PERISTIWA USAHA PRODUK

Akibat Kekeringan, Garut Kehilangan Beras Hingga Ratusan Ton

Ketersediaan beras digudang Bulog Garut
Gambar dikumen stock beras Kabupaten Garut

Gapura Garut ,- Produksi beras Kabupaten Garut, Jawa Barat menurut hingga ratusan ton, akibat bencana kekeringan yang melanda saat ini. Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura (TPH) Kabupaten Garut Tatang Hidayat mengatakan, ratusan ton beras yang hilang ini disebabkan karena sawah seluas 145 hektare (Ha) di dua kecamatan, Kecamatan Cibatu dan Sukawening, dilanda kekeringan dalam kurun waktu satu bulan terakhir.

“Jika dirupiahkan, kehilangan produksi akibat kegagalan panen pada bencana kekeringan tersebut mencapai Rp637 juta,”ungkapnya.

Tatang menambahkan, pihaknya menduga jumlah nilai kerugian akibat kekeringan tersebut dapat lebih besar. Mengingat penghitungan nilai Rp637 juta tersebut didasarkan atas satu kg beras jika dihargai sebesar Rp3.800.

“Sementara varietas padi yang ditanami para petani bermacam-macam. Jenis padi yang bagus, bisa sampai sampai dihargai Rp9.000 per kg sementara yang kualitas rendah Rp3.800 per kg,” Jelasnya

Dalam catatan Dinas TPH Garut, tingkat keparahan pada beberapa kecamatan yang rawan mengalami kekeringan masih terus dipantau. Menyusul, bencana kekeringan ini juga menyebabkan sawah seluas 533 ha di 23 desa pada lima kecamatan menjadi terancam.

“Sawah yang terancam ini terdapat di Kecamatan Cibatu, Sukawening, Garut Kota, Karangpawitan, dan Selaawi. Kami masih melakukan pemantauan karena jika kemarau terus berlanjut, sawah sebanyak 533 ha itu bisa dilanda kekeringan dan makin luas lagi sawah yang terancam,” Tegasnya.

Diberitakan sebelumnya, Dinas TPH mengimbau agar para petani yang sawahnya dilanda kekeringan untuk mengganti komoditas tanaman mereka. Petani dapat mengganti tanaman padi dengan palawija di musim kemarau.

“Jika hujan tidak ada dan ketersediaan air pada lahan sawah sangat kurang, sebaiknya petani mengganti tanaman pangan mereka. Yang tadinya biasa menanam padi, coba sekarang manfaatkan dengan menanam palawija. Jika ditanami padi kembali, saya khawatir petani akan kembali rugi,” katanya.

Namun, tambah Tatang, bila para petani tetap memaksakan diri untuk menanami lahannya dengan padi, maka mereka disarankan untuk mengganti varietas bibit yang akan digunakan. Dia menganjurkan agar petani menanami padi yang berusia pendek saat musim kemarau.

“Bisa saja ditanami padi lagi, tapi harus yang usianya pendek. Contohnya varietas IR 64, Ciherang, atau lainnya. Kami sudah menyampaikan himbauan dan penyuluhan ini kepada para petani melalui UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas) di setiap kecamatan,” Pungkasnya.***TG

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *