RAGAM

BKSDA Ciamis Kembali Amankan Dua Ekor Primata Khas Pulau Jawa

Salah satu primata yang berhasil diamankan BKSDA Jabar , foto Dedi
Salah satu primata yang berhasil diamankan BKSDA Jabar , foto Dedi

Gapura Ciamis ,- Balai Konservasi Sumber  Daya  Alam  (BKSDA) Jawa Barat  wilayah III Ciamis kembali berhasil  mengamankan  dua  ekor  Owa dan lutung atau Primata Khas pulau Jawa dari warga di Kabupaten Tasikmalaya.

Sebelum kemmbali dilepas ke alam bebas petugas satwa dilindungi tersebut akan  menjalani rehabilitasi  terlebih dahulu di lembaga Konservasi Aspinal Foundation Bandung .

Satwa pemilik nama latin hylobates moloch  tersebut diamankan petugas setelah sebeumnya diserahkan warga di Kecamatan Kadipaten Kabupaten Tasikmalaya langsung  kepada petugas BKSDA Jabar.

Primata  pemakan buah buahan  tersebut  tergolong   dewasa dengan jenis kelamin jantan dan diperkirakan berumur sekitar tuga tahunan. Berdasarkan peilaku primata tersebut diperkirakan sudah  sejak kecil menjadi peliharaan warga karena tampak  sudah sangat terbiasa berada di lingkungan manusia.

Selain Owa Jawa, BKSDA juga menyerahkan anak lutung kepada  Aspinal Foundation untuk mejalani  rehabilitasi setelah berhasil diamankan dari warga di Cirebon pada awal November 2016 lalu.

Kondisi anak lutung Jawa bernama latin tracipitekus auratus ini mengalami kekurangan gizi dampak pemeliharaan warga yang kurang memperhatikan kebutuhan asupan gizi serta kebutuhan primata tersebut.

Kepala Perawat Satwa di Aspinal Foundation,  Sigit Ibrahim menyebutkan sebelum  pihaknya membawa dua ekor primata tersebut ke Bandung telah lebih dahulu memberikan pakan yang cukup untuk menjaga kondisi tubuh satwa dilindungi tersebut  agar tidak mengalami stres.

“Kedua Primata endemik pulau Jawa ini akan menjalani serangkaian pemeriksaan medis terlebih daulu  sebelum menjalani rehabilitasi untuk mengembalikan perilaku liarnya agar dapat kembali dilepas dialam bebas,” Kata Sigit kepada wartawan, Sabtu (12/11/2016).

Menurtnya meski secara fisik kedua Primata  itu tergolong sehat, namun dokter hewan dari  Aspinal Foundations  akan melakukan pemeriksaan medis dan pengecekan darah untuk memastikan kedua satwa liar ini tidak mengidap penyakit yang bisa menular  pada manusia.

“dokter hewan kami akan memastikan kedua primata ini bebas dari penyakit menular,” ucapnya.

Sigit menambahkan selama lebih dari Lima tahun  Aspinal Foundation berkiprah dalam penyelamatan Primata endemik Pulau Jawa,  telah menerima sedikitnya 85 ekor primata dari BKSDA dan 60 diantaranya telah dilepasliarkan ke habitatnya di alam.

“Kami harus  memulihkan terlebih dahulu  naluri alamnya dan  dibutuhkan waktu yang cukup lama mulai satu tahun bahkan hingga tiga  tahun,  tergantung perkembangan individu Primata Jawa  itu sendiri,” Tuturnya.

Jika nati sudah siap kembali kehabitat liar, lanjut Sigit kedua Primata tersebut  rencananya akan dilepasliarkan ke habitatnya di wilayah Bandung Selatan. “ Ini termasuk satwa liar dilindungi dan terancam punah karena kerusakan hutan,  perburuan liar serta  perdagangan satwa  yang cukup menggiurkan karena  bernilai ratusan juta rupiah.  Pemeliharaan  oleh warga tersebut menjadi ancaman utama kepunahan satwa langka ini,” Tegasnya.

Sementara itu pihak BKSDA  mengimbau agar  masyarakat yang masih memiliki atau memelihara satwa langda dan dilindungi  untuk menyerahkan kepada negara  agar tidak terjerat pidana berdasarkan undang undang nomor 5 tahun 1990 dengan ancaman hukuman 5 tahun penjara.***Dedi Kuswandi

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *