HUKUM KRIMINAL

Duuh…!! Miras Langka, Remaja di Banjar Pindah Mabok Lem

Ilustrasi, Foto istimewa
Ilustrasi, Foto istimewa

Gapura Kota Banjar , – Seringnya razia Miras (minuman keras) yang dilakukan oleh aparat kepolisian dan Pol PP, membuat keberadaan Miras di Kota Banjar, Jawa Barat kini jarang dan sulit untuk mendapatkan Miras.

Namun langkanya Miras tersebut tidak serta merta dapat menghentikan kenakalan remaja yang biasa mengkonsumsi Miras, kini malah diduga pindah haluan dengan menghisap Lem jenis Aibon untuk mendapatkan efek seperti halnya meminum Miras.

Kebiasaan mengisap Lem ternyata disebagian kalangan remaja kota Banjar sudah dianggap lazim dan sering diperlihatkan mereka di muka umum. Maraknya kebiasaan ini, seolah menjadi kebutuhan bagi sebagian anak-anak remaja.

Pemandangan miris tersebut dapat dengan mudah  terlihat di kawasan Jalan Letjen Suwarto, Banjar Atas (BA), Taman Kota, Terminal, dan tempat-tempat nongkrong lainnya.

Berdasarkan pantauan dilapangan beberapa orang remaja yang tengah menghisap Lem di Taman Kota, atau tepatnya di sebuah sudut dibelakang panggung permanen.

Boris (bukan nama sebenarnya) usianya 16 tahun, salahseorang remaja yang tengah menghisap Lem di tempat tersebut mengaku bahwa dirinya melakukan hal itu awalnya hanya iseng, namun lama-kelamaan ia ketagihan.

“Awalnya iseng, namun lama-lama ketagihan, karena kalau sudah dihisap rasanya tenang”Kata Boris, Senin (9/2/2015).

Demikian juga dengan Yong (bukan nama sebenarnya) ia mengatakan bahwa kini Miras di Banjar mulai langka, dan kalau pun ada harganya mahal, sehingga membuat ia pindah haluan dengan menghisap Lem, selain banyak dijual di toko buku, juga hargannya murah.

“Miras sekarang sudah jarang disini, dan akhirnya saya pilih ke ngelem Aibon aja,  barangnya tidak susah dan harganya pun murah, efeknya hampir sama”ungkapnya.

Sementara itu menurut dr Dyah Rikayanti SPKJ selaku Psikiater yang juga dokter spesialis penyakit jiwa mengatakan, ada dua faktor yang menyebabkan para remaja melakukan hal itu, yang pertama faktor keluarga yaitu orang tua kurang memperhatikan anak karena kesibukan rutinitasnya, sehingga si anak beraktualisasi diluar dan yang kedua faktor ekonomi sosial, yaitu orang tua tidak dapat memberikan pendidikan yang bermanfaat bagi anak, sehingga anak main ke jalan tanpa perhatian dari orang tua.

“Dalam hal ini peran orang tua sangat penting dalam membimbing serta memberikan pendidikan yang bermanfaat bagi anak,” Paparnya saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (10/2/2015).

Mengenai bahaya penyalahgunaan Lem Aibon,Dyah menjelaskan bahwa  dalam Lem tersebut terkandung zat Lysegic Acid Diethylamide (LSD), yaitu suatu zat halusinogen. “Pengaruhnya sungguh luar biasa jika terhirup dan masuk ke paru-paru kita,”Imbuhnya.

Dyah menambahkan zat yang dihirup dalam Lem Aibon menjadikan para pemakainya merasa senang dan bahagia, sehingga si pengguna akhirnya kurang beraktivitas karena halusinasi yang tengah dialaminya.

“Efek yang dialami pelaku penghisap lem sangat luar biasa, sering kali ada perubahan pada persepsi penglihatan, penciuman, perasaan, suara, dan tempat, sehingga mendorong si pengguna menjadi tenang dan merasa nyaman,”Tuturnya.

Bahayanya lanjut Dyah, siapapun yang menghisap lem Aibon secara berlebihan dan dalam waktu lama terus menerus, dapat menyebabkan kematian secara mendadak, hal itu dikarenakan terjadinya keram di otot pernafasan (spasme).

“Uap dari lem tersebut bersifat iritan, sehingga akan mengiritasi mukosa saluran nafas dan melukai saluran pernapasan sehingga terjadi keram otot pernapasan,”paparnya.

Ia pun menuturkan bagi pemakai yang sudah mengalami psikosa, akan mengalami gangguan mental dan nantinya akan memerlukan pengobatan jiwa. Dari seringnya menghisap lem tersebut, si pemakai akan menagalami kecanduan, ketergantungan fisik dan psikologis.***Hermanto

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *