GAPURANA

Hari Perhubungan Nasional : Rel KA Garut Menembus Pameungpeuk

Sasak Gantung di Jl Ciwalen, Garut, jadi saksi bisu lain dari perkeretaapian di Garut. Di atas Sasak Gantung, pemandangan klasik berupa KA “Si Gombar” dari Cibatu dengan gerbong pendek, tengah menunggu sinyal dibuka.  (Foto Istimewa)
Sasak Gantung di Jl Ciwalen, Garut, jadi saksi bisu lain dari perkeretaapian di Garut. Di atas Sasak Gantung, pemandangan klasik berupa KA “Si Gombar” dari Cibatu dengan gerbong pendek, tengah menunggu sinyal dibuka.
(Foto Istimewa)

Hari Perhubungan Nasional (Bagian 2):

Oleh: Yoyo Dasriyo

JALAN rel kereta yang membelah tanaman liar di belakang reruntuhan Hotel “Villa Dolce”, membentangkan jalan kecil menembus Jalan Pramuka. Tepat ke depan pertokoan “IBC”. Tak jauh dari samping Kantor Kelurahan Pakuwon. Itu menyusul keruntuhan riwayat Pabrik Tenun Garut (PTG), bersambut sirnanya gemuruh KA “Si Gombar” pengantar gerbong minyak residu. Petaka layanan jasa perkeretaapian di Garut, tak mampu lagi dihindarkan. Sarana transportasi warisan zaman yang amat merakyat itu, terkabar larut ke kubangan kerugian.

Sungguh memilukan, luapan penumpang “Si Gombar” tak bisa memanjangkan umur pengoperasian KA di daerah ini. Apapun kenyataannya, masa kejayaan KA Garut –Cibatu, dan Garut –Cikajang, senantiasa abadi dalam nostalgia para pelaku sejarah hari kemarin. Setiap pagi, bunyi peluit petugas stasiun menerpa hilir-mudik manusia. Di batas pandang, kepulan asap hitam lok KA pun tampak melatari Sasak Gantung di Jl Ciwalen. Manakala kereta menanti sinyal dibuka, gumpalan asap hitam membumbung dari mulut cerobong lokomotif.

Dari arah timur Stasiun Garut, KA Cibatu bergelar “Si Gombar” itu menyeruak. Terkadang hampir bersamaan, kereta jurusan Cikajang muncul dari arah barat. Lengkingan hatong lok KA bersahutan, menerpa gemuruh mesin kereta uap itu. Lokasi stasiun yang terhampar di jantung perkotaan, memungkinkan kehadiran “Si Gombar” mengusik warga kota. Di seberang stasiun, tergelar markas Kodim 0611, berhadapan dengan kantor CPM.

Di depan stasiun, terletak pom bensin yang terpisah Jl Kamuning. Jalan kecil ini sarat dengan kesibukan bisnis para pedagang beras dan kelontongan. Lokasi stasiun KA seperti itu dinilai amat strategis. Tidak jauh dari terminal bis, dan pangkalan oplet, yang memanjang di Jl Melati (Pramuka) hingga tikungan Jl Guntur. Semua fasilitas umum, terkonsentrasi ke arah stasiun. Suasana Itu pula mendukung kelangsungan warung soto Mang Juhro di Jl Kamuning, yang bersebelahan dengan tempat gunting rambut.

Dulu warung soto itu melapis kemasyhuran soto Mang Ahri, yang melegenda di gang kecil, sebelah Toko Daging “Hardjo” Jl Mandalagiri. Bahkan, tidak tersisih gengsi Warung Nasi “Endjon” di Pengkolan, yang berganti RM “Wan Sa Min-A”.

Stasiun KA Garut jadi sentral keramaian kota. Bongkar-muat beras, gula pasir, minyak goreng, minyak tanah, hingga banjir jeruk Garut dan kesemek Cikajang, tergelar klasik di depan stasiun.

Atmosfer wajah perkotaan Garut di putaran tahun 1960-an, laksana gambaran kota dalam film western! Ketika riwayat layanan jasa KA Garut selesai, warga nyaris tak percaya. Terlebih karena mereka terusik lagi dengan cerita orangtua. “Jaga kareta api teh bakal nepi ka Pameungpeuk. Mun geus nepi ka pakidulan, cirining nagari bakal subur ma’mur loh jinawi”. Tetapi, jauh sebelum kereta api dari Garut menembus kawasan selatan, justru lakon perkeretaapian berbatas lara.

Sungguhpun begitu, (alm) M Endang – mantan petugas DKA (Djawatan Kereta Api) bersaksi, tahun 1945 pemerintah pernah merancang penyambungan rel KA, dari stasiun Cikajang ke Pameungpeuk Garut. Tetapi upaya pemanjangan rel sejauh 50 km itu terhenti, karena terhadang benturan teknis. Lahan yang dibutuhkan untuk bentangan rel, terhalang dinding pegunungan Batu Tumpang di Cikajang. Kecuali itu, banyak jembatan rel harus dibangun, mengangkangi kedalaman lembah yang sangat curam.

Direntang empatpuluh sembilan tahun, 18 Maret 1994, angin segar bertiup dari Menteri Perhubungan RI, DR Haryanto Dhanutirto tentang kesiapan pemerintah untuk membangun lagi perkeretaapian di Garut. Selepas berziarah ke makam keluarganya di Cisurupan, Garut, Menhub mengungkapkan, dalam waktu dekat survey akan dilakukan untuk meneliti kelayakan kondisi jalur rel kereta api, dari Cibatu hingga Cikajang sejauh 50 km. Sebelumnya, terkabar keunikan tentang keretakan dinding pegunungan Batu Tumpang, yang dinilai bukan perkerjaan manusia. .. ***

(Bersambung)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *