PERISTIWA

Kasus Perempuan Hamil Dibuang, Dapat Perhatian Khusus P2TP2A Garut

Tian (19) Gadis Cantik yang sedang hamil 7 buan kemudian diterlantarkan Keluarganya lantaran diduga tidak siap menanggung aib. Foto jmb
Tian (19) Gadis Cantik yang sedang hamil 7 buan kemudian diterlantarkan Keluarganya lantaran diduga tidak siap menanggung aib. Foto jmb

Gapura Garut ,- Kasus memilukan yang  menimpa Tian (19) perempuan muda yang dibuang keluarganya karena hamil setelah sebelumnya menjadi korban perkosaan, kini mendapatkan perhatian serius dari Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Garut.

Melalui Kepala Bidang Pendampingan dan Pemulihan P2TP2A Kabupaten Garut Nitta K. Wijaya memastikan jika P2TP2A Kabupaten Garut akan mencoba melakukan komunikasi dengan pihak yang menampung Tian selama ini yaitu Keluarga Deden salah seorang warga dikampung Ciseureuh, Desa Sindangsari, Kecamatan Leuwigoong Garut.

“Informasinya Tian dibuang ke rumah warga di Kampung Ciseureuh, Desa Sindangsari, Kecamatan Leuwigoong. Kami akan mengirimkan kader ke sana untuk membicarakan masalah ini lebih lanjut dengan mereka, sekaligus melihat bagaimana kondisi perempuan hamil yang menjadi korban ini,” kata Nitta, saat dihubungi Kamis (20/11/2014).

Nitta menjanjikan pihaknya akan memberikan sejumlah bantuan dan upaya untuk memulihkan keadaan psikologis yang dialami Tian. Sebab perempuan yang menjadi korban pelecehan seksual dapat dipastikan mengalami trauma.

“Kami akan melakukan pembahasan dengan berbagai pihak terkait. Saya pastikan, Tian akan mendapat perawatan secara medis dengan menggandeng dokter psikologi. Tujuan pertamanya agar dia dapat tenang,” ungkapnya.

Nitta menambahkan, biasanya apa yang terjadi menimpa perempuan seperti hal yang menimpa Tian  yang kini memasuki usia kandungannya 7 bulan, merupakan bentuk dari semakin rawannya pelecehan terhadap kaum perempuan. Terlebih kondisinya yang tidak bisa berbicara, telah dimafaatkan oleh orang tak bertanggung jawab.

“Perempuan itu memang sudah rawan menjadi objek kekerasan seksual, pelecehan, dan sebagainya. Apalagi kondisi korban sama sekali tidak bisa berbicara, membaca, dan menulis. Sangat rawan sekali. Keadaan inilah yang membuat orang tak bertanggung jawab memanfaatkan seenak jidat mereka, karena korban tidak mungkin untuk melapor,” paparnya.

Sementara itu tindakan orang tua Tian yang dengan sengaja membuangnya, menurut Nitta apapun alasannya sebagai sebuah bentuk pelanggaran. Dia mengaku sangat menyayangkan dengan peristiwa yang menimpa Tian tersebut.

“Dalam kondisi seperti ini jelas, pihak keluarga telah membuat kesalahan. Sebab, siapapun tidak ada yang ingin terkena musibah. Tidak ada orang yang ingin diperkosa. Ini bukan aib. Keluarga yang berbuat demikian bisa dikenakan sanksi hukum,” katanya.

Tian sendiri diketahui mengandung bayi perempuan. Kejelasan mengenai jenis kelamin bayi tersebut diperoleh setelah pemilik rumah tempat dia menumpang, Deden (44), beserta keluarganya mengajak Tian untuk memeriksakan kandungannya.

“Setelah diperiksa USG (Ultrasonografi), diketahui bayinya berjenis kelamin perempuan. Alhamdulillah kondisinya sehat,” kata Deden.

Deden merasa bersyukur atas masih baiknya kesehatan bayi yang masih berada di dalam rahim tersebut. Sebab sejak awal-awal Tian berada di rumahnya, Tian selalu mencoba untuk membunuh bayinya ini dengan cara memukul-mukul perut hingga melilit perutnya dengan tali tambang.

“Sejak saat itu, sebisa mungkin kami berbicara kepadanya agar tidak melakukan hal demikian. Karena bagaimana pun perlakuan itu akan membunuh bayinya. Dengan berbagai pendekatan, upaya kami membujuknya berhasil. Dia tidak lagi melakukan hal itu,” ujarnya.

Menurut Deden, Tian tidak ingin memiliki atau mengurus bayinya. Meski begitu, dia menjamin kehidupan bayi Tian setelah dilahirkan.

“Ada banyak yang siap merawat bayi ini. Bahkan keluarga kami juga siap. Bayi adalah titipan dari Allah,” ucapnya.

Selepas melahirkan, Tian berencana akan bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Kerabat Deden juga sudah menyatakan niatnya untuk mempekerjakan Tian.

“Tian selalu berusaha bilang sebisanya bahwa dia akan bekerja jika melahirkan nanti. Dari pada nanti dia bekerja di tempat yang tidak jelas dan khawatir ada apa-apa, lebih baik dia di kerabat kami saja seperti bagian keluarga. Itung-itung bantu-bantu memasak dan mencuci. Dari pada terjadi yang tidak-tidak nantinya,” ungkapnya.

Pada awal Tian berada di rumah mereka, perilakunya memang sulit untuk diprediksi dan terkesan menutup diri. Namun Deden dan keluarganya tidak pernah berhenti untuk menenangkannya.

“Dia sedang hamil. Akhir-akhir ini dia suka sekali dengan buah mangga. Kami selalu memberinya buah mangga. Tian juga ternyata menyukai belut goreng. Isteri saya selalu memasak untuknya. Tidak jarang mereka memasak bersama. Lama kelamaan, kondisi psikologinya membaik kembaali. Dia pun terbuka dan mulai akrab dengan kami. Seolah memang sudah bagian dari keluarga,” paparnya.***jmb

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *