RAGAM

Dua Desa di Garut Menjadi Ikon Kampung Cukur Indonesia

Generasi tukang cukur yang terus menerus terlahir dari dua Desa di Garut. foto jsn

Gapura Garut ,- Berada di satu kecamatan Banyuresmi, desa Bagendit dan Banyuresmi yang bertetangga ini, memang sejak lama dikenal sebagai penghasil tukang cukur rambut handal tanah air. Dari kedua desa itu entah berapa juta kepala rakyat Indonesia, yang pernah merasakan sentuhannya sejak puluhan tahun silam.

Warga dari kedua desa tersebut secar acak merantau diberbagai penjuru tanah air dengan bekal kemampuan mencukur rambut, mulai kelas menengah kebawah hingga jangkauan konsumen papan atas telah menjadi bagian sukses warga dua didesa di Garut tersebut.

Misalnya Ali Rahman (51), salah satu tokoh tukang cukur Desa Banyuresmi, Garut, mengatakan, awal mula tukang cukur kabupaten Garut dimulai tahun 1937 di Kampung Bantarjati, Desa Bagendit, Bayuresmi, Garut.

Saat itu ada salah satu warga Bantarjati bernama Idi dipercaya menjadi tukang cukur prajurit Jepang, yang kemudian mewariskan keahliannya secara turun temurun kepada warga sekitar. “Mungkin karena jasanya pak Idi inilah keahlian warga terbangun dan lestari sampai sekarang,” kata dia.

Kepala Desa Bagendit Eden Saleh, mengakui, peningkatan kesejahteraan para tukang cukur Garut yang berkelana mampu mengubah wajah fesa menjadi lebih maju. “Mereka bisa membangun rumah, beli sawah, minimal Rp 4 juta sebulan masih dapat,” kata dia.

Tak ayal dari sekitar 4.800 kepala keluarga yang ada di desanya, hampir separuh warganya menggantungkan hidup dari usaha potong rambut. “Memang keahlian utama itu yang sudah turun temurun,” ujar dia yang juga mantan tukang cukur itu.

Lain halnya dengan Kepala Desa Banyuresmi, Ahmad Hidayat (44), untuk menghasilkan para tukang cukur profesional, ia menggulirkan lembaga usaha desa Bumdes melakukan kerjasama pelatihan tukang cukur dengan pihak luar.

“Kami sedang membangun tempat pelatihannya buat mereka, jadi tidak hanya skill saja tetapi dilatih bahasa Inggris dan Arab,” kata dia yang juga lagi-lagi mantan tukang cukur ini.

Melalui lembaga tersebut kata dia, para siswa lulusannya mampu memberikan warna tersendiri untuk kemajuan desanya. “Kami pun terus berupaya mengurangi kenakalan remaja dengan fasilitas olah raga dan lainnya,” ujar dia.***JSN

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *