PERISTIWA

Duuh…Kasian Balita Warga Leles Ini Belum Bisa Berobat

Muhamad abdul Rajid ( 2) balita asal  Kampung Salamnunggal Rt 2/7 Desa Salamnunggal Kecamatan Leles Kabupaten Garut anak pertama  dari seorang janda yang bernama Euis ( 25), Foto Kus Markuseu
Muhamad abdul Rajid ( 2) balita asal Kampung Salamnunggal Rt 2/7 Desa Salamnunggal Kecamatan Leles Kabupaten Garut anak pertama dari seorang janda yang bernama Euis ( 25), Foto Kus Markuseu
Gapura Garut ,- Malang benar nasib Muhamad Abdul Rajid (2) balita asal  Kampung Salamnunggal Rt 2, RW 7 Desa Salamnunggal,  Kecamatan Leles Kabupaten Garut ini. Ia hanya bisa berbaring lemah karena penyakit hydrocepahalus yang dideritanya semakin memburuk.
Balita malang tersebut kini hanya hidup dirawat Ibunya bernama Euis (25) seorang janda setelah dicerai dan ditinggal suaminya ayah dari balita tersebut.
Euis yang hanya bekerja serabutan mengaku pasrah tidak bisa lagi mengurusi anak satu-satunya tersebut karena tidak memiliki banyak uang untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan penyakit yang diderita ananknya tersebut.
“Mulanya anak saya ada benjolan dibagian kepalnya sebesar biji kemiri dan saat itu anak saya masih bayi. Sempat di bawa ke RSU Garut, tapi oleh RSU Garut malah dirujuk ke RSHS Bandung”. Ungkap Euis sambil mata berkaca-kaca saat ditemui dirumahnya Minggu (1/3/2015).
Euis belum sempat membawa anaknya tersebut ke RSHS bandung karena tidak memiliki cukup bekal untuk mengobati anaknya, terlebih Kartu BPJS pun ia belum memilikinya lantaran belum dapat membuatnya karena belum sempat memiliki Kartu Keluarga.
“Tadinya mau membuat Kartu BPJS, tapi belum bisa karena harus memilliki dulu Kartu Keluarga. sampai saat ini belum membuatnya, saya hanya bisa pasrah saja dengan keadaan anak saya ini”, paparnya.
Ironisnya meski rumah pangggung berukuran 4 x 6 berada dekat dengan kantor Desa Salamnunggal namun belum pernah ada satupun pihak dari desa yang menengok keadaan balita malang tersebut.
Saat ini kondisi Muhamad abdul Rajid balita malang tersebut makin memburuk lantaran belum pernah mendapatkan penanganan medis yang memadai.
“Kalau harus berobat dengan biaya umum saya tidak akan mampu, jangankan untuk berobat untuk membeli bubur bayi dan susunya saja sudah sangat kesulitan, kalaupun ada BPJS saya masih kesulitan jika berobatnya harus di Bandung karena tidak ada bekal untuk menunggunya selama disana nanti”. Imbuhnya.
Saat ini untuk dapat menutupi kebutuhan hidup sehari-hari, Euis hanya mengandalkan pemberian dan belaskasihan dari orang lain terutama para tetangganya.***Kus Markuseu

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *