PERISTIWA

Salah Satu Penyebab Banjir Cikajang, Akibat Alih Fungsi Lahan

DSC_0004_0001

Gapura Garut ,- Banjir bandang yang menerjang wilayah kecamatan Cikajang Kabupaten Garut pada Selasa 9 Desember 2014 lalu merupakan banjir yang sangat besar dan tidak pernah terjadi sebelumnya sehingga mengakibatkan banyak kerusakan.

Menurut Camat Cikajang Ganda Permana, kejadian banjir yang terjadi di Desa Mekarjaya sebenarnya sudah biasa terjadi di setiap tahunnya. Namun peristiwa banjir kemarin merupakan kejadian yang paling parah.

“Selama saya menjabat di sini, baru kali ini banjirnya besar. Biasanya memang selalu terjadi banjir di setiap tahun. Namun ketinggiannya paling hanya satu mata kaki saja. Kali ini air benar-benar tinggi dan deras, di saat ketinggian tanggul penahan air pendek,” Kata Ganda, Kamis (11/12/2014).

Ganda menduga, selain tingginya curah hujan dengan intensitas tinggi, besarnya arus Sungai Cibarengkok disebabkan oleh faktor ulah manusia sendiri. Sebab di daerah yang lokasinya lebih tinggi di wilayah Desa Mekarjaya, telah terjadi peralihan lahan dan pola tanam masyarakat.

“Sekarang di daerah yang lebih tinggi itu banyak lahan dimanfaatkan untuk ditanami sayur mayur. Sehingga daya serapnya kurang. Peristiwa ini harus menjadi peringatan bagi kita semua. Pihak intansi terkait, harus turun tangan langsung untuk menanggulangi permasalahan itu. Kami berharap agar tidak lagi terjadi banjir serupa yang lebih parah,” jelasnya

Sementara itu Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Garut, Sutarman membenarkan jika salah satu faktor penyebab terjadinya bencana banjir Cikajag tersebut karena telah terjadi alih fungsi lahan dan adanya perubahan kawasan yang seharusnya hutan dengan pepohonan tinggi dan lebat kini, malah menjadi perkebunan sayur mayur yang tidak bisa menyerap atau menyipan air.

“Didaerah yang lebih tinggi dari lokasi banjir tersebut dahulu ada sebuah situ penampungan air namanya Situ Bunder dan sekarang malah sudah tidak ada berubah jadi kawasan hunian atau perumahan, maka pantas jika tidak ada lagi tempat penampungan air disana”. Kata Sutarman Saat dihubungi, Kamis (11/12/2014).

Menurut Sutarman, pihaknya merekomendasikan agar semua pihak terutama warga sekitar kembali melakukan upaya-upaya pengembalian fungsi lahan dengan menanami pohon-pohon yang kuat yangmampu menahan air dan berfungsi sebagai kawasan konservasi.

“Kawasan tersebut merupakan kawasan kaki Gunung Jaya dengan kemiringan sekitar 30 pesen sehingga perlu ada adanya tumbuh tubuhan yang cocok untuk konservasi  lahan”, Tturnya.

Namun demikian Sutarman juga menyadari akan sangat sulit menjangkau hal tersebut karena lahan yang ada dikawasan tersebut sebagian besar merupakan lahan perkebunan dan lahan milik sehingga akan sangat tergantung pada pemilik lahan dalam menentukan taaman yang akan ditanaman dikawasan tersebut.

“Memang persoalannya tidak sesederhana itu untuk menghijaukan lahan tersebutb menjadi kawasan konservasi karena lahannya sudah benyak lahan milik pribadi”. Pungkasnya.***jmb

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *