PERISTIWA SOSIAL POLITIK

Menderita Penyakit Aneh, Wahyu Butuh Uang 5 juta Untuk Biaya Operasi

Wahyudin saat menunjukan Kartu Jamkesaman yang selama ini diandalkan untuk pengobatan penyakit yang dideritanya. Foto jmb
Wahyudin saat menunjukan Kartu Jamkesaman yang selama ini diandalkan untuk pengobatan penyakit yang dideritanya. Foto jmb

Gapura Garut,- Penderitaan panjang nampaknya harus dialami oleh seorang remaja bernama Wahyu Saepudin (12) salah seorang  siswa kelas I SMPN 4 Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Wahyu baru dua pekan terakhir didiagnosa menderita penyakit aneh dan langka, setelah pihak orang tuanya membawa ke Puskesmas kemudian merujuknya ke RSUD Garut hingga kembali di rujuk ke RSHS Bandung.

Sejumlah tim medis dari dua rumah sakit menganalisa dan mendiagnosa berbeda terhadap penyakit yang diderita Wahyu tersebut. Pihak RSUD dr Slamet Garut dan RSHS Bandung, memiliki perbedaan diagnosa atas penyakit yang diderita Wahyu itu.

Derita penyakit aneh yang dialami Wahyu berawal pada suatu malam secara tidak sengaja sang ayah bernama Aceng Karman (34) yang kebetulan tiduran disamping anaknya tersebut mendapati benjolan dibagian bokong tepatnya diatas tulang ekor.

“awalnya Bapaknya tiduran disamping Wahyu dan bapaknya kaget saat meraba ada benjolan dibagian bokong wahyu”. Kata Atih Nurhayati (33) ibu kandung Wahyu, saat mengawali cerita penyakit yang dialami anaknya tersebut.

Menurutnya, ditemukannya benjolan ini sempat membuat mereka kaget dan cemas karena selama ini Wahyu tidak pernah mengeluh apapun kepada orang tuanya.

“Kami panik setelah mengetahui di punggung bagian bawahnya (tulang ekor) ada benjolan. Selama ini kami tidak mengetahui akan hal itu. Benjolan yang sebesar biji kemiri tersebut baru kami ketahui dua minggu yang lalu,” kata Atih, saat ditemui di rumahnya, Kampung Limushaseum RT 01 RW 08, Desa Sirnajaya, Kecamatan Tarogong Kaler, Jumat (10/10/2014).

Selama ini ketidaktahuan mereka juga disebabkan karena Wahyu tidak pernah mengeluh akan penyakit anehnya itu. Ditambah, kondisi fisik dan kesehatan wahyu secara kasat mata terlihat sehat seperti anak-anak normal lain seusianya.

“Jangankan mengenai benjolannya, jika dia menderita sakit lain seperti panas, demam, atau sakit kepala, Wahyu ini tidak pernah mengeluh. Lagipula, dia terlihat sehat dan masih melakukan aktivitas seperti biasa seperti sekolah, rutin mengaji setiap subuh ke kampung tetangga, Kampung Mandala, dan mengaji selepas isya di mesjid dekat rumah,” ungkapnya.

Aih dan Aceng dengan dibantu para tetangganya akhirnya memutuskan untuk membawa Wahyu ke rumah sakit begitu benjolan tersebut diketahui. Pertama-tama, mereka mendatangi Puskesaman, kemudian ke RSUD dr Slamet Garut dengan harapan puteranya dapat sembuh dengan cara berobat.

“Tapi setelah diperiksa, dokter mendiagnosa Wahyu mengalami kebocoran tulang sumsum. Bila dibiarkan lebih lama, otaknya akan mengalami gangguan. Mendengar penjelasan itu, kami menjadi semakin khawatir. Namun kami sendiri bingung , karena kesehariannya Wahyu sehat walafiat. Selama satu minggu penuh di pekan kemarin, kami bolak-balik mengantar Wahyu ke rumah sakit. Jadwal sekolahnya terganggu,” Ungkap Atih.

Dokter yang memeriksa Wahyu baik di RSUD Garut maupun di RSHS Bandung,  menyarankan agar Wahyu menempuh jalan operasi dalam pengobatannya. Pihak keluarga, lanjut  Atih, menyetujui rencana tersebut karena mereka memiliki bekal Kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dengan harapan tidak akan terkena biaya dalam rencana pengobatan putranya tersebut.

“Tapi setelah itu, pihak rumah sakit (RSUD dr Slamet) mengaku tidak sanggup untuk mengoperasi benjolan Wahyu. Mereka lalu merujuk agar anak kami dioperasi di RSHS Bandung. Setelah berkomunikasi dan dokter RSHS merontgen bagian belakang tubuh Wahyu, muncul diagnosa lain. Anak saya mereka katakan menderita penonjolan urat syaraf yang berdampak pada kelumpuhan bila dibiarkan. Pun halnya jika tindakan operasi salah dilakukan, maka anak saya bisa lumpuh sebagai resikonya,” paparnya.

Kondisi ekonomi keluarga yang tidak mampu, membuat keluarga Wahyu merasa semakin kesulitan. Pasalnya, mereka akan dibebankan biaya sebesar Rp5 juta untuk keperluan operasi diluar tanggungan Jamkesmas.

“Biaya sebanyak itu dari mana. Kami sama sekali tidak punya. Penghasilan suami saya sebagai buruh tani serabutan tidak akan mampu menutupinya. Penghasilan hariannya yang paling besar saja hanya Rp50 ribu. kami  ingin Wahyu anak kami lekas sembuh dan mampu menjalani keseharian seperti anak-anak lain lazimnya,” tandasnya.

Atih dan Aceng pun hanya bisa berharap, masih ada dermawan atau siapapun yang bersedia membantunya untuk memperoleh uang sebesar 5 juta rupiah.

“Kami hanya bisa pasrah sambil berharap akan ada dermawan atau pemerintah setempat yang bersedia membantu biaya opresi anak kami”. Pungkas Atih sambil meneteskan air mata dengan nada terbata-bata.

Kami berusaha meminta nomor kontak untuk memudahkan anda siapapun yang terenyuh untuk membantunya bisa menghubungi kader Posyandu setempat bernama Ibu Sonia no kontak  (082318358411).***jmb

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *