PARIWISATA BUDAYA

Kreasi Klakson Oplet di Garut: Lagu “Ayam Den Lapeh” Menembus Wanaraja

Oplet bermesin Fiat seperti ini, yang dulu jadi angkutan umum Garut – Wanaraja. Lagu “Ayam Den Lapeh” sebagai kreasi bunyi klaksonnya, memikat perhatian orang. (Dokumentasi: Lilik Wibisono, Banten)
Oplet bermesin Fiat seperti ini, yang dulu jadi angkutan umum Garut – Wanaraja. Lagu “Ayam Den Lapeh” sebagai kreasi bunyi klaksonnya, memikat perhatian orang.
(Dokumentasi: Lilik Wibisono, Banten)

Kreasi Klakson Oplet di Garut: Bagian (2) Selesai

Oleh Yoyo Dasriyo

KEDUA kendaraan umum berbeda trayek itu “tampil beda”, mewarnai keramaian teminal oplet yang kini berwajah bagunan PT Telkom Garut. Tetapi aksi bunyi klakson oplet “Ayam Den Lapeh” lebih diuntungkan, dengan trayeknya yang melintasi keramaian perkotaan. Itu sebabnya, oplet “Ayam Den Lapeh” lebih populer di kawasan Kota Garut. Begitu kendaraannya ke luar dari areal terminal, sopir oplet Wanaraja itu leluasa memamerkan notasi klaksonnya di bentangan Jln Guntur.

Laju oplet mungil meluncur melintasi pusat keramaian di depan “Pasar Garoet” (“Garut Plaza”), dan deretan pemukiman warga setempat. Semua orang di lintasan jalan itu, tergoda melirik mobil yang menggelar atraksi kreasi klaksonnya. Memang klakson mobil umum berlagu sebagai kreasi seni sopir di Garut, pernah menjadi trend formula bisnis dunia transportasi. Tatanan kreasi bunyi klakson lainnya muncul pula menirukan lagu “Tongtolang Nangka” (Orkes Nada Kantjana) dan “Mojang Priangan” nyanyian pesinden Iyar Wiyarsih.

Lagu “Mojang Priangan” terhitung lagu Pop Sunda, yang paling deras direkam para penyanyi pop kenamaan. Di luar Elly Kasim, muncul pula versi Mus DS, Aida Mustafa, hingga turut menghangatkan sukses kehadiran Trio Parsito (Pardede, Sitompul, Tobing) bersama Band Medenazs pimpinan Dimas Wahab. Trio ini yang mempopulerkan lagu “Keroncong Kemayoran” dalam kemasan pop. Walau begitu, “Ayam Den Lapeh” lebih populer,karena kemasyhuran lagu pop Minang karya A Hamid itu, djadikan judul film nasional garapan Gatot Iskandar (1960).

Bahkan pemeran utama film itu, pasangan aktor dan aktris kenamaan, (alm) Bambang Irawan dan (alm) Farida Aryani. Lejitan lagu “Ayam Den Lapeh” dengan kepopuleran dua bintang filmnya, sangat melicinkan sukses pasar film itu. “Wah saya baru tahu sekarang! ‘Nggak pernah tahu kalau lagu ‘Ayam Den Lapeh pernah dibikin film layar lebar” ungkap sutradara muda Adiya Gumay, yang bersiap menggarap film “Ayam Den Lapeh” berlatar alam Sumatera Barat.

Sutradara yang sukses mengemas film “Emak Ingin Naik Haji” itu, sesaat terbengong dalam perjumpaan di suasana Rakernas PARFI 2014 di Bukit Danau, Puncak, Bogor. “Jadi program film itu, bukan daur-ulang film lama?” tanya saya. Aditya Gumay masih terdiam. “Bukan..! Saya nggak tahu, judul lagu itu pernah ada dalam film” katanya lagi sambil terheran-heran. Lagu etnis Minang yang melambungkan reputasi Nurseha dan Elly Kasim, iringan Orkes Kumbang Tjari pimpinan Nuskan Syarief itu, menjadi buah bibir orang dan menasional.

Namun “Panon Hideung” pun bukan hanya populer sebagai lagu yang menguatkan kejayaan penyanyi Mus DS bersama Orkes “Teruna Ria” pimpinan (alm) Zaenal Arifien.

Tahun 1961, sutradara kampiun (alm) Nawi Ismail menghadirkan lagu itu sebagai film “Panon Hideung” berbintangkan Anna Susanti, Noortje Sopandi serta pelawak (alm) Us-Us dan (alm) Eddy Soed. Lagu pop Sunda yang dianggap karya adopsi (alm) Ismail Marzuki dari lagu Rusia (“Ochi Chornya”) itu pun, kian mengemuka.

Tak salah lagi, ketajaman kemasyhuran lagu “Panon Hideung” dan “Ayam Den Lapeh” tercipta, setelah kedua lagu itu difilmkan, hingga mengusik kreasi tatanan bunyi klakson mobil umum di Garut. Sayangnya, dalam bunyi tatanan nada klakson oplet, kedua lagu itupun hanya penggalan. Tidak ada lagu yang tampil utuh.

Kepopuleran lagu “Panon Hideung” dan “Ayam Den Lapeh” sudah berlalu. Riwayat kejayaan oplet dengan klakson berlagu pun selesai tanpa jejak. Semua hanya mengambang dalam serpihan kenangan para pelaku dan saksi sejarah di Garut. Roda zaman berputar, bagai kincir yang tiada lelah bergulir. Lintasan keunikan bunyi klakson mobil dalam romantika kehidupan warga Garut, lalu terlupakan. Bahkan, seolah tidak pernah ada ***
(Selesai)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *