RAGAM

Terseok-seok Keluarga Miskin Ini Harus Menghidupi 13 Orang Anak

Ini Dia Keluarg Aa Suparman dan Siti Fatimah dengan 13 Anak hidup dalam Kemiskinan, foto Alex

Gapura Purwakarta ,- Keluarga miskin dengan 13 anak, termasuk diantaranya satu janin yang masih dalam kandungan ibunya. Keluarga ini  tinggal di sebuah rumah kontrakan kecil di areal pemakaman umum, di Kampung Malang Nengah Wetan Rt 11 Rw 10, Kelurahan Nagri Tengah, Kecamatan Purwakarta, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.

Dari 13 anak yang di miliki keluarga ini, dua anak diantaranya   masih berusia 1 dan 2 Tahun, terpaksa di adopsi orang lain, karena faktor kemiskinan yang menghimpitnya selama ini.

Ungkapan “Banyak anak banyak rezeki”, Mungkin bagi keluarga ini sudah tidak berlaku lagi.

Adalah keluarga pasangan suami istri Aa Suparman (51)  dan Siti Fatimah (41), banyaknya anak membuat kehidupan ekonomi keluarga ini terseok seok hingga terpaksa harus merelakan dua orang anaknya diadopsi orang lain untuk menjamin kelangsungan hidupnya.

Prasetyo  dan Midori, anak berusia 1 dan 2 tahun anak pasangan ini  terpaksa harus di adopsi orang lain, Akibat keterbatasan kemampuan ekonomi keluarga yang tidak mampu lagi menjamin kelangsungan hidup keduanya.

Ketika gapuraindonesia.com menyambangi kediaman keluarga ini, pada  Kamis ( 05/05/17) malam.  Di rumah kontrakan kecil berukuran 3 kali 6 Meter persegi, Dengan hanya memiliki satu kamar, terlihat Aa Suparman dan istrinya Siti Fatimah, bersama 10 anaknya menghuni bangunan sempit tersebut.

Janin dalam kandungan Siti Fatimah termasuk salah satu calon penghuni baru rumah kontrakan yang dihuninya selama ini. Dengan usia kandungan Siti Fatimah yang telah menginjak 8 bulan, terpaksa harus berdesakan dan berbagi tempat duduk di atas kasur yang berada diatas lantai.

Diakui Siti Fatimah, Banyaknya anak yang telah dilahirkannya, bukan berarti dirinya tidak pernah mencoba memasang alat kontrasepsi KB, Tetapi ketidak cocokan alat kontrasepsi yang pernah di pasangnya membuat ia tidak kuasa menolak kehadiran buah hatinya yang terus terus datang.

Usai melahirkan anak pertamanya yang kini telah berusia 25 tahun, Siti Fatimah malah enggan memasang lagi alat kontrasepsi, untuk mencegah semakin banyaknya anak yang dilahirkannya karena ia menganggap tidak cocok.

“Pernah sih di pasang KB tapi imbasnya malas rusak ke wajah dan badan jadi kurus, Akhirnya sampai sekarang sudah tidak pake KB lagi” Kata Siti.

Sementara itu, Aa Suparman selaku Kepala rumah tangga, sehari harinya hanya mengandalkan penghasilan sebagai buruh serabutan.

“Penghasilan rata rata antara Rp. 20 sampai Rp. 30 ribu per hari, paling minim bisa Rp 10 ribu , untuk keperluan biaya makan dibantu anak-anaknya yang sudah besar”, Ucap Aa Suparman saat ditanya ihwal mata pencaharian dirinya.

Ketegaran dan ketabahan harus terus dipertahankan Aa Suparman dan istrinya, untuk tetap bisa bertahan menyambung hidup dirinya dan anak-anaknya. Dari hasil sebagai pekerja serabutan, juga memanfaatkan keahliannya sebagai tukang servis elektronik Aa tetap optimis menyongsong hari esok yang lebih baik.***Alek

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *