PERISTIWA

Dedi Mulyadi Ajak Korban Bencana Sumedang Tetap Riang dan Tersenyum

Ini salah satu upaya Dedi mengajak korban bencana Sumedang melupakan peritiwa bencana yang menimpa mereka, foto Deni
Ini salah satu upaya Dedi mengajak korban bencana Sumedang melupakan peritiwa bencana yang menimpa mereka, foto Deni

Gapura Sumedang ,- Bencana tanah longsor yang terjadi di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat  pada Selasa 20 September 2016  lalu bersamaan dengan bencana banjir bandang Kabupaten Garut hingga  kiini masih mengakibatkan warga Desa Ciherang yang tinggal di lima dusun yakni Ciherang, Ciguling, Singkup, Cimareme, dan Babakan Gunasari, Sumedang  membutuhkan “recovery” pasca bencana.

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, Sabtu (24/9/2016) kembali mengunjungi lokasi bencana Kabupaten Sumedang setelah sebelumnya Bupati yang kini menjadi Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat itu sempat mengunjungi korban bencana di Garut.

Kali ini Kang Dedi sapaan akrab Dedi Mulyadi melakukan ‘Trauma Healing’ yang terbilang unik. Selain membawa sembako dan pakaian layak pakai, Bupati nyentrik yang selalu mengenakan pakaian adat sunda ini  terlihat berupaya memulihkan keadaan psikis pengungsi terutama anak-anak dengan caranya menggelar lomba joget.

“Hayu sekarang mah lomba saja ya. Lomba joget yang gampang. Kalau jogetnya bagus saya kasih hadiah. Hayu anak-anak, Ibu-ibu juga boleh ikut”. Ajak Dedi, kepada para pengungsi yang berada di Gedung Olahraga Tajimalela, Sabtu (24/9/2016).

Usaha Dedi untuk membuat para pengungsi tersenyum gembira ternyata berhasil. Hal ini terlihat dari antusiasme peserta mengikuti lomba joget tersebut. Bahkan Adi (9) siswa kelas III Sekolah Dasar Ciherang berjoget dengan semangat sambil menaiki meja

“Senang, walaupun gak juara tapi bisa ikutan. Tadi banyak juga teman yang ikut”. Ungkap Adi dengan polos.

Ditemui selesai perlombaan joget, Dedi Mulyadi menyebutkan perlombaan yang dia gelar tersebut adalah bentuk spontanitas. Menurut dia, tawa riang dan suasana gembira harus selalu ada di tengah pengungsi agar mereka mampu secara cepat memulihkan keadaan psikologi mereka.

“Meskipun hanya spontan tetapi semoga saja dapat membuat mereka lupa sejenak terhadap bencana kemarin. Meskipun memang akan teringat lagi saat mereka melihat sekeliling. Makanya, nuansa kegembiraan harus selalu hadir di tengah mereka”. Ujar Dedi.

Efek traumatis memang tidak bisa dihindarkan dari seluruh pengungsi mengingat bencana ini telah merenggut sedikitnya tiga korban meninggal dunia dan sebanyak 670 jiwa dari 164 Kepala Keluarga diungsikan. Selain itu, bencana tanah longsor ini juga mengakibatkan jalur Cadas Pangeran sempat terputus. Pungkas Dedi.***Deni

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *