerul Umam dan Imam Tantowi. Saat itu, Gubernur DKI Jakarta Surjadi Sudirdja, langsung tampil sebagai produser filmnya, didampingi Jhon Tjasmadi. Namun, Dede Yusuf tak menguraikan penyebab kegagalan film “Fatahillah” di pasar film. Boleh saja orang menebak, kelemahan pasar film itu karena deretan pemeran yang kurang berdaya bintang.

Sukses dengan pertanyaan pertama, Dede Yusuf “pandai” menjebak peserta diskusi untuk rebutan menjawab. Dede berkisah tentang sukses drama seri “Losmen” di TVRi. Pertanyaannya sederhana, peserta diskusi diminta menebak nama penulis naskah drama primadona penonton televisi itu. Tentu saja, banyak peserta tergoda menyebut nama (alm) Wahyu Sihombing, yang kental dengan sukses drama seri itu. Dede berhasil “menjebak”! “Pak Wagub” Jabar ini bergeleng kepala dan tertawa.

Lagi-lagi peserta diskusi tertegun. Diam-diam rekan Eddy D Iskandar berbisik ”iBukan Pak Wahyu! Isterinya…” sambil mengangkat tangan saya. Seketika Hj Ratna Djuwita pemandu acara, meminta Dede Yusuf agar mengizinkan insan wartawan turut menjawab. “Boleh…! Ya wartawan juga boleh. Silakan saja!” sambut Dede Yusuf. Saya bergegas tampil dan menjawab. “Pak Wagub, saya yakin, jawaban saya ini benar! Penulis cerita ‘Losmen’, ibu Tatiek Malyati”
Dede Yusuf mengangkat jempol. Melonjak dan membenarkan jawaban itu. Gemuruh tepuktangan memecah suasana diskusi film, karena satu pertanyaan Dede Yusuf bisa dipatahkan.Saya pun mendapatkan buku “Teknik Menulis Skenario Film” karya (alm) H Misbach Yusa Biran.

Di balik dua kuiz itu, Dede membuktikan bahwa pemerintah pernah menunjukkan kepeduliannya untuk mengangkat cerita kesejarahan ke layar lebar. Terbukti, pernah lahir film semegah “Fatahillah”! Kecuali itu, orang pun seolah diingatkan untuk mengenal nama “orang di balik layar” dari kesuksesan sebuah karya, seperti Tatiek Malyati* yang “tersembunyi di balik sukses “Losmen”.** .

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *