PARIWISATA BUDAYA

Ngabungbang di Batulawang, Mempertahankan Seni Budaya Tradisi

Ini kemerahan acara Ngabungbang di Batulawang tampak dalam gambar, foto Hermanto
Ini kemerahan acara Ngabungbang di Batulawang tampak dalam gambar, foto Hermanto

Gapura Kota Banjar , – Masyarakat Desa Batulawang Kecamatan Pataruman Kota Banjar, Jawa Barat kembali menikmati kemeriahan dan keceriaan dengan menggelar acara Ngabungbang, Selasa (18/10/2016) malam.

Ngabungbang merupakan kegiatan yang sudah menjadi kelender dan agenda tahunan yang selalu diselenggarakan warga masyarakat di Desa Batulawang.

Kegiatan berupa pentas seni dan budaya tersebut digelar dilapangan sepakbola Sangkuriang, Batulawang. Sepereti biasa acara diawali dengan penyambutan para inohong, diantaranya dari unsur Muspida Kota Banjar.  Hadiri juga para pelaku seni, budayawan, pemangku adat, serta masyarakat umum lainnya.

Menurut, Ki Demang selaku sesepuh adat Batulawang, kegiatan ngabungbang adalah suatu kegiatan tradisi urang sunda untuk beraktifitas dimalam hari di bawah caang (terang) bulan  opat belas (14). Selain itu menurutnya ngabungbang berarti diam diluar rumah serta tidak tidur dalam semalam suntuk.

“Acara ini merupakan kegiatan agenda tahunan sebagai bentuk untuk ngamumule adat budaya sunda. Tradisi ngabungbang ini adalah warga beraktifitas dimalam hari dibawah sinar bulan, serta tidak tidur semalam suntuk,”Kata Ki Demang kembali mengingatkan disela-sela acara.

Demang menambahkan tradisi ngabungbang harus terus dilestarikan dan wajib dijaga sampai anak cucu, supaya mereka dapat mencintai budaya khas sunda. Didalam acara ngabungbang ini, berbagai pagelaran seni seperti pencak silat, gondang, kacapi suling, dog-dog serta seni tradisional sunda lainnya, turut serta meramaikan upacara ngabungbang.

“Pada acara  ini kita senanttiasa  memadukan dua unsur yaitu unsur budaya lokal dan unsur religius (islam), dimana warga akan senantiasa tersadarkan dan selalu berada dalam keseimbagan jasmani dan rohani,”ungkapnya.

Daya tarik dari acara ngabungbang ini adalah pada acara puncak dimana selalu menghadirkan pertunjukan kesenian ronggeng ibing (ibing Amen), dimana para inohong (pejabat pemerintah) serta masyarakat berbaur menari bersama empat wanita ronggeng. Mereka mengikuti alunan musik gamelan khas sunda, dengan irama serta ibingan yang serempak.

Tika Kartika (32) warga Batulawang mengatakan dirinya selalu mengikuti acara tersebut setiap tahunnya. Ia selalu “ngengklak” (ngibing) terutama pada segmen Ronggeng Amen.

“Setiap acara ngabungbang, saya selalu hadir, selain untuk hiburan, sebagai orang sunda, sudah seharusnya mencintai adat dan budaya sunda,”ujarnya.

Beberapa warga pun mengaku puas dengan digelarnya kegiatan ngabungbang tersebut. Warga berharap pemerintah melalui dinas terkait menjadikan kegiatan tersebut sebagai bagian dari daya tarik wsiata dengan mengemasnya lebih apik dan menarik.***Hermanto

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *