Oleh; Asep Rizal
Bojonggambir Kab;Tasikmalaya,Gapura Indonesia News;
Hujan yang mengguyur Wilayah Kabupaten Tasikmalaya Kemarin Siang (Rabu 12/11/2014) hampir rata membasahi tanah seluruh Wilayah Kabupaten tersebut.
“Maksud hati tak bisa terbendung , kita terobos hujan gerimis ini mudah-mudahan cepat sampai ke tempat tujuan ,,!” Rekan penulis berucap setelah menghabiskan segelas Kopi Hitamnya yang di pesan di Warungan Singaparna Ibu Kota Tasikmalaya.
Begitulah ,,! perjalanan yang di lakukan oleh Penulis melewati jalanan yang basah ketika melakukan lawatan ke Wilayah Kecamatan Bojonggambir ujung batas Kabupaten Tasikmalaya di Sebelah Selatan Barat Daya yang berbatasan langsung dengan Wilayah Kabupaten Garut di Wilayah Utara di Kecamatan Singajaya Kabupaten setempat.
Bila mengikuti uraian singkat perjalanan penulis yang di lakukan kemarin siang itu, ada sebersit harapan yang tak bisa terlukiskan dengan kata-kata biasa yang hanya basa-basi.
Indahnya pemandangan yang di lalui jalan sepanjang kurang lebih 25 Km dari Wilayah Kota Tasikmalaya dan sekitaran 18 Km dari Wilayah Ibu Kota Tasikmalaya di Singaparna itu telah begitu pasti “membius mata” para pelancong yang berniat melakukan sesi kunjungan ke Wilayah dengan jumlah 10 Desa di daerah dengan luas Wilayah 12.261 Km’ tersebut .
Para pelancong yang akan melalui daerah yang terkenal subur makmur dengan tanaman sayuran holtikultura dan terkenal dengan keindahan Kebun Teh milik berbagai perusahaan swasta tersebut maka para pengunjung akan di hadirkan sebuah kunjungan yang terkesan bak mengunjungi sebuah Pemandangan bagai di taman Surgawi yang masih utuh nan Perawan.
Jalanan berliku menuju ke Kecamatan Bojonggambir itu akan ternikmati dengan nuansa jalan yang berkelok bila pertama masuk dari jalan Utama (Protokol) Tasikmalaya-Garut tersebut akan menggiring pelancong memasuki Wilayah Kecamatan Puspahiang yang terkenal sebuah Wilayah yang mempunyai “ke- Khasan” ,Wilayah ini kaya akan tanaman Pohon Buah Manggis yang terkenal tersebut , sejurus maka perjalanan kita teruskan lurus dari arah sana namun cobalah berhati-hati karena jalanan berkelok-kelok dengan jalanan khas daerah pasundan , lalu pemandangan di sekelilingnya akan bikin kita takjub .
Kita akan terbius keberadaan pemandangan “Gerbang” Wilayah Kecamatan Taraju , maka kita akan tersuguhkan pemandangan nan Indah yaitu berderetnya tanaman Teh hasil karya tanam para leluhur Kecamatan Taraju Kabupaten setempat , ketika dulu mereka (Para Leluhur Taraju itu) Tanami Teh daerahnya tersebut untuk sebuah tujuan “Pasti” (barangkali) Yaitu bermaksud membangkitkan sisi kehidupan Warganya. Namun sayang kini Perusahaan Besar perkebunan Teh tersebut menyisakan cerita “Sedih” akan kita lihat dengan mata nanar kita , bahwa sebuah Nama Perusahaan Perkebunan Teh Samawa (Sebuah Perusahaan Perkebunan Teh Terbesar Di Kecamatan Taraju tersebut) itu hanya tinggal Nama dengan meninggalkan sebuah jejak yaitu berupa Ex-bangunan pabrik besar yang dulunya adalah sebuah pabrik yang mempekerjakan hampir ribuan Orang pengolah pucuk Teh ,
Kini perusahaan itu hanya bisa kita nikmati berupa puing-puingnya saja , yang akan terlihat oleh pandangan visual ala Perusahaan Pabrik Teh dengan “Aroma” pemandangan khas Pabrik Pengolah Teh waktu Zaman penjajahan Belanda.
Sejurus berlalu dari Jalan Raya Kecamatan Taraju itulah sejarah kaum Buruh Perkebunan Teh akan ternikmati sebagai pemandangan yang tidak semestinya terlewatkan oleh mata kita, para pengunjung yang awam tentang kegiatan para pemetik Teh akan di hadirkan dengan pemandangan langka namun akan berkesan bila kita maknai dengan “makna yang dalam” .
Mata kita akan tersita dengan kegiatan para Buruh Perkebunan Teh yang mengais-ngais hasil petikannya di sepanjang jalan Utama Kecamatan Bojonggambir tersebut.
Para penduduk Asli wilayah Bojonggambir yang bekerja di Perkebunan Teh di tambah para Warga pekerja yang sengaja melibatkan diri jadi bagian pekerja buruh perkebunan tersebut adalah sebuah Lukisan Nyata kehidupan Warga Masyarakat di sana , para pengepul pucuk-pucuk Teh akan terlihat menyatu dengan para buruh di sepanjang perjalanan kita melalui indahnya pemandangan sepanjang jalan yang berkelok , kini infrastruktur jalan tersebut telah di perbaiki dari Upaya Pemerintahan Kabupaten Tasikmalaya yang dulu gencar di Demo Warga Bojonggambir karena telatnya pemerintahan setempat membangun sarana Infrastruktur jalan nan Indah itu.
Singkat kata; Dari kunjungan perjalan penulis tersebut ada sebersit keinginan menghadirkan sebuah nuansa lain di sekitaran jalan nan indah itu , kita tata Bahasa dulu saja , Wilayah Bojonggambir itu adalah sebuah Wilayah Indah yang hadirkan pemandangan “Bak Pemandangan Wilayah Puncak Pass” Punyanya Kabupaten Cianjur Jabar sana itu lho,,! Untuk hal tersebut perlu penggalian potensi lain di Wilayah Bojonggambir itu bukan hanya sebagai Wilayah Perkebunan semata.
Solusi Merubah Pola Kunjungan Ke Wilayah Bojonggambir;
Solusi untuk membangkitkan “Cinta Yang Terpendam” disana itu bagi Jumlah Penduduk 39.225 Jiwa di Seluruh Wilayah Kecamatan Bojonggambir yaitu berupa “Upaya” membangkitkan sisi perekonomian lain dengan “Menjual” kekayaan pemandangan Indah Perkebunan Teh yang Syarat Nilai dan terbilang Kekayaan yang tak akan ternilai dengan sejumlah Angka dalam hitungan Matematika, maksud dari kekayaan alam yang dimiliki oleh Wilayah Kecamatan tersebut salah satunya berupa pemandangan yang akan membangkitkan gairah bercinta kita dengan nuansa Bercinta yang akan Klimaks terutama untuk sebuah Cinta Wilayah Nusantara yang terkenal maha Indah dengan pemandangan alam yang hanya bisa di nikmati secara gratis tak berbayar.
Masih banyak wilayah-wilayah kosong di sepanjang jalan perkebunan Teh Bojonggambir yang masih memerlukan sentuhan cinta yang akan menggairahkan sisi Cinta kita terhadap Republik Indonesia dengan cara Cinta yang ternikmati secara Klimaks.
Kemesraan pemandangan di Nuansa embun pagi di sisi pinggiran Kebun Teh itu mengingatkan penulis akan sebuah cerita cinta yang tak pernah tergali dengan detail , yang jadi pertanyaan “Bisahah kita Rehat sejenak di sana , lalu kita maknai bahwa ternyata Indonesia itu adalah sebuah Wujud kata-kata sang maha punjangga dengan hadiran kata-kata cintanya?”.
Warga Masyarakat Bojonggambir di sana yang hanya “Melongo” dan hanya punya cerita-cerita indah daerahnya namun tak bisa memanfaatkan lahan daerahnya untuk menghasilkan “Hidup” dari potensi alamnya itu, terkabarkan sudah Warga daerah tersebut pada pergi ke Kota-kota Besar sana (Urban) hanya berharap sederhana yang inginkan “Uang” demi kehidupannya , padahal mereka bisa “Klimaks” memanfaatkan pemandangan indah wilayah daerah miliknya tersebut untuk membangkitkan sisi perekonomiannya.
Perlu sikap yang serius bila ingin mengolah “Rasa Cinta dengan Cita Rasa yang Indah” potensi asli Punyanya Wilayah Kecamatan Bojonggambir itu barangkali , agar “Nuansa Pemandangan Indah itu” Bisa mengklimaks-kan kenikmatan Bagi Warga daerah tersebut agar mereka Bisa menikmatinya dengan lebih Nikmat lagi bila potensi sisi Wisatanya digali lebih hebat lagi dengan di Modali sarana prasarana yang di Ciptakan Hebat itu barangkali harapan penulis yang kini masih berupa Anagan-angan yang terbuang.
****************************************************************
Kabut sore di Bojonggambir itu telah membangkitkan adrenaline cintaku dengan pecahan rindu yang terbuang sia-sia , aku pulang dengan harapan hampa , namun aku berjanji pada nuansa ini dan aku bersaksi pada kejenuhan hari-hariku bahwa aku pasti kembali ke pelataran dengan iringan gerimis yang tiada henti , nyanyian para buruh pemetik Teh akan ku maknai sebagai bagian lukisan realistis tentang kehidupan ,
* penulis tuangkan sepercik Puisi atas keindahan Alam Bojonggambir itu.
Aku tinggalkan barisan kata-kata dengan deretan buntu huruf Hijjaiyyah atas kebesaran Nikmatmu Ya,,Tuhanku …..
Allohu Akbar,,,indahnya Bojonggambir ,,,,
Asep Rizal.