PERISTIWA

Kemarau, Satu Irigasi di Garut Sudah Mengering

cimanuk

Gapura Garut ,- Dampak musim kemarau terus meluas, selain mengakibatkan gagal panen pada areal pesawahan, Debit air di seluruh saluran irigasi yanmg ada di Kabupaten Garut, Jawa Barat  telah  mengalami penurunan hingga beberapa diantaranya sudah dalam kondisi mengering.

“Penurunan debit air sendiri pada sejumlah irigasi rata-ratab terjadi antara 50 hingga 100 persen. ada sekitar 22 saluran, debitnya menurun drastis. Satu saluran sudah dinyatakan mengering, sementara 21 lainnya mengalami penurunan debit yang parah,” kata Kepala Bidang Bina Manfaat dan Teknik Irigasi pada Dinas Sumber Daya Air Mineral dan Pertambangan (SDAP)  Kabupaten Garut Saeful Falah, Rabu (24/9/2014).

Menurutnya, satu saluran irigasi yang telah benar-benar mengering ini adalah Saluran Irigasi Cipacing, di wilayah Kecamatan Cibatu. Biasanya Irigasi ini dapat mengaliri sekitar 290 hektare (ha) lahan pertanian milik warga sekitar.

“Sementara sebanyak 21 saluran irigasi lainnya masih mampu mengairi sawah, namun tidak maksimal. Bahkan saluran irigasi terbesar yang ada di Garut, yatu saluran Irigasi Cimanuk juga mengalami penurunan debit air yang drastis. Saluran irigasi ini biasanya memiliki ketinggian debit air antara 45 sampai 60 cm. Namun saat ini, ketinggian air di Saluran Irigasi Cimanuk turun menjadi hanya tinggal 5 cm saja”, ungkapnya.

Saeful falah  menambahkan, sekitar 1.800 liter air per detik dari Sungai Cimanuk, semuanya disalurkan ke Irigasi Cimanuk. Saluran irigasi ini mengairi 897 ha Daerah Irigasi (DI) Cimanuk dan sisa airnya digunakan untuk menyuplai saluran irigasi Cipeujeuh.

“Untuk mengantisipasi kerugian di lahan pertanian menyusul krisis air yang terjadi akibat adanya penurunan debit air di seluruh saluran irigasi ini, kami sudah melakukan sosialisasi kepada para petani agar tidak memaksakan untuk menanam padi. Kalaupun masih ada sedikit air yang bisa mengairi lahan pertanian mereka, maka sebaiknya lahan pertanian ditanami dengan palawija,” ujarnya.

Berdasarkan perkiraan, Lanjut Saeful Falah,  musim kemarau di Garut akan berlangsung cukup  panjang. Berdasarkan edaran dari Kementerian Dalam Negeri dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) belum lama ini, kemarau diperkirakan akan terus berlangsung sampai pertengahan November 2014. “Dalam surat edaran itu, kemarau panjang akibat badai El Nino,” ucapnya.***jmb

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *