PENDIDIKAN

Ratusan Siswa SMAN 15 Garut Meriahkan 10 Pementasan Drama Sunda

Vicka Siswi Kelas XI SMA N 15 Garut salah seorang peminat parade drama Sunda, foto istimewa

Gapura Garut ,- Parade drama Sunda dipilih para Siswa SMAN 15 Garut, sebagai bentuk upaya melestarikan nilai dan budaya kesenian Sunda yang sekaligus menjadikan mereka lebih mengerti dan memahami seni budaya warisan leluhurnya.

Sedikitnya sekitar 400 orang siswa dengan 10 pementasan drama bahasa Sunda dihasilkan dalam rangkaian pentas parade drama  Sunda tersebut, bahkan ada diantaranya naskah drama yang dipentaskan merupakan hasil karya para siswa sendiri.

Parade yang digelar mulai 8-12 Mei 2017 tersebut  sebelumnya  diawali dengan menjalani sesi latihan selama hampir tiga bulan.

Selain latihan kemampuan berakting, para siswa juga melakukan latihan penguasaan tari dan musik tradisional gamelan. “Semua siswa terlibat dalam pementasan ini. Baik drama, musik maupun tari. Intinya lebih kepada pelestarian seni sundanya,” ujar Wakil Kepala Sekolah bidang Humas, Agus Wahyudin, Rabu (10/5/2017).

Agus, menegaskan penekanan pada asfek  penggunaan bahasa Sunda di kalangan pelajar saat ini semakin memprihatinkan sehingga perlu dicarikan formulasi yang tepat agar mereka kembali memahami dan mahir menggunakannya sebagai Bahasa sehari hari.

Meski sudah dipelajari di sekolah, Kata Agus waktu dengan jama teori yang terbatas belum cukup untuk bisa melestarikan bahasa Sunda secara utuh, namun demikian  pihaknya tetap bersyukur bahasa Sunda masih bisa dipelajari para siswa di SMA N 15.

“Untuk kebutuhan pelestarian tak cukup. Hanya dua jam pelajaran saja bahasa Sunda itu,” ucapnya.

Siti Latifah (16) salah seorang siswa SMA N 15 mengakui jika selama ini  dirinya kerap kesulitan untuk mempejari bahasa Sunda secara baik dan benar sesuai dengan teorinya. Banyak arti dari bahasa Sunda yang tak dimengerti dirinya. Saat berlatih drama Sunda pun, ia baru mengetahui beberapa kosakata baru.

“Ada bahasa Sunda buhun yang enggak ngerti. Pelafalannya juga sulit. Cuma saya terus belajar dan ternyata bahasa Sunda itu enak untuk diucapkan,” Tegas Latifah yang kini belajar sebagai siswa kelas XI

Hal yang sama juga disampaikan Vicka Meidiana (16). Dara kelahiran Bandung itu mengaku dalam keseharian sering menggunakan bahasa Indonesia. Ia yang merupakan keturunan Palembang itu mulai mempelajari bahasa Sunda sejak duduk di bangku SMP.

“Sebenarnya ngomong bahasa Sunda itu banyak variasi untuk bercandanya. Bahasanya lucu, tapi sulit untuk dipelajarinya,” ucap Vicka.

Sulitnya mendalami dan memahami Bahasa sunda yang benar tidak serta merta membuat Latifah dan Vicka berenti dan bosan, dengan tekadnya yang  kuat kedunya tetap ingin melestarikan bahasa Sunda dengan mempelajarinya melalui pementasan drama sunda.

Menurut mereka, kaum muda harus berperan aktif dalam melestarikan bahasa Sunda. Jangan sampai bahasa Sunda punah karena kaum mudanya enggan memakai bahasa tersebut.

“Enggak kampungan kok pakai bahasa Sunda. Cuma memang kosakatanya susah. Banyak kata yang artinya bisa berbeda-beda,” Tukas  Vicka.***Marwij

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *