PERISTIWA

Jumpai Ratusan Siswa Baitul Hikmah Tasik, Diky Chandra Disambut Antusias

Diky Chandra saat memberikan Materi Film Dokumenter di MA Baitul Hikmah Kota Tasik, foto istimewa
Diky Chandra saat memberikan Materi Film Dokumenter di MA Baitul Hikmah Kota Tasik, foto istimewa

Gapura Kota Tasikmalaya ,- Ratusan siswa-siswi Madrasah Aliyah (MA) Baitul Hikmah, Kelurahan Sukamaju Kidul, Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya, antusias menyimak pemaparan seputar pembuatan Film semi dokumenter berbasis ekonomi kreatif yang disampaikan aktor Diky Chandra yang juga bakal calon walikota Tasikmalya, Senin, (29/08/2016).

Menurut Ketua Osis MA Baitul Hikmah, Aneu Fitriani ilmu dan pengalaman yang dibagikan Diky Chandra benar-benar mendalam dan menarik sehingga diharapkan dapat merangsang siswa-siswi anggota Osis yang dipimpinnya untuk menerapkan pengetahuan baru bidang  film dokumenter.

“materinya sangat mendalam penyampaianya juga menarik sekali mudah-mudahan para penggiat Film dokumenter disini dapat menerapkannya dengan karya yang lebih berkualitas,”Kata Aneu disela-sela mengikuti acara tersebut.

Aneu mengaku sangat senang karena materi yang disampaikan Diky Chandra sangat inspiratif, mulai dari perjalanan pribadi Diky saat merintis karier keartisan, hingga teknis membuat film dokumenter yang dipaparkannya.

“semoga dengan kehadiran kang Diky,  film dokumenter kita bisa lebih baik lagi, “Ucapnya.

Sementara itu, Diky Chandra saat ditemui wartawan menyebutkan dirinya hanya berusaha untuk mengarahkan anak-anak siswa siswi tersebut,  agar lebih mengenali kearifan lokal yang ada di Tasikmalaya.

“Jangan sampai anak-anak terlena dengan kehebatan di luar sana, sehingga melupakan potensi – potensi yang ada di dalam baik dalam dirinya, lingkungan maupun yang lainnya.”Ungkap Diky.

Diky mengatakan melindungi segenap kekayaan daerah merupakan tugas semua pihak terlepas dari adanya berbagai kepentingan terkait persolan tersebut.

“Anak cucu urang Tasik seyogyanya bersentuhan langsung dengan potensi-potensi unggulan Tasik, tidak sekedar tahu dari koran atau buku. Jangan sampai mereka tidak tahu mendong itu apa, tidak tahu kelom geulis, tidak tahu bahwa Tasik pernah ekspor kulit manggis, tidak tahu Tasik pernah jadi juara kompetisi sandal khas.”Paparnya.

Terkait dengan materi pembuatan film dokumenter yang disampaikannya,  Diky memotivasi  para  siswa untuk tidak mudah  mengeluh dengan karya yang dihasilkan. Skill pembuatan karya film dokumenter sejatinya dijauhkan dari pandangan pragmatis.

“Kuncinya adalah latihan, saya pernah bikin produk enam program Steven Cau, sampai sekarang gak laku dipasaran,  Tapi tetap berkarya dan terus berkarya,”Ucapnya.

Diky menegaskan dalam berkarya jangan selalu atas nama uang dan respon pasar atau masyarakat  semata melaikan harus berupaya menyatu dengan karya yang dibuat itu sendiri.

“Pengakuan dengan sendirinya akan datang, apabila kita menyatu dengan karya kita,”Tandasnya.***Beronz

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *