PERISTIWA

Duuh…Menderita Gangguan Jiwa, Bocah 12 Tahun Dipasung

Rozat Arrohim tampak terpasung didalam kamarnya, foto  Kus Markuseu
Rozat Arrohim tampak terpasung didalam kamarnya, foto Kus Markuseu

Gapura Garut ,- Nampaknya tidak ada pilihan lain bagi keluarga selain memasungnya karena pilihan itu dinilai paling efekif untuk mengatasi saat dia mengamuk.

Begitulah nasib Rozat Arohim  (12), warga Kampung Hegar Manah Rt 03/04, Desa Dano Kacamatan Leles, Kabupaten Garut, Jawa Barat ini, Rozat terpaksa harus  di pasung oleh Ibunya karena ia sering mengamuk tidak karuh karuan.  Selama lebih dari enam tahun Rozat harus tinggal disebuah kamar berukuran   3×2 meter dengan kondisi terpasung. 

Menurut Cucun (33),  Ibu dari  Rozat Arohim yang kini menyandang status janda karena di cerai suaminya beberapa tahun silam, mengatakan anaknya terpaksa dipasung dengan kedua tangannya di rantai memakai besi.

“Semula Ia cuma saya kat tangannya pakai rantai terus diikat ke bangku, tapi masih terus ngamuk, akhirnya kedua kakinya juga di pasung menggunakan kunci  gembok”. Kata Cucun dengan mata berkaca-kaca, saat ditemui, Rabu (18/3/2015). 

Cuncun juga mengaku sebenarnya tidak tega melihat anaknya harus menjalani hari-harinya dengan dipasung, namun menurutnya memang tidak ada pilihan lain hanya itu yang bisa ia lakukan.

“Mau diapain lagi dia ngamuk terus, dipasung memakai kunci gembok saja selalu rusak di gigitnya, dari pertama di pasung sampai sekarang sudah hampir enam tahun sudah habis lima belas kunci gembok karena terus dirusaknya”. Ungkapnya.

Cucun menambahkan,  kebiasaan anaknya itu seperti bukan prilaku anak manusia seusianya, jika sedang mengamuk seperti orang kemasukan mahkluk halus.

“Selain kebiasan mengamuk, ia juga  aneh setiap  satu kali makan bisa menghabiskan lima piring nasi dan seperti yang tidak pernah kenyang”. Ucapnya

Sejauh ini lanjut Cucun, dirinya juga pernah membawa anaknya  untuk diperiksakan ke Rumah sakit, namun karena tidak jelas penyakitnya, ia memilih menghentikaan berobatnya.

Kini Cucun hanya bisa pasrah sambil berharap anaknya masih bisa sembuh, namun bingung untuk mengobatinya selain tidak memiliki cukup uang untuk kesana kemari membawa anaknya berobat, juga kebingungan harus dibawa berobat kemana.

“Saya   berharap pemerintah atau para dermawan dapat membantu menyembuhkan   anak saya, saya juga bingung untuk menghidupi makan sehari-harinya karena anak saya meminta banyak makan sementara saya hanya pekerja serabutan dengan penghasilan pas-pasan”. Imbuhnya.***Kus Markuseu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *