PERISTIWA

Pembubaran Posko Bersama, Kumpulkan Keluarga Korban Meninggal dan Hilang

Perwakilan Posko Bersama Petualangan Muslim (Cinta Sedekah) saat menterahkan santunan kepada ahli waris korban meninggal banjir bandang, foto Yuyus
Perwakilan Posko Bersama Petualangan Muslim (Cinta Sedekah) saat menterahkan santunan kepada ahli waris korban meninggal banjir bandang, foto Yuyus

Gapura Garut ,- Masa tanggap darurat bencana banjir bandang di kabupaten Garut akan berakhir Selasa (04/10/2016) mendatang. Saat ini data yang dimiliki oleh posko induk (Makodim) Garut menyebutkan sebanyak 34 korban meninggal, 19 orang hilang, 300 rumah hancur serta sekitar 6000 jiwa mengungsi.

Sehubungan dengan hal tersebut, posko bersama yang didirikan beberapa lembaga dari luar kabupaten Garut telah membubarkan diri secara resmi poskonya seiring dengan akan berakhirnya masa tanggap darurat tersebut.

Salah satunya posko bersama yang dibentuk Petualang Muslim (Cinta Sedekah) dan beberapa lembaga lain secara resmi melakukan pembubaran posko di lokasi posko bersama yang didirikan sejak hari pertama pasca banjir bandang, yaitu di Komplek Local Education Centre (LEC) Yayasan Hikmah Desa Haurpanggung Kecamatan Tarogong Kidul Garut.

Pembubaran secara simbolis ditandai dengan mengundang seluruh keluarga korban meninggal dan hilang. Acara ini juga dihadiri unsur Muspika kecamatan Tarogong Kidul, mulai dari Camat, Danramil dan Kapolsek.

Camat Tarogong Kidul, Lilis Neti mengatakan dirinya turut berduka atas apa yang menimpa keluarga korban banjir bandang Garut.

Lilis menyatakan permintaan maafnya karena belum bisa mengunjungi keluarga korban satu persatu. Lilis menyampaikan bahwa kantornya juga merupakan korban, sehingga seluruh asset yang ada didalamnya semuanya rusak. Hal ini mengakibatkan pelayanan kepada warga menjadi terganggu, namun demikian hal tersebut tidak menjadi alasan untuk tidak melayani kebutuhan administratif warganya.

“Walaupun kantor kami rusak, namun semua pelayanan warga kami layani, namun semua itu hanya bisa dilakukan secara manual. Tapi hal tersebut tidak menjadi masalah, yang penting warga bisa terlayani,”ujar Lilis, Minggu (2/10/2016).

Ditemui sela-sela  acara pembubaran,  Ketua Petualang Muslim, Aulia Ibnu mengatakan, hari Minggu (2/10/2016) ini adalah hari terakhir posko bersama melakukan kegiatan. Seluruh kegiatan logsitik dan pencarian korban dihentikan.

“Hari ini kita berhasil mengumpulkan keluarga korban meninggal dan korban hilang sebanyak 37 keluarga. Data keluarga korban selama ini sulit kita dapatkan, karena orangnya terpencar. Selama tiga hari kami mencari, akhirnya 37 keluarga meninggal dan hilang ini kami dapatkan,” ungkap Aulia.

Keluarga korban ini akan diberikan santunan berupa uang, sembako dan kebutuhan lainnya.  Data ke-37 keluarga korban ini akan diberikan ke kodim sebagai data dasar, karena selama ini mengumpulkan data dasar ini susah, informasi masih simpang siur.

“Selama ini kita mencari koban itu keluarganya dimana?sampai tadi malam akhirnya terkumpul 37 keluarga korban yang hadir saat ini,” ucapnya.

Aulia menjelaskkan posko bersama ini ada dua jenis posko, yaitu posko pencairan korban dibawah komando Wanadri, dengan anggota sebanyak 105 lembaga. Posko kedua yaitu posko logistik dibawah komando Petualang Muslin dengan nggota sebanyak 17 Lembaga.

Dari awal berdiri posko ini menyediakan kebutuhan dasar pengungsi, sudah tersalurkan barang untuk keperluan untuk makan dan tidur, seperti kasur sebanyak 251 buah, selimut sebanyak 1000 buah, baju baru anak 327 buah, juga sekop untuk membersihkan rumah, karpet untuk mesjid dan bantuan lainnya.***Yuyus

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *