PARIWISATA BUDAYA

Mencermati Perjalanan BPC PHRI Garut, Menakar Gagasan Calon Ketua Baru

Oleh: Janur M Bagus

Bersama sama di perahu Perhimpunan Hotel Restoran Indonesia (PHRI) khusunya di Kabupaten Garut sebagai bagian dari pengurus Badan Pengurus Cabang (BPC) PHRI Garut, sudah cukup lumayan, setidaknya ada dua kali periodesasi kepemimpinan di PHRI Garut yang penulis ikuti dan mencoba menjadi bagian dari setiap denyut dan aktifitas para penggiat akomodasi pariwisata di Kabupaten Garut pada masing-masing periodesasinya.

Sejujurnya mengenal nama PHRI jauh lebih lama lagi, karena sebagai seorang jurnalis saya juga malah lebih sering mengkonfirmasi persoalan-persoalan yang terkait erat dengan dunia pariwisata sejak era PHRI Garut dinahkodai senior pengurusnya pada era H. Memo Hermawan dimana beliau yang saya ingat cukup gigih membawa dan mempola PHRI Garut pada awal-awal pengembangan pariwisata di Garut era itu.

PHRI pada awal-awal hadir di Garut cukup fenomenal karena mampu memberi warna pada perubahan yang signifikan bagi pertumbuhan kawasan objek wisata Cipanas Tarogong Garut yang kala itu masih merupakan lokasi pemandian dengan jumlah penginapan terbatas dengan hitungan jari.

Meski hotel hotel kelas pada era itu sudah memancangkan pondasinya dan terus berkibar, hingga saat ini sebut saja sekelas Kampung Sumber Alam, Tirtagangga, Sabda Alam dan hotel plat merah Cipanas Indah plus hiruk pikuk aktifitas pariwisata pemandian air panas yang mulai membintang seiring dengan berbagai riset dan penelitian jika air panas di kawasan Cipanas Tarogong Garut ini, memiliki kandungan blerang tinggi namun tidak tercium bau blerang yang menyengat, sehingga sangat diminati untuk teraphy air panas.

Kejayaan kawasan Cipanas Tarogong Garut sebagai pusat wisata air  berkibar pada awal-awal munculnya kawasan Taman Air Sabda Alam,  kala itu sang owner Almarhum H. Undang Misdan membranding Sabda Alam Water Park miliknya dengan tagline Taman Air Satu satunya yang menggunakan air panas alami karena memang kala itu sumber air panas melimpah ruah hingga memiliki tidak kurang dari empat sumber mata air yang dimiliki kawasan Sabda Alam.

Nama kawasan yang dipoles cantik para penggiat Hotel dan Restoran tersebut semakin termashur dengan lahirnya sejumlah hotel bertabur bintang yang terus membintang menjadi primadona baru bagi geliat dunia pariwisata di Garut. Kala itu memang belum semasif saat ini gelombang kunjungan wisata masih sangat terbatas, pun demikian lama tinggal wisatawan ke Kabupaten Garut masih setengah hari dan paling lama satu hari atau satu malam.

Berbeda dengan saat ini lama kunjungan wsiata ke Kabupaten Garut mulai naik meski belum seperti lama tinggal di Bandung, namun untuk ukuran kota kecil, lama tinggal di Garut sudah cukup lumayan mengingat disana-sini baik regulasi, maupun keberpihakan infrastruktur pariwisata Garut masih jauh dari mumpuni malah ibarat pepatah masih Jauh Panggang dari Api. Akan tetapi untuk ukuran sekelas kota kecil yang memiliki sejarah menakjubkan dalam pesona kecantikan alamnya Garut sudah mulai memahami bahwa jati dirinya adalah industri pariwisata dan bukan industri manufaktur meski memang dari sisi penyerapan tenaga kerja industri manufaktur paling menjanjikan akan tetapi resiko atau dampak lainnya pada keseimbangan alam masih cukup tinggi, bahkan riskan untuk kota kecil Garut jika masuk ke kawasan industri manufaktur yang membabi buta, Semoga Tidak..!!

Kini perjalanan BPC PHRI Garut dalam ingatan penulis memang memasuki Musyawarah Cabang (Muscab) ke VI meski dalam kenyatannya penulis hanya mengikuti separo periodesasi dari ke enam kali Muscab tersebut jika setiap periodesasi kepemimpinan adalah lima tahun maka BPC PHRI Garut sudah 30 tahun berada memberi warna dan mewarnai perjalanan pariwisata Kabupaten Garut dengan segala plus minusnya.

Dari rentang usia 30 tahun itu penulis mengikuti dan masuk dalam kepengurusan hanya dalam dua periodesasi terakhir yakni era kepemimpinan H.Asep Irfan penerus rumah makan legendaris Adirasa di Jalan Cimanuk Leuwidaun, Tarogong Kidul.. meski kini tidak lagi terdengar kabarnya, kemudian dilanjutkan pada periodesasi H. Asep Haelusna atau H. Asep Stroberi pemilik rumah Makan Liwet Pak Asep Stroberi yang kini berkibar dengan banyak cabang di mana-mana diwilayah Jawa Barat.

Banyak hal yang menarik untuk dicermati terlebih perjalanan pada periodesasi PHRI Garut di era H. Memo Hermawan dimana PHRI sempat terangkat tinggi seiring sang ketua H. Memo Hermawan berhasil menduduki jabatan sebagai Wakil Bupati Garut mendampingi Bupati H. Agus Supriadi yang berhasil menggeser Incumbent kala itu Bupati H. Dede Satibi dengan mekanisme pemilihan Bupati Wakil Bupati masih berada di tangan 45 Anggota DPRD Garut kala itu.

PHRI Garut kala itu memiliki nilai jual tinggi dan bertahan hingga periodesasi ketuanya berakhir dan berhasil dilanjutkan pada periodesasi H. Asep Irfan yang juga sempat sukses membawa PHRI mendapatkan porsi besar dalam berbagai program penguatan pariwisata pada saat kepemimpinan Bupati Garut Aceng Fikri dengan Wakil Bupatinya Rd. Diky Chandra Negara.

Sejumlah kebijakan dalam mengangkat pariwisata Garut yang lahir dari tangan dingin Wakil Bupati Diky Chandra serta merta membawa PHRI menjadi salah satu pemangku kepentingan yang senantiasa dilibatkan dalam berbagai event mengangkat citra pariwisata Garut.

Namun sayang tidak mampu bertahan lama, seiring dengan pengunduran diri Wakil Bupati Garut Diky Chandra yang menghebohkan saat itu. Disi lain sejumlah program pariwisata yang akan di usung bersama PHRI Garut seketika tenggelam ikut layu seiring mundurnya sang wakil Bupati kala itu.

Semangat memompa sektor pariwisata yang disuarakan PHRI Garut tidak pernah surut dan lekang oleh waktu, meski dalam kenyataanya memang seperti itu. Adrenaline para penggiat pariwisata disektor Hotel dan restoran kembali tumbuh dan berdenyut kencang seiring hadirnya ketua BPC PHRI yang baru H. Asep Stroberi dengan segala kelebihan dalam pengelolaan bisnis penyedia akomodasi pariwisata dari sektor restoran atau rumah makan.

Bertahan hingga dua tahun nama PHRI Garut kembali melambung dengan segala terobosan dan program kejanya, namu kembali layu seiring perubahan sistem dan tata kelola sektor pariwisata yang juga disisi birokrasi mengalami banyak perubahan mendasar baik sisi kebijakan program maupun kebijakan kelembagaan.

Hingga menjelang pelaksanaan Muscab BPC PHRI Garut ke VI di akhir periodesasi kepemimpinan kepengurusan H. Asep Stroberi kembali terasa ada dorongan kuat untuk membangunkan PHRI dengan model dan semangat terbarukan yang lahir dari semangat para penggiat Hotel dan restoran dengan kembali melakukan serangkaian uji pandang dan uji pendapat akan kemana dan seperti apa PHRI Garut ke depan.

Keseimpulannya tidak jauh berbeda, karena bagaimanapun PHRI adalah wadah atau organisasi strategis bagi para pelaku indutri Hotel dan restoran untuk berkiprah memberi sumbangsih bagi kemajuan bangsa dan negara sesuai proporsinya.

Maka ada secerca harapan yang penulis cermati dan kini terus mengkristal menjadi sebuah kekuatan yang menghimpun semangat untuk kembali membangkitkan PHRI ditengah keterpuruhan usaha Hotel dan restoran dalam terpaan badai  Pandemi Covid 19 yang membuat mati kutu beberapa bulan terakhir karena kebijakan terkait penyebaran virus tersebut.

Sejumlah nama pengusaha lokal Garut yang sudah malang melintang menguasai berbagai sektor usaha termasuk didalamnya binis akomodasi pariwisata, kembali menghimpun asa membingkai kata, merajut kebersamaan untuk membangkitkan PHRI Garut yang sempat layu “Ibarak Kerakap Tumbuh di Batu, Hidup Segan Matipun Tak mau”.

Semangat itu ada setelah visi-misi dipaparkan sejumlah nama Calon ketua Baru PHRI Garut yang kini mengerucut pada satu nama yaitu H. Deden Rachim pengusaha kahot berlatar belakang pengusaha kontruksi yang gigih dan ulet, sehingga kini berhasil melebarkan sayap usahanya dengan membangun kawasan wisata baru Rancabango Hotel & Resort di kawasan bibir jantung Kota Garut berdampingan dengan Kawasan objek Wisata Air Panas Cipanas Tarogong Garut.

Visi Misi yang yang diusung dan disuarakan Deden Rachim sekan ingin kembali menunjukan bahwa PHRI tidak pernah ada matinya meski naik turun dalam ritme perjalannya namun pada sisi semangat para penggiatnya PHRI adalah sarana strategis yang akan mampu menjembatani kepentingan pengusaha dengan pemerintah untuk bersama-sama mewujudkan harmoni dengan memecah kata kunci Garut adalah Destinasi Wisata yang banyak ragam pilihannya, sehingga bersiap untuk terus memoles diri dengan pembangunan infrstrutur serta penajaman payung hukum disektor pariwisata agar menjadi daerah tujuan wisata sejatinya pendongkrak devisa atau pensuplai pendapatan daerah yang signifikan.

Pendapatan bukan hanya dari sektor pajak semata,  melainkan tingginya jumlah kunjungan wisata dengan sendirinya akan memberikan dampak signifikan bagi kemajuan daerah sebagai Garut Anggung, Cantik, Molek Betah dan Tumaninah bagi siapapun  pengunjungnya.

Tersirat dari beberapa diskusi para owner Hotel dan Restoran di Garut yang memiliki komitmen untuk membangun sektor pariwisata benar-benar visioner dan menatap jauh kedepan, diantaranya rumusan PHRI Garut mandiri, PHRI Garut berdaya saing serta PHRI  Garut bersolusi, berkontribusi baik bagi pemerintah maupun bagi para pengusaha Hotel restoran baik sebagai member atau anggotanya.

Semoga saja apa yang kembali bergulir dipusaran Musda PHRI Garut VI tahun 2020 ini benar-benar menghasilkan point-point penting untuk turut serta memajukan sektor pariwisata Kabupaten Garut kedepan.***

***Penulis adalah Jurnalis dan Ketua Forum Komunikasi Kelompok Informasi Masyarakat Kabupaten Garut. Aktif sebagai Pengurus BPC PHRI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *