PERISTIWA

Nyaris Ambruk Rumah Nenek Esih Tertima Longsoran Batu Besar

Seorang warga menunjukan bagian rumah nenek Esih yang tertimpa longsoran batu besar, foto Dedi Kuswandi
Seorang warga menunjukan bagian rumah nenek Esih yang tertimpa longsoran batu besar, foto Dedi Kuswandi

Gapura Ciamis ,- Sebuah rumah panggung milik Nenek Esih (63) warga Dusun Batumalang Rt 25, Rw 25 Desa Nasol, Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis, mendadak bergeser dan nyaris abruk setelah terdorong longsoran batu besar yang berada diatas tebing pinggir rumah tersebut.

Nenek Esih yang hidup dan tinggal seorang diri dirumah tersebut, terpaksa harus di evakuasi karena rumahnya nyaris ambruk dan tidak dapat ditinggali lagi karena khawatir ambruk seluruhnya.

Peritiwa bergesernya batu yang mendorong rumah Esih hingga ambruk terjadi ketika sore hari tiba-tiba turun hujan. Esih ketika itu sempat mendengar suara batu krikil berkali-klali jatuh dari tebing samping rumahnya dan mengenai dinding rumah yang terbuat dari bilik bambu.

Karena takut tertimpa longsor , Esih juga bergegas meninggalkan rumahnya untuk ikut di rumah tetangga yang berjarak sekitar 50 meter dari lokasi rumahnya. Namun belum juga sampai ke rumah tetangganya, Esih dikejutkan dengan suara gemuruh disertai getaran tanah yang kemudian disusul dengan longsoran batu besar dan menabrak rumahnya hingga nyaris ambruk.

Menurut Iis salah seorang tetangga korban, saat kejadian memang turun hujan disertai petir cukup kencang hingga semua warga kampung pada tinggal tidak berani keluar rumah.

“Nenek Esih langsung keluar karena sudah merasa banyak krikil yang berjatuhan dari atas tebing disamping rumahnya, memang hanya selang beberapa saat batu besar ambruk menimpa bagian rumahnya”. Kata Iis saat ditemu dilokasi kejadian, Rabu (4/3/2015).

Iis menambahkan, sejauh ini nenek Esih hanya tinggal seorag dirumah tersebut dan dirinya juga tampak pasrah belum bisa memperbaiki rumahnya yang nyaris ambruk karena tidak memiliki cukup uang.

“Nenek Esih hanya buruh serabutan kadang kalau lagi ada kerjaan disawah sebagai buruh tani dengan penghasilan pas-pasan, jangankan untuk memperbaki rumah untuk kebutuhan makan sehari-hari juga masih belum cukup”. Ungkanya.

Saat ini Nenek Esih memang Cuma bisa pasrah sambil menunggu ada dermawan atau kepedulian dari pihak pemerintah untuk membangun kembali rumahnya yang ambruk tersebut.***Dedi Kuswandi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *