Pemandangan Asyik Di Sekitar Desa Margalaksana Kec;Sukaraja Kab;Tasikmalaya
GAPURANA

2 Dimensi Penghidupan Warga Masyarakat 2 Desa Di Kec;Sukaraja Kab;Tasikmalaya

Jalan Butut di Sekitar Desa Leuwibudah Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya"belum di perbaikai"(docpri)
Jalan Butut di Sekitar Desa Leuwibudah Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya”belum di perbaiki”(docpri)

Oleh;Asep Rizal. 

Salah satu perusahaan bordir komputer yang tersebar di berbagai titik kampung-kampung di Wilayah Desa Margalaksana&leuwibudah(docpri)
Salah satu perusahaan bordir komputer yang tersebar di berbagai titik kampung-kampung di Wilayah Desa Margalaksana&leuwibudah(docpri)

Gapura,Kab;Tasikmalaya;

“Ngalongok” (Bhs Sunda ; Menengok) Dua Desa di Wilayah Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat  memang ada nuansa lain dalam memaknai dua sisi (Dimensi) kehidupan warganya , dalam berkiprah mencari sebentuk kehidupan dan penghidupannya.

Kita ketahui dulu Profile Dua Desa yang hanya punya jarak sekitar 15 Km Dari Ibu Kota Kabupaten  Tasikmalaya di Singaparna dan sekitar 20 Km Dari Wilayah Kota Tasikmalaya, bila berkeinginan mengunjungi dua  Wilayah Desa itu kita bisa menggunakan 2 jalan Utama dari titik lokasi jalan Utama Kota Tasikmalaya dan juga kita bisa menggunakan Jalan Utama dari Wilayah Mangunreja-Singaparna.

Titik Lokasi Dua Desa tersebut hampir tak ada jarak sama sekali karena bila kita telisik Dua Pemerintahan Desa tersebut sebetulnya sangat berdekatan satu sama lainnya  (yang hanya punya jarak sekitar 1 Kilo Metr-an) jarak Kantor Desanya ,

Perjalanan asyik di Awal jalan Utama masuk kewilayah Dua Desa itu akan terganggu nantinya ketika akan masuk ke Wilayah Dua Desa tersebut , karena jalan utama di sekitaran dua Desa itu belum terbangun dengan jalan Hotmix , kini jalan itu semakin jelek saja dan akan kelihatan pandangan yang sangat ironis dengan keberadan jalan Utama ketika pertama masuk dari dua titik jalan  jalan utama yang tadi di sebutkan.

Terkabarkan pula  bahwa dulunya wilayah Dua Pemerintahan Desa itu merupakan Wilayah Cerita  Legenda Kerajaan Sukapura cikal bakal lahirnya Nama Tasikmalaya,itulah gambaran sekilas tentang keberadaan Wilayah Dua Desa tersebut.

Desa Margalaksana.

Warga Desa ini terdiri dari masyarakat yang punya pekerjaan buruh pabrikan (Bordir Komputer) hampir rata jumlahnya (Pifty-Pifty) dengan jumlah warga yang senang bertani dan jadi buruh tani kelihatan dua sisi kehidupan warga Desa tersebut seakan paradocks dengan pandangan keseharian Warga-warga desa yang lainnya di wilayah Kabupaten Tasikmalaya  yang hanya mempertahankan kesehariannya dengan hanya menjadi Petani saja sebagai “Cap/Stempel” pekerjaan  orang perdesaan.

Seorang tokoh Pemuda Desa sempat bincang-bincang dengan penulis ketika tadi siang “Iseng” mengunjungi Kantor Desa Margalaksana yang terletak di sebuah lembah itu

“ Dulu warga di sini adalah bagian warga pengrajin Bordir Manual yang melegenda di seantero Nusantara itu , karena pasaran kain Bordiran tangan yang indah itu suka di maklunkan  (Di Kirimi Kain dari Jakarta Untuk di Kerjakan dengan di Bordir Manual )  ke daerah ini yang di pesan khusus  dipekerjakan di daerah ini dari setiap sudut pasar-pasar Besar di Ibu Kota Jakarta sana” Asep Setiadi (42) mencoba menerangkan keberadaan cerita masa lalu Pekerjaan Warga Desanya.

“Seiring waktu berjalan , bordir manual itu telah terlibas keberadaannya  dengan keberadaan Usaha  Bordir Komputer , maka kini para pengusaha Bordir tangan (Manual) terpaksa mengganti dan beralih ke Usaha Bordir Komputer karena lingkup Usaha tersebut telah lama terjalin dengan erat , dengan para pengusaha ,toko-toko bahan pakaian di Ibu Kota Jakarta  sana , jadi jangan aneh bila di pasar-pasar Tanah Abang , Pasar besar  , dan Toko-toko Besar lainnya di Wilayah Ibu Kota Jakarta  itu kita temui werga Desa ini” lanjut Asep.

Diapun banyak bicara memperkenalkan Keberadan kehidupan warga  Desanya yang berjumlah sekitar 5000-an warga “Ada cita-cita kami yang belum terselesaikan sebetulnya , tentang sinkronisasi pekerjaan Warga yang hampir setengahnya adalah pekerja Pabrikan Bordir Komputer yang hampir melupakan pekerjaan sisi pertanian daerah sini , karena bila kita tinjau lebih dalam lagi warga masyarakat desa ini bisa lebih maju lagi dalam bidang pertanian , karena luas wilayah desa yang belum ter-olah dengan baik karena setengah dari Warga desa ini kini hampir meninggalkan pola hidup dengan bertani dan bercocok tanam , padahal wilayah ini masih memerlukan sentuhan hebat warganya ,!” Lanjut Asep dengan pembicaan khasnya dengan nada menggebu-gebu.

Desa Leuwibudah.

Setelah lawatan “Iseng”  penulis ke Kantor  Desa Margalaksana tersebut lalu “Keisengan” itupun di lanjutkan dengan kunjungan singkat ke Kantor Desa Leuwibudah yang hanya berjarak 1 Kilo Metr tersebut , dan lawatan itupun sempat “Bertemu” dengan Kepala Desa Leuwibudah Kuwu  Encang (58) , kades itu terkenal sekali di Wilayah Kecamatan Sukaraja sebagai kades yang punya latar belakang unik , seorang warga sempat menyampaikan sesuatu kepada penulis bahwa Kepala Desanya itu dulunya adalah sosok jalanan yang punya cita-cita tinggi memajukan sisi kehidupan Warganya.

“Kesulitan untuk memacu kreatifitas warga desa ini agaknya aku juga  pernah dapat kesulitan , karena pola pikir warga hanya pada sisi berfikir bagaimana bisa mendapatkan uang dengan jumlah yang  banyak dan up date , makanya pola pikir warga Desa ini tetap pada mempertahankan pekerjaan sebagai pengrajin Bordir manual yang bila aku telusuri sangat merugikan sisi lainnya terutama pola pikir bertani yang aku kira akan dapat mensejahterakan warga desa ini  lebih hebat lagi ,!” Kuwu (Kades) Encangpun hampir senada dengan Asep Setiadi dalam hal  memperbincangkan  dan sikapnya berjuang memberdayakan penghidupan Warga Desanya.

“Aku juga kadang sulit dalam hal ini , karena Pola usaha warga desaku hampir sama dengan Desa Margalaksana yang kebanyakan jebolan usaha Bordir manual yang kini rata-rata bangkrut karena terlibas dengan usaha Bordir Komputer , makanya aku bermaksud membuka lapangan pekerjaan dengan daya yang ada dan potensi yang ada dengan ukuran sumber daya manusia pemuda-pemuda yang kini jadi pengangguran karena beralihnya pola ekonomi warga dari kebangkrutan usaha Bordir manual ,! “ Encangpun melanjutkan obrolannya.

Pada sesi kunjungan singkat tersebut Kades Encangpun sempat menunjukan sebuah tempat yang jadi  upaya “Menempa” para pemuda yang punya potensi kerja , tempat yang di maksud adalah sebuah bangunan ex-warung miliknya yang kini di sulap jadi sebuah tempat Las Listrik.

“banyak yang harus di perbuat oleh warga kami sebetulnya , keinginan memicu berbagai sisi usaha itu kadang mentok dengan modal lho,,,! Makanya aku ingin mencoba meminta bantuan kepada Dinas Sosial Pemkab Taikmalaya untuk membantu cita-cita aku ini ,!” Ucapnya.

“Ya…sebetulnya tantangan juga ya untuk jadi Kepala Desa itu sebetulnya ,,,!” Pungkasnya.

 

Kesimpulan;

Dari menyimak “Obrolan” dua Orang dengan ketokohan yang berbeda di Wilayah Desa yang bertetanggaan tersebut barangkali kita simpulkan pada sisi positifnya sebuah Idealisme Cita-cita dua orang tersebut.

Atas ke khawatiran mereka dari merubah pola pandang “Dua Dimensi” penghidupan warga Desanya tersebut jelas terekam pada sebuah cita-cita yang berontak dengan keadaan nyata di depan matanya (barangkali).

Sisi lain dari upaya para Pengusaha Bordir Komputer yang kini telah mengalihkan cara pandang perekonomian warga dua desa itu tak bisa terbendung lagi pada prinsif kerja dengan sebuah bayaran usaha yang di tekan pada upah serendah-rendahnya agar usahanya dapat terus langgeng dan jaya tanpa ada hambatan yang berarti , upaya itupun kental terpantau oleh penulis  ,

Karena pada kenyataannya warga masyarakat di sekitaran dua desa tersebut tetap mempertahankan pola kerja yang berbayar “Standard”, padahal bila di tinjau lagi pada kenyataan yang nyata dengan hitungan realita ekonomi masyarakat pedesaan yang paling cocok itu adalah Pola hidup Bertani yang akan bisa menghasilkan hasil yang maksimal dengan criteria penghidupan yang mapan dan berjenjang.

Upaya dua orang tokoh yang sama pola pikirnya itupun tersimpulkan pada sisi tulisan ini ,

Dapatkah  mereka itu merubah pola ekonomi warga yang telah puluhan tahun hidup di antara dinamika ekonomi semi modern ?  padahal mereka hidup di antara “belantara”  yang punya tanah  subur?

Karena pada dasarnya penghidupan mereka akan terploting pada buruh yang terbatas dan hanya di bayarkan buruh harian murah?

Uanglah sebetulnya “Sisi” picik dari upaya para pemilik pabrikan Mesin Bordir Komputer tersebut , lalu  Buruh warga  dua desa itu  di upayakan agar terbayar  dengan  bayaran murah demi kelanggengan usahanya  para Bos yang telah punya Mobil mewah dan gedung-gedung mewah ,

Pertanyaannya , Kenapa Tanah Pertanian di Sekitar Desa Margalaksana dan Desa Leuwibudah Kecamatan Sukaraja  Kabupaten Tasikmalaya itu banyak yang terbengkalai dan belum tersentuh?

Padahal hidup warga dua Desa tersebut akan lebih hebat lagi dengan bertani dan bercocok tanam lalu setelah itu mereka bekerja di pabrikan Mesin-mesin Bordir Komputer ?

Pilihan dua dimensi dari sisi pandang kehidupan Warga  dua Desa  itu tersimpulkan ;

“Mereka Bisa Hidup lebih Kaya  Raya lagi seperti Kaya Rayanya para Bos pemilik Mesin-mesin Bordir Komputer bila mereka rubah dengan hidup pola bertani dan bercocok tanam , karena Wilayah itu sangatlah kelihatan subur bila di Tanami oleh Sayuran yang kini mahal harganya”.

Penulipun mencoba berkesimpulan dan beranjak pergi ,,,,,,

 

Asep Rizal.              

 

 

 

Pemandangan Asyik Di Sekitar Desa Margalaksana Kec;Sukaraja Kab;Tasikmalaya
Pemandangan Asyik Di Sekitar Desa Margalaksana Kec;Sukaraja Kab;Tasikmalaya *Docpri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *