PERISTIWA USAHA PRODUK

Nelayan Garut Selatan Keluhkan Musim Peceklik

foto istimewa
foto istimewa

Gapura Garut ,- Sudah jatuh tertimpa tangga pula, barangkali itulah kalimat yang tepat untuk menggambarkan nasib yang dialami ratusan nelayan tradisional di pesisir selatan Garut, Jawa Barat. Kondisi tersebut karena paceklik atau kesulitan mencari ikan akibat cuaca buruk akhir-akhir ini benar-benar sedang dirasakan sebagian besar para nelayan Garut selatan tersebut.

Parahnya lagi kebjakan kenaikan harga BBM benar-benar membuar para nelayan semakin tidak berdaya dalam menjalankan mempertahankan mata pencaharian mereka dengan melaut mencari ikan.

Kini perahu-perahu milik ratusan nelayan Pantai Rancabuaya Kecamatan Caringin Kabupaten Garut lebih banyak bersandar di bibir tepi pantai karena sulitnya tangkapan ikan akibat cuaca buruk akhir-akhir ini.

“kami memang sedang mengalami masa peceklik sudah gitu harga BBM naik jadi percuma melaut uga hasil tangkapan tidak ada sementara ongkos atau biaya melaut maikin mahal”. Kata Uwen salah seorang nelayan Garut Selatan, saat dihubungi Selasa (16/12/2014).

Menurut Uwen, kebijakan pemerintah menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada bulan Nopember lalu semakin menambah panjang masa paceklik para nelayan ditepatnya.

“kami makin terpuruk, di tengah kesulitan tangkapan ikan, kami juga dirugikan dengan adanya kebijakan pemerintah menaikan harga BBM itu. Semula kami biasa membeli bahan bakar delapan ribu rupiah per liter, tapi sekarang harganya menjadi sepuluh ribu rupiah per liter”. Ungkapnya.

Uwen menambahkan dengan harga solar delapan ribu rupiah saja sudah sulit, apalagi bahan bakar solar menjadi sepuluh ribu makin parah lagi.

“Pokoknya kenaikan harga BBM itu tidak sebanding dengan kenaikan hargaikan di pasaran, jelas sekalinya ada ikan nasib kami tetap kesulitan, makanya dari pada rugi parnelayan disini untuk sementara waktu memilih untuk tak melaut”, paparnya

sementara itu, sejumlah nelayan lainnya demi berhemat dan daripada berhenti melaut sama sekali, mereka lebih memilih melaut dengan menggunakan perahu karet dari ban bekas tanpa menggunakan mesin, sehingga tidak membutuhkan BBM dan hanya dikayuh dengan menggunakan sepasang piring.

“memang sangat beresiko tapi cara ini terpaksa kami lakukan untuk sekedar menutupi kebutuhan ekonomi keluarga”. Ungkap Endang salah seorang nelayan Rancabuaya.

Endang berharap bersama para nelayan lainnya, agar pemerintah membatalkan atau mencarikan solusi utnuk mengatasi naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) karen sejauh ini terasa makin terpuruk.***jmb

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *