PERISTIWA

Warga Kersamanah, Masih Banyak Menderita Gangguan Jiwa

orang-gila

Gapura, – Warga yang mengalami  gangguan Penyakit  jiwa di Kecamatan Kersamanah, Kabupaten Garut,  mencapai ratusan orang yang tersebar pada  sejumlah kampung di enam desa diwilayah  kecamatan tersebut.

Berdasarkan informasi yang berhasil dihumpun diperoleh, jumlah penderita penyakit ini mencapai 116 orang. Mereka tersebar di  Enam desa yaitu Desa Kersamanah, Sukamaju, Nanjungjaya, Girijaya, Sukamerang, dan desa Mekaraya.

Menurut Empon Maesaroh Ketua Forum Desa Siaga Kesehatan Jiwa Kecamatan Kersamanah , tingginya jumlah warga yang menderita gangguan jiwa di wilayahnya disebabkan oleh sejumlah faktor antaralain karena Kemiskinan atau faktor ekonomi yang  menjadi salah satu faktor utama penyebab maraknya penyakit jiwa diderita warga.

“faktor lainnya, mungkin faktor genetika, faktor stres, dan lain-lain.  Namun memang, rata-rata warga yang menderita gangguan kejiwaan ini memiliki latar belakang sebagai keluarga miskin atau ekonominya kurang mampu,” kata Empon kepada wartawan Senin (19/5/2014).

Penyakit gangguan kejiwaan di Kecamatan Kersamanah umumnya menjangkiti warga usia produktif hingga usia tua, yaitu antara usia 20 tahun hingga 60 tahun. Pada contoh kasus yang disebabkan oleh faktor genetika, penyakit gangguan kejiwaan menjangkiti beberapa orang yang masih memiliki hubungan keluarga.

“Penjelasan secara ilmiahnya saya kurang paham seperti apa, namun memang ada beberapa kasus yang seperti ini. Misalnya adik dan kakak mengalami gangguan jiwa, atau orang tua dan anaknya. Bahkan ada juga yang seseorang menderita penyakit jiwa, kemudian keponakannya pun mengalami hal yang sama,” paparnya.

Keterbatan kemampuan ekonomi, membuat  warga yang anggota keluarganya mengalami penyakit gangguan jiwa secara otomatis tidak mampu untuk melakukan engobatan secara medis, akan tetapi mereka  memilih mengurung atau merantai penderita penyakit jiwa tersebut.  Tujuannya agar yang bersangkutan  tidak membuat kegaduhan atau mengganggu ketertiban lingkungan masyarakat sekitar. “Para penderita penyakit ini biasanya berbuat onar di masyarakat. Ada juga penderita yang selalu melakukan hal berbahaya, misalnya lari ke tengah jalan raya atau sebagainya. Makanya keluarga terpaksa mengurung atau merantainya di dalam rumah atau sekitar tempat  tinggal,” pungkasnya. ***TG

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *