PERISTIWA

Jatuh Dari Pohon Kelapa Seorang Pria Tewas Seketika

Kelurag dan kerabat Samingun saat mengaji didepan jenazah sesaat sebelum dimakamkan, foto Hermanto
Kelurag dan kerabat Samingun saat mengaji didepan jenazah sesaat sebelum dimakamkan, foto Hermanto

Gapura Kota Banjar , –  Seorang pria bernama Jumingun (56) warga Dusun Kedungwaringin RT 3/5 Desa Waringinsari Kecamatan Lengensari Kota Banjar tewas seketika setelah terjatuh dari pohon kelapa saat mengambil nira, Kamis (10/3/2016).

Istri korban Siti Maria (45) yang merupakan  saksi mata jatuhnya Jumingun menyebutkan, saat kejadian dirinya sedang membuat kue didalam rumah. Kemudian ia mendengar ada yang jatuh didepan rumah. Dia kaget dan langsung keluar rumah. Siti mengaku lebih kaget lagi  ketika melihat suaminya sudah tergeletak di bawah pohon kelapa.

“Saya sedang didapur membuat kue, namun dari depan rumah terdengar suara benda jatuh, setelah keluar rumah ternyata suami saya sudah tergeletak, saya spontan menjerit meminta tolong,”Kata Siti dengan nada sedih saat ditemui wartawan.

Sementara itu salah satu tetangga korban, Sarman (47) mengaku kaget ketika mendengar jeritan Siti. Mendengar jeritan istri korban, dirinya langsung mendatangi rumah korban. Setelah dirumah korban, dia sangat kaget karena korban tergeletak dibawah pohon kelapa.

“Saya kaget mendengar jeritan istri korban, kemudian saya lari dan mendapati korban sudah tergeletak akibat jatuh dari pohon kelapa,” terangnya.

Sarman menambahkan, pada saat kejadian kondisi cuaca sedang hujan. Menurutnya, korban terjatuh dari pohon kelapa sekitar tujuh belas meter dan  mengalami luka, tangan kanan patah, tangan kiri lecet lecet dan dari kepala mengeluarkan darah. Dia menduga korban terjatuh dari pohon kelapa karena kaget pada saat ada petir.

“Korban  langsung saya angkat dibantu tetangga yang lain ke dalam rumahnya,”katanya.

Masih kata Sarman, korban keseharinnya bekerja mengambil nira atau yang lebih di kenal dengan penderes. Selain itu, korban pun menurut Sarman sangat baik dan rajin adzan di masjid setiap subuh. Korban meninggalkan anak empat masing- masing yakni, Yasin (21), Yasirun(27), Puji (19) dan Imas (15).

“Korban itu rajin adzan di mesjid, sehingga kini tidak ada lagi suara adzan subuh yang khas dikumandangkan dia,” pungkasnya.***Hermanto

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *