Anak-anak dan Remaja Pengamen di Jln Dr.Soekarjo Kota Tasikmalaya (docpri)
GAPURANA

“Di Duga” Pemkot Tasikmalaya Bohongi Warganya

Oleh;Asep Rizal

Gapura,Kota Tasikmalaya;

Penanganan anak jalanan ,gelandangan dan para Pengemis itu ternyata hanyalah bualan dan pembohongan public semata   kini kaum “Marginal” itu hampir menyebar di seluruh Wilayah Kota Tasikmalaya.

Penglihatan secara kasat mata itu Jelas terlihat di setiap sudut Kota tersebut terutama di lampu-lampu Merah di setiap titik Kota dengan julukan Kota Santri  tersebut.

Pada beberapa bahasan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Pemerintah Kota Tasikmalaya sempat terbahas tentang penanggulangan anak jalanan ( Anjal )  yang di maksud , namun gerakan social hebat ini mungkin terhenti tak kala kesinambungan penanganan itu ternyata memerlukan biaya yang dirasa harus banyak dan bisa menguras “Koceknya” pemerintahan Kota , mungkin itulah barangkali alasannya.

Bila kita telisik lebih jauh lagi , anak jalanan dan kaum “Margin” penghuni Kota  tersebut itu tersebar di setiap sudut Kota dengan Jumlah 10 Kelurahan cakupan Wilayah Kota santri itu.

Mereka pada umumnya adalah warga Kota Tasikmalaya yang bingung dengan keadaan penghidupan guna mencukupi kebutuhannya sehari-hari , karena kesempatan Kerja di Kota Tasikmalaya itu sungguh sangat terbatas.

Bila adapun kesempatan Kerja di sector-sektor real bayaran gajinyapun tak sesuai dengan ketentuan upah minimum Reginal Kota yang telah di tetapkan jumlah Rupiahnya yang di target dengan Jumlah Nominal Rp.7 Ratusan Rupiah (Atau Lebih).

“Keberadaan mereka (Para Anjal)  itu jelas telah mengundang rasa “Aroma” ketidak berdayaan pemerintahan Kota Tasikmalaya menyelenggarakan pemerintahan yang Ideal”  Hal tersebut dinyatakan oleh salah seorang Ketua Forum Perduli Kota Santri yang namanya ingin di samarkan oleh penulis.

Bila kita sederhanakan barangkali hal itu bersifat sederhana saja , namun bila kita telisik keberadaan mereka pada kehidupan nyata dengan berbagai keberaniannya mereka telah berani melawan rasa malu untuk tetap mempertahankan hidup sebagai pengemis dan anak jalanan yang menghuni perkampungan-perkampungan khas perkampungan dalam Kota Tasikmalaya.

Seperti penelusuran penulis tentang titik kediaman salah seorang anak jalanan tersebut,

“Dia (Anjal) seorang anak yang putus sekolah ketika umurnya masih seumuran anak Sekolah Menengah Pertama , mungkin kini dia telah memasuki umuran setingkat anak SMA , nah ,,karena kesempatan Kerja di wilayah Kota Tasikmalaya itu kini memerlukan (menerapkan)  administrasi berupa  Ijazah Sekolah setingkatan SMA maka mereka tak di berikan solusi untuk bekerja di sector pertokoan (misalnya-Pen), lalu tentang desakan kebutuhan sehari-harinya mereka terpaksa pergi ke jalanan dengan upaya segala daya pribadi yang dimilikinya plus menahan rasa malupun mereka tetap kuat menjalani hidup usaha dengan cara demikian ,,! Ketua Forum Perduli Peduli Anak jalananpun melanjutkan bincang-bincangnya dengan penulis pada sebuah Nama  Hari.

Mereka itu laksana para pekerja (Buruh) yang lainnya , yang berangkat pagi dan pulang sore kerumahnya masing-masing , dengan bekal ketahanan (Kekuatan dan Menghilangkan Rasa Malu) akan pandangan “Nyinyir” para pengunjung kota dan aktifitas Kota Tasikmalaya yang padat mereka tak berdaya tentang keadaan hidup mereka , namun sebetulnya keberadaan mereka itu telah menyeret Pemerintahan Kota Tasikmalaya yang kini di Pimpin oleh Seorang Wali Kota bernama Haji Budi Budiman dan Wakil Wali Kota yang Bernama Dede yang terkenal dengan julukan Orang Kaya Raya tersebut.

“Bila kita membandingkan dengan keberadaan Keluarga Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tasikmalaya mungkin itu bukan sebuah jawaban , namun bila sejatinya sikap ideal untuk menyikapi tentang keberadaan para Anaka jalanan dan kaum pengemis yang malang-melintang di lampu-lampu merah Kota Tasikmalaya hal ini akan terlihat pandangan yang Ironis dengan keadaan karena kita semua tahu bahwa Kehidupan Wali Kota dan Wakil Kota Tasikmalaya yang Nota Bene adalah Orang Kaya Raya maka kitapun sebagai warga tasikmalaya patut memberikan masukan (Menginformasikan-Pen) kepada dua Orang pemimpin ini , tuh ,,,lihat Warga Anda yang kau pimpin itu pada bingung mereka hidup miskin , dengan hanya mengemis dan menjadi pengamen jalanan , adakah hati kalian akan terbuka tentang bagaimana sikap pemerintah terhadap rakyatnya,,?” seseorang yang Mengaku Ketua Forum Peduli Anak Jalanan itupun bicara berapi-api kepada penulis , tapi mungkin diapun lupa bahwa yang ada di hadapannya itu hanyalah seorang yang mengaku penulis kelas biasa.

Dan waktupun hampir berlalu sang Siang itu menghampiri sore di sebuah nama Hari itu , penulis mencoba berkemas  bermaksud untuk tinggalkan tempat duduk itu , dan terdengar alunan Ayat-ayat Al-Qur,an yang merdu dari audio visual Mesjid Besar Kaum Kota Tasikmalaya yang megah itu ,,

“ Tahukan kamu (Orang) yang mendustakan hari pembalasan? Itulah mereka yang menghardik (tak memperdulikan) keberadaan Anak Yatim dan tidak mensiasati (Menganjurkan) memberi makan kaum miskin.Maka Kecelakaan baginya terutama bagi orang yang berbuat Riya (sombong punya kekayaan) melalaikan Shalat dan enggan menolong (menyiasati) kaum yang tidak berdaya dengan hartanya yang telah ternyatakan dengan banyak”(Al-Qur,an Surat Al-maun Ayat 1-7)*Tafsiran  Bebas.

 

Asep Rizal.

Anak-anak dan Remaja Pengamen di Jln Dr.Soekarjo Kota Tasikmalaya (docpri)
Anak-anak dan Remaja Pengamen di Jln Dr.Soekarjo Kota Tasikmalaya (docpri)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *