PARIWISATA BUDAYA

Upacara Adat “Nyangku” di Panjalu Tetap Menjadi Primadona Pariwisata

Ribuan orang memadati ritual adat Nyangku, diPanjalu Kabupaten Ciamis, Foto Istimewa
Ribuan orang memadati ritual adat Nyangku, diPanjalu Kabupaten Ciamis, Foto Istimewa

Gapura Ciamis ,- Upacara adat Nyangku di Panjalu Ciamis, merupakan ritual tahunan yang senantiasa ditunggu-tunggu ribuan masyarakat baik dari masyaraat sekitar Panjalu Ciamis maupun masyarakat dari berbagai daerah lainnya.

Upacara Nyangku adalah ritula mensucikan benda-benda pusaka milik peninggalan Prabu Borosngora salah seorang leluhur masyarakat Panjalu Kabupaten Ciamis yang diyakini sebagai salah seorang penyebar agama Islam pertama dibeberapa wilayah Nusantara.

Diawal tahun 2016 upacara adat nyangku kembali digelar pihak pengelola benda-benda pusaka peninggalan leluhur Panjalu yang selama ini tersimpan rapi di Bumi Alit di dekat Alun-alun Panjalu. upacara nyangku kali ini jatuh pada hari Senin (4/1/2015).

Adat Nyangku sudah menjadi tradisi turun temurun dan selalu dilaksanakan pada setiap bulan Maulud pada kalender Hijriyyah. Kegiatan tersebut telah menjadi momen tahunan yang selalu ditunggu-tunggu oleh ribuan masyarakat yang datang dari berbagai daerah yang menyakini dan berharap berkah dari kegiatan bernafaskan islam tersebut.

Sebelum proses pencucian benda-benda pusaka dilakukan, terlebih dahulu benda- benda pusaka yang menjadi koleksi Bumi Alit atau tempat penyimpanannya di Panjalu tersebut terlebih dahulu dibawa menyeberangi Situ Panjalu menuju bukit yang berada ditenag-tengah situ, dimana didalamnya terletak makam Pangeran Borosngora.

Rombongan pengusung benda-benda pusaka setibanya didepan pemakaman Borosngora langsung memanjatkan doa-do. Kemdian dengan pengawalan dari para jagabaya puluhan benda pusaka kembali dibawa menuju alun-alun Panjalu dimana dilokasi tersebut akan dimandikan sesui dengan tata cara adat nyanku warga setempat.

Salah satu benda pusaka yang paling banyak menaik perhatian warga adalah pedang pusaka Prabu Brosngora yang diyakini sebagai pedang pemberian sahabat Nabi Syadina Ali saat Prabu Borosngora berada ditanah suci melaksankan ibadah haji.

Ribuan warga setelah menyaksikan prses pencucian benda-benda pusaka akan diakhiri dengan berebut air sisa pencucian benda-benda pusaka tersebut yang diyakini dapat memberikan keberkahan bagi siapapun yang berhasil mendapatkannya.

Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun dari para penyelenggara ritual adat Nyangku tersebut, air yang digunakan untuk mencuci benda-benda pusaka itu berasal dari dari 12 sumber mata air yang diyakini masih alami dan memiliki sejarah erat dengan para leluhurnya.

Tradisi Nyangku tetap dipertahankan dan dilesatarikan karena memiliki perpaduan yang kuat dalam proses penyebaran agama islam, sehingga diharapkan syiarnya dapat mempertebal keyaknan terhadap ajaran Islam.

Pihak panitia penyelenggara sudah mulai memperketat prosesi Nyangku dengan tetap memberikan penjelasan dan pengarahan untuk tidak disikapi secara berlebihan sehingga menjadikan adat budaya tersebut sebagai pristiwa yang menyimpang dari ajaran islam itu sendiri.***Dedi Kuswandi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *