Kampung Sumber Alam
PARIWISATA BUDAYA

Pekerja Sektor Pariwisata di Garut Belum Merasakan Dampak MEA

Kampung Sumber Alam
Kampung Sumber Alam, foto ilustrasi

Gapura Garut ,- Para pekerja pada sektor jasa pariwisata, khususnya bidang perhotelan dan restoran di Kabupaten Garut, tidak akan merasakan dampak persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Humas Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Garut Janur M Bagus mengatakan, tidak dirasakannya persaingan MEA bagi para pekerja ini disebabkan oleh sistem pengupahan yang diberlakukan pemerintah.

“Sektor pariwisata seperti perhotelan dan restoran menggunakan sistem upah minimum regional (UMR) bagi para pegawainya. Berkaitan dengan itu, saya rasa persaingan MEA yang membuat para pekerja dari kawasan Asean berdatangan ke Indonesia tidak dirasakan pegawai sektor pariwisata di Garut,” kata Janur, Selasa (1/3/2016).

Menurut Janur, sebagian besar hotel dan restoran di Kabupaten Garut berbasis bisnis perorangan, bukan franchise. Hampir 75 persen pegawai yang dipekerjakan pun masih bersifat lokal atau lebih mengutamakan masyarakat sekitar.

“Memang di Garut ada hotel franchise, seperti Grand Royal Panghegar Hotel yang sudah biasa menempatkan tenaga ahli di posisi tertentu, dengan standar pengupahan mereka. Tapi secara keseluruhan di Garut masih bersifat bisnis perorangan,” ungkapnya.

Rata-rata pengupahan di sektor pariwisata, tambah dia, mengacu kepada UMR Garut sekitar Rp1,4 jutaan. “Tenaga asing mungkin akan berpikir dua kali dengan upah sebesar itu. Begitu juga perusahaan yang bersifat bisnis perorangan pun akan memikirkan ulang, apakah mereka memerlukan tenaga asing atau tidak,” katanya.

Menurutnya, dampak MEA yang akan dirasakan sektor pariwisata Garut justru terdapat di segi kualitas pelayanan dan fasilitas yang diberikan. Sebab, lanjutnya, MEA akan membuka lebar pintu kunjungan wisatawan asing.

“Di sinilah persaingan yang sebenarnya, sebab bagaimana pun juga Garut telah menjadi salah satu daerah destinasi wisata di Jawa Barat dan Indonesia. Oleh karena itu, rata-rata para pengelola hotel dan restoran di Garut lebih berupaya untuk meningkatkan kualitas dari fasilitas mereka, serta meningkatkan kemampuan SDM para pegawainya,” paparnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *