PERISTIWA

Ada Pungli di Jalur Pendakian Gunung Guntur, Ini Kata BKSDA Garut

Gapura Garut ,- Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) selaku pengelola kawasa Gunung Guntur, Garut menggelar konfrensi Pers menyikapi dugaan pungli dijalur pendakian yang sempat viral di media social dengan munculnya video pungulan liar bagi sejumlah pendaki.

Meski aksi pungli yang dilakukan warga Kampung Babakan Jambe, Desa Pasawahan, Kecamatan Tarogong Kaler itu masih berada di lahan desa setempat, namun BKSDA menilai cukup memberi dampak buruk bagi pengelola kawasan jika hal itu dibiarkan.

“Saat saya lihat videonya dan ditelusuri punglinya tidak dilakukan di kawasan konservasi. Meski begitu kami langsung berkoordinasi dengan Polsek dan kecamatan setelah mendapat laporan,” ujar Kasi BKSDA Wilayah V Garut, Gede Gelgel Darmasaputra di kantornya, Jumat (25/8/2017).

Gede menyatakan masalah pungli di Guntur sudab sering dikeluhkan pengunjung saat melintas menggunakan jalur pendakian resmi di Blok Citiis.

“Memang melewati pemukiman warga. Banyak yang melaporkan jika sering menjadi korban pungli mulai dari pintu masuk desa hingga ke jalur pendakian. Pungli ini memang sudah  meresahkan. Sempat dibahas juga di kecamatan sekitar dua bulan lalu,”ujarnya.

Ia menegaskan apapun alasannya pungli tersebut tidak dapat dibenarkan karena tidak ada dasar hukumnya.

“Dalam kesepakatan waktu pembahasan ditingkat kecamatan, pungutan yang tak ada dasar hukumnya harus dihentikan,” ucapnya.

Sementara itu terkait dengan restribusi resmi, untuk mendaki Gunung Guntur, BKSDA hanya menetapkan besaran retribusi, pada hari biasa sebesar Rp 12.500 dan saat akhir pekan atau hari libur sebesar Rp 15.000 perorang.

“Biaya masuk itu ada tiga tiket yang dipegang. Tiket kunjungan sebesar Rp 5.000 ribu hari biasa dan Rp 7.500 akhir pekan. Lalu ada tiket pendakian Rp 5.000 dan asuransi Rp 2.500. Pungutan itu juga ada dasar hukumnya,” katanya.

Menurutnya, BKSDA dan Muspika Kecamatan Tarogong Kaler sudah berupaya keras menghentikan pungli melalui pendekatan kepada warga. Paling tidak dalam dua bulan terakhir, sudah membuahkan hasil.

“Seluruh pungli di jalur Citiis kosong. Pungli ini memang kambuhan, kecuali orangnya diamankan. Dia juga musiman tak setiap hari,” ujarnya.

Pihaknya pun akan terus mengawasi praktik pungli di sepanjang jalur pendakian.***Marwij

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *